Tata cara sembahyang cap go meh

Foto: iStock/Pengertian Cap Go Meh dan 5 Fakta Menariknya

Jakarta -

Perayaan Cap Go Meh 2020 akan berlangsung pada Sabtu (8/2/2020). Masyarakat Tionghoa merayakannya di seluruh dunia.

Apa itu Cap Go Meh? Berikut fakta menarik Cap Go Meh.

1. Pengertian Cap Go Meh

Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam. Cap