Setiap suku diindonesia memiliki kebudayaan yang

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Setiap suku bangsa, memiliki kebudayaan yang menjadi identitas serta jati diri mereka sebagai sebuah kelompok suku bangsa. Maka dari pada itu, penting bagi mereka untuk mempertahankan budaya tersebut, agar tidak hilangkanya identitas serta jati diri mereka tersebut. Perkembangan zaman sekarang, telah menjadi penyumbang terbesar dalam kebertahanan atau kemunduran sebuah kebudayaan suatu suku bangsa. Berbicara mengenai memudarnya suatu budaya, dalam hal ini pangur gigi sebagai salah satu budaya Jawa yang berada di Jorong Bukit Malintang Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu contohnya. Memudarnya pangur gigi pada masyarakat Jawa di Jorong Bukit Malintang, yang disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar). Dilihat dari faktor internal (faktor dalam) memudarnya pangur gigi disebabkan oleh pewarisan nilai-nilai budaya dari orang tua-tua terdahulu dan tokoh-tokoh adat kepada generasi baru yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan pewarisan nilai budaya yang terlihat dari ketidapahaman orang tua-tua sekarang mengenai pangur gigi itu konkritnya. Hal tersebut disebabkan oleh, sikap dan sifat mereka yang menerima saja apa-apa yang diberikan orang-orang tua dahulu, tanpa mempertanyakan lebih dalam semua itu. Penjelasan di atas, mengenai penyebab utama pangur gigi memudar juga menjadi dasar untuk penyebab kedua dari percepatan pangur gigi sebagai sebuah

kebudayaan Jawa di Jorong Bukit Malintang memudar, yaitu peran orang tua sebagai sarana pewarisan nilai-nilai budaya yang pertama tidak mengingatkan untuk pangur gigi. Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa sebagian orang tua sekarang tidak terlalu memahami pangur gigi yang mereka lakukan dahulu yang seharusnya mereka wariskan kepada anak-anak mereka sekarang. Sehingga, alasan ketidaktahuan mereka untuk melakukan pangur gigi terlihat jelas dari pewarisan nilai budaya dari keluarga yang tidak berjalan baik. Kondisi seperti itu, cukup mendorong terbentuknya proses pengetahuan mereka dalam mengambil keputusan dalam setiap tindakan dan tingkahlaku mereka untuk tidak melanjutkan kebiasaan orang-orang tua mereka terdahulu, yaitu memangur gigi bahwa” orang tua saja tidak memaksa malah tidak menyarankan maka atas dasar apa saya melakukannya”. Disamping penyebab utama yang mendasari pangur gigi tidak lagi dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Jawa sekarang, terdapat juga penyebab pangur gigi mulai ditinggalkan oleh pemiliknya. Dalam hal ini, penyebab tersebut dikenal juga dengan faktor eksternal (faktor luar) yang memberi pengaruh yang cukup besar dalam mempercepat pangur gigi memudar. Lingkungan masyarakat juga sangat memberi pengaruh dalam mempercepat pangur gigi mengalami proses memudar, salah satunya adalah kontak sosial yang terjadi dari interaksi masyarkat Jawa di Jorong Bukit Malintang dengan masyarakat di luar kelompoknya. Mereka saling bertukar pengetahuan yang didorong oelh waktu dan tempat mereka sehari-hari bersama, seperti halnya dalam bekerja atau sekolah. Disamping itu, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin maju juga menjadi pendorong

dalam mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan pangur gigi oleh masyarakat Jawa yang berada di Jorong Bukit Malintang Kabupaten Solok Selatan ini terhadap pangur gigi mereka. Dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan sekarang yang mulai maju, membuat kebanyakan masyarakat Jawa di Jorong Bukit Malintang untuk berpikir lagi mengenai keharusan mereka untuk melakukan pangur gigi terebut. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mampu membangun kesadaran baru terhadap generasi baru mengenai pangur gigi tersebut. Berhubung IPTEK sangat dekat dengan hal-hal yang logis, dalam artian mereka berbuat sesuatu didasari oleh pengetahuan mereka tentang sesuatu hal, tanpa terkecuali pangur gigi yang ikut ke dalam penelaahan mereka mengenai manfaat serta kontribusi yang dihasilkan dari pangur gigi tersebut. Sekarang ini, kebanyakan mereka tidak lagi peduli untuk meratakan gigi. Mereka lebih menerima keadaan gigi yang mereka miliki, dari pada menanggung sakit akibat kikiran dari tukang pangur. Disamping itu, yang jelas mereka tidak menemukan hubungan pangur gigi dengan kesehatan dan agama yang sebelumnya disebut-sebut sebagai titik tolak pangur gigi itu ada, sehingga menimbulkan kontras tersendiri bagi mereka. Dari penyebab yang telah dijelaskan di atas, faktor lingkungan menjadikan pangur gigi semakin mudah untuk memudar. Kondisi lingkungan di sini yaitu kondisi masyarakat yang berada di sana ikut menjadi pertimbangan bagi generasi baru untuk tidak melakukan pangur gigi. Ketika tidak banyak lagi yang memangur, maka niat bagi sebagian kecil dari mereka untuk memangur ikut hilang. Hal ini disebabkan oleh, keyakinan mereka yang timbul bahwa ketika pangur gigi tidak

