Tari wayang gatotkaca dan tari topeng Cirebon adalah contoh dari

Contoh Tari Tunggal. Foto: Kemendikbud.

Tidak semua tarian dibawakan oleh banyak penari. Seni tari dapat digolongkan berdasarkan jumlah penarinya. Jenis tarian yang hanya dimainkan oleh satu orang penari disebut dengan tari tunggal.

Umumnya, tari tunggal lebih menggambarkan watak dari tokoh yang diperankan. Jenis tarian ini bisa dimainkan oleh penari laki-laki maupun penari perempuan.

Harry Sulastianto dalam buku Seni dan Budaya menyebutkan, tari tunggal dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tari tunggal ritual, tari tunggal tradisional, dan tari tunggal kreasi. Berikut pemaparan singkat dari ketiga jenis tari tunggal tersebut.

Jenis Tari Tunggal, Foto: Kemdikbud

Tarian ini dibawakan oleh seorang penari untuk kebutuhan upacara adat. Contoh tari tunggal ritual yaitu Tari Sang Hyang Jarang dan Tari Sang Hyang Lelipi dari daerah Bali.

Tari Tunggal Tunggal Tradisional

Tari tunggal tradisional adalah tari tradisional yang dibawakan oleh seorang penari dengan ciri khas daerah tertentu. Tarian ini digunakan sebagai tontonan dan hiburan rakyat. Contoh tari tunggal tradisional yaitu Tari Golek Gaya Yogyakarta, Tari Wayang Sunda, dan Tari Topeng Cirebon.

Tari tunggal kreasi baru adalah tarian yang dibawakan oleh seorang penari dan dikreasikan oleh seorang koreografer. Biasanya tari tunggal kreasi mendapat sentuhan karakteristik dan ciri khas dari koreografer tari tersebut.

Contoh tari tunggal kreasi baru adalah tari Kebyar Terompong ciptaan I Mario dari Bali, Tari Putri karya Tjetje Sumantri dari Jawa Barat, Tari Jaipongan karya Gugum Gumbira, dan Tari Piring karya Huriah Adam dari Sumatra Barat.

Contoh Tari Tunggal Nusantara

Contoh tari tunggal Tari Gambyong dari Surakarta, Foto: http://dpad.jogjaprov.go.id/

Selain contoh tari tunggal di atas, Indonesia memiliki banyak ragam tari tunggal yang memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing daerah. Berikut contoh tari tunggal yang ada di nusantara dikutip dari buku Pembudayaan Literasi Seni di SD karya Mansurdin.

Contoh tari tunggal yang pertama adalah Tari Gatot Kaca. Tarian ini terinspirasi dari wayang Gatot Kaca yang merupakan salah satu tokoh cerita wayang Maha Barata. Dalam tarian ini, tokoh Gatot Kaca ditampilkan sebagai ksatria berbadan tegap dan gagah yang memiliki sisi romantis pada perempuan.

Tari Panji Semirang merupakan tari kreasi baru tradisional adat Bali. Tarian ini diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tari Panji Semirang menceritakan pengembaraan Galuh Candrakirana dalam mencari kekasihya Raden Panji Inu Kertapati.

Tidak hanya terkenal di nusantara, Tari Panji Semirang sudah dikenal di mancanegara. Tarian ini bahkan telah dipertunjukkan di beberapa festival seni di luar negeri.

Tari tunggal Topeng Kelana diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari. Tarian ini dianggap sebagai tarian khusus yang hanya dimainkan di lingkungan keraton saja.

Dalam perkembangannya, Tari Topeng Klana dapat dijumpai di beberapa daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali. Tari tunggal ini ditarikan dengan menggunakan topeng yang dipakai dengan cara digigit oleh sang penari.

Wajah topeng tersebut merupakan gambaran tokoh raja raksasa yang penuh kesombongan dan keangkuhan. Karakter tari Topeng Kelana adalah gagah dan kuat. Sehingga gerakan tariannya didominasi dengan tenaga yang kuat, dinamis, dan energik.

Contoh tari tunggal nusantara selanjutnya adalah Tari Gambyong. Tarian ini berasal dari Jawa tengah. Tari Gambyong merupakan salah satu jenis tari tradisional klasik dengan gaya keraton Surakarta.

Tarian ini merupakan hasil kreasi dari Tari Tayub yang dahulunya dipertunjukkan untuk menyambut tamu yang datang ke Surakarta. Pada awalnya, Tari Gambyong hanya dibawakan oleh satu penari saja. Namun, seiring berkembangnya dunia tari, tarian ini kerap dibawakan oleh 3-5 penari.

Tari pendet adalah salah satu contoh tari yang menjadi identitas daerah Bali. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewa-dewa ke alam dunia. Lambat laun, Tari Pendet beralih fungsi untuk menyabut kedatangan tamu atau sering disebut dengan istilah tarian selamat datang.

I Wayan Randi seorang seniman asal Denpasar menciptakan tari pendet penyambutan dengan jumlah empat orang penari. Tari kreasi itu disajikan sebagai bagian dari pertunjukkan turis di sejumlah hotel yang ada di Denpasar.

Tari wayang gatotkaca dan tari topeng Cirebon adalah contoh dari

Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki budaya yang unik dan menarik. Salah satunya adalah seni tari. Berikut merupakan tarian khas Jawa Barat berikut tata rias dan tata busananya :


TARI TOPENG
Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut t. Tjetje Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans topeng berupa wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.


Bentuk pertunjukkan tari topeng dibedakan atas dua bentuk pertunjukan yaitu topeng Cirebon dan Topeng Priangan. Adapun bentuk pertunjukkan Tari Topeng Cirebon memiliki bermacam-macam bentuk yaitu :


  • Topeng Babarang / Baragan
  • Topeng Hajatan / Dinaan
  • Topeng Ngunjung
  • Topeng Kuputarung

Sedangkans topeng Priangan hanya tersaji dalam satu bentuk saja yang lebih bersifat entertaintment (hiburan)


Susunan penyajian tari topeng pun memiliki perbedaan. Tari Topeng Cirebon memiliki lima bagian penyajian yaitu :
Panji, dilakukan pada bagian pertama, karakteristiknya halus atau lungguh, memakai kedok yang berwarna putih


  • Pamindo/Samba : menggambarkan seorang raja yang menginjak dewasa yang serba ingin tahu, gerakannya enerjik, lincah dan penuh dinamika
  • Rumyang : menggambarkan seseorang yang beranjak dewasa dan serba ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya. Gerakannya lincah, lembut, tegas dan terputus-putus dengan kedok berwarna merah jambu (pink)
  • Tumenggung/Patih : karakteristik Tumenggung adalah gagah. Tarian ini dilatarbelakangi oleh kisah Tumenggung Magang Diraja yang diutus untuk menaklukkan Jinggananom. Kedok yang harus digunakan oleh tokoh Tumenggung adalah Slasi, Drodos dan Sanggan. Sementara tokoh Jinggananom memakai kedok Tatag Prekicil, Peloran dan Mimis
  • Kelana/Rowana: menggambarkan personalitas raja yang gagah dan angkara murka. Kedok yang digunakan berwarna merah tua atau kecoklatan. Dengan ciri khas berkumis dan berjambang tebal, serta memakai mahkota susun emas.

Didalam pertunjukkan topeng Cirebon yang utuh, terdapat beberapa macam kedok bodor yang juga ikut ditampilkan, antara lain kedok tembeb, pentul dan dayun.


Adapun susunan Tari Topeng Priangan mencakup tiga watak yaitu :


  • Tari Topeng Tumenggung, menggambarkan watak seorang pejabat tinggi yang karismatik, berpengaruh dan disegani masyarakat sekitarnya.
  • Tari Topeng Kencana Wungu, menggambarkan karaktek yang lincah dan dinamis, dengan kedok berwarna telor asin.
  • Tari topeng kelana : menggambarkan karakter yang enerjik dan kasar.