dilakukan oleh kebanyakan orang di sana, maka untuk alasan apa mereka pangur. Dengan kata lain, mereka menyimpulkan bahwa tidak ada lagi pangur gigi di tempat mereka tinggal, berarti juga tidak ada sanksi atau resiko-resiko yang akan menganggu mereka ketika tidak melakukan pangur gigi. Hal ini diperkuat dengan adanya interaksi yang mereka lakukan dengan orang-orang baru yang mampu membuka wawasan mereka mengenai loyalitas mereka sebagai pemilik kebudayaan terhadap budaya itu sendiri. Dari penjelasan di atas, disamping kebudayaan sebagai sebuah identitas dan jati diri dari suatu suku bangsa yang mesti dijaga dan dipertahankan oleh pemiliknya mendapat banyak tantangan akibat perkembangan zaman yang sulit untuk dihindari. Ketika perkembangan zaman yang semakin maju terus menyelimuti kehidupan banyak masyarakat dari suku bangsa yang ada, yang terkadang selalu memberikan pengaruh yaitunya perubahan dari tatanan kehidupan mereka. Namun, ketika masyarakat tersebut memiliki keyakinan serta keinginan yang besar, untuk menjaga keutuhan mereka sebagai sebuah suku bangsa, terkadang perkembangan zaman yang menuntut sebuh perubahan sulit untuk tercapai. Akan tetapi, ketika pemilik dari kebudayaan tersebut sendiri yaitu masyarakat tersebut yang tidak lagi paham dan menginginkan keutuhan mereka sebagai sebuah suku bangsa yang memiliki budaya, tanpa butuh waktu yang panjang maka perubahan akan cepat terjadi, tanpa terkecuali kebudayaan yang mereka miliki dulu akan memudar bahkan menghilang.

Hal di ataslah, yang dapat memberikan gambaran mengenai pangur gigi sebagai sebuah kebudayaan yang dimiliki masyarakat Jawa yang berada di Jorong Bukit Malintang Kabupaten Solok Selatan memudar. B. Saran Kebudayaan dalam suatu kelompok suku bangsa dapat bertahan, apabila adanya upaya pewarisan nilai budaya dari leluhur kepada generasi yang akan datang. Ketika nilai-nilai budaya yang diwariskan tersebut, bernilai positif bagi kehidupan

generasi

barunya,

maka

pantas

kebudayaan

tersebut

untuk

dipertahankan. Namun, jika nilai budaya yang diwariskan itu tidak memiliki kontribusi yang baik dalam kehidupan generasinya, maka tidak menjadi masalah ketika nilai budaya tersebut ditinggalkan.

Setiap suku diindonesia memiliki kebudayaan yang

Yogya (RE) - Indonesia memiliki warisan budaya yang kaya. Wilayah kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai suku bangsa. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, ada lebih dari 300 kelompok etnik atau 1.340 kelompok suku bangsa di Indonesia. Keanekaragaman ini mencetuskan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu. Meski memiliki aneka ragam suku, budaya, agama, dan golongan, Indonesia tetaplah satu kesatuan. Semboyan tersebut mengukuhkan bahwa sejatinya keragaman yang ada di negeri kita ini merupakan kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Berbagai keragaman tersebut melahirkan bentuk keragaman budaya Indonesia. Keragaman budaya tersebut beraneka macam, seperti rumah adat, upacara adat, pakaian adat tradisional, tarian adat tradisional, alat musik dan lagu tradisional, senjata tradisional, bahkan beragam makanan khas.

1. Rumah Adat

Rumah adat tradisional adalah sebuah bangunan atau konstruksi yang sengaja dibangun dan dibuat sama persis dari tiap generasi tanpa adanya modifikasi. Rumah adat masih hingga kini masih dipertahankan, baik segi kegunaan, fungsi sosial, dan budaya di balik corak atau desain bangunan tersebut. Bahkan, nama rumah adat di masing-masing daerah pun berbeda.