TARI WAYANG
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya.


Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain :


  1. Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh satu orang penari dengan membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna, Gatotkaca, dll
  2. Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan oleh dua orang penari atau lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan tariannya, contoh : Tari Sugriwa, Subali dll.
  3. Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari dengan tarian atau ungkapan yang sama. Contoh : Tari Monggawa, Badaya.

Tari wayang memiliki tingkatan atau jenis karakter yang berbeda misalnya karakter tari pria dan wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi.


Sedangkan karakter tari pria terdiri dari :


  • Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu.
  • Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa
  • Satria Ladak Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya
  • Monggawa Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima
  • Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca
  • Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca.

Secara garis besar, jika dilihat dari segi koreografinya tari wayang memiliki tiga gerakan utama yaitu :
Pokok ialah patokan tarian, gerak tersebut antara lain adeg-adeg, jangkung ilo, mincid, keupat, gedut, kiprahan, tindak tilu, engkek gigir, mamandapan, dan calok sembahan


Peralihan ialah gerak sebagai sisipan yang digunakan sebagai peralihan dari gerak satu ke gerak yang lainnya. Misal cindek, raras, trisi dan gedig. Khusus ialah gerak secara spesifik yang terdapat pada tari tertentu.


TARI KURSUS
Berdasarkans etimologinya, arti kata khusus berasal dari Bahasa Belanda Curcus yaitu belajar secara teratur. Tari Kursus merupakan perkembangan dari tari Tayub yang tumbuh dan berkembang pada masa keemasan kaum bangsawan tempo dulu.


Tari kursus berdiri pada 1927 yang dikenal dengan nama perkumpulan Wirahmasari pimpinan R. Sambas Wirakusumah dari Ranca Ekek Bandung. Tari Kursus merupakan salah satu tarian yang diajarkan secara sistematis dan mempunyai patokan atau aturan tertentu dalam cara membawakannya. Disamping itu tari kursus juga mempunyai nilai estetis yang cukup tinggi dan kaya akan pokabuler gerak.


Berdasarkan bentuk penyajiannya tari kursus dibagi kedalam 5 tahapan yakni :


  1. Tari Lenyepan : karakternya lembut, halus, selaras dengan Satrias Lungguh.
  2. Tari Gawil : karakternya lanyap atau ladak selaras dengan Satria Dangah
  3. Tari Kawitan : karakternya lenyep atau lanyap dan Ponggawa.
  4. Tari Gunungsari : karakternya ponggawa lungguh
  5. Tari Kastawa : karakternya agung

Tatanan gerak tari kursus dapat dibagi kedalam lima kelompok yang terdiri dari :


  1. Gerak Pokok : rangkaian dari gerak unsur, penghubung dan peralihan
  2. Gerak Unsur : sikap-sikap yang terdiri dari kesatuan bentuk-bentuk yang terdapat pada kaki, lengan, kepala, leher, bahu, badan dan mata
  3. Gerak Penghubung : menghubungkan bentuk sikap yang satu untuk mencapai bentuk atau sikap lainnya
  4. Gerak Peralihan : menyangkut perpindahan adegan terutama pada gerak-gerak pokok yang satu kepada yang lain
  5. Gerak Pelengkap : gerak sisipan yang memperindah gerak dan sikap.

Karawitan yang digunakan dalam penyajian tari kursus adalah gamelan pelengkap dengan laras Salendro atau Pelog. Waditranya terdiri dari saron satu dan dua, seperangkat kendang, demung, kenong, rebab, gambang, bonang, rincik, penerus, peking, kecrek, selentem, kempul dan gong besar. Pada umumnya jenis lagu yang dibawakan yaitu lagu ageung, opat wilet naek lagu kering dua dan tiga dengan tempo 4 gurudugan.