2. Upacara Adat

Upacara adat adalah salah satu bentuk adat istiadat atau kebiasaan masyarakat tradisional yang masih mempunyai nilai-nilai relevan bagi kehidupan dan kebutuhan masyarakat. Upacara adat dikenal sebagai salah satu warisan nenek moyang di daerah masing-masing yang dijaga dan dilestarikan secara turun-temurun. Meskipun perkembangan zaman semakin maju, namun upacara adat tak dilupakan oleh sebagian masyarakat. Hal itu karena upacara adat memiliki nilai filosofis dan kekuatan tersendiri oleh sebagian masyarakat setempat.

3. Pakaian Adat Tradisional

Pakaian adat tradisional merupakan salah satu identitas dari salah satu suku. Cara pertama kali yang digunakan dalam mengenali suatu suku adalah dengan melihat pakaian adatnya, selain melihat dari rumah adatnya. Biasanya pakaian adat dikenakan ketika upacara adat berlangsung. Seiring dengan perkembangan zaman, pakaian adat telah menjadi salah satu tren dalam berbusana. Bahkan banyak yang memodifikasi pakaian adat agar terlihat trendi, meskipun dikenakan saat acara informal serta dipadupadankan dengan pakaian modern.

4. Tarian Adat Tradisional

Tarian adat sering menjadi satu rangkaian dalam seremoni upacara adat. Tarian adat tradisional lazimnya memiliki karakteristik yang memperlihatkan budaya dan kearifan daerah setempat. Tarian adat tradisional menjadi salah satu keragaman budaya Indonesia yang terkenal dan banyak diperlihatkan di acara penting tingkat Internasional.

5. Alat Musik dan Lagu Tradisional

Indonesia mempunyai berbagai alat musik tradisional khas dan unik. Bahkan beberapa alat musik tradisional Indonesia telah dikenal hingga ranah Internasional. Bagi kehidupan masyarakat adat, alat musik tradisional memiliki 3 fungsi, sebagai salah satu media atau sarana upacara adat, pengisi latar musik pada pertunjukan seni, dan sarana ekspresi, kreasi, bahkan komunikasi.

6. Senjata Tradisional

Awalnya senjata tradisional digunakan untuk berburu, berladang hingga melindungi diri dari musuh. Seiring berjalannya waktu, senjata tradisional menjadi jati diri serta simbol dari suatu suku serta aset kebudayaan sebuah daerah yang mengandung nilai serta norma budaya yang dianut masyarakat tersebut.

7. Makanan Khas

Nampaknya tidak elok apabila makanan di daerah tidak menjadi identitas daerah tersebut. Sebagai negara kepulauan dengan tanahnya yang subur serta dapat menumbuhkan berbagai jenis tanaman, menjadikan Indonesia kaya akan hasil bumi yang beragam. Sehingga muncul sajian khas dari masing-masing daerah dengan memanfaatkan hasil bumi yang ada. Sajian tersebut menciptakan makanan khas dengan cita rasa yang melekat di setiap hidangannya.

Keragaman budaya Indonesia datang dari berbagai kebudayaan lokal yang terus tumbuh dan berkembang. Adapun munculnya keragaman budaya tersebut akibat dari pengaruh yang tampak dan merekah di masyarakat. Sehingga menciptakan kebudayaan itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, perkembangan kebudayaan mempunyai peran dan fungsi untuk meningkatkan semangat nasionalis. Hal itu karena budaya lokal memuat nilai-nilai sosial yang perlu diterapkan oleh tiap masyarakat Indonesia itu sendiri.

Bahkan dengan perkembangan informasi yang semakin global, budaya Indonesia semakin menyebar tidak hanya di Indonesia saja. Beberapa negara luar telah mengenal budaya asli Indonesia. Sehingga menarik minat untuk berkunjung serta mempelajari budaya tersebut. Hal ini berkat semangat nasionalis para generasi muda Indonesia yang tidak hanya mempertahankan budaya lokal. Namun juga menyebarkan hingga ke luar Indonesia.

Kegiatan-kegiatan dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan budaya tersebut. Mulai dari lingkup nasional hingga internasional. Tidak hanya di dalam Indonesia saja, kegiatan juga dihelat di luar Indonesia, seperti di kantor duta besar Indonesia di masing-masing negara. Budaya lokal yang diperkenalkan diantaranya adalah masakan khas Indonesia, pakaian adat serta tarian tradisional.

Penulis: Gita Kurnia Graha / Editor: Arik

Foto: pikiranrakyat.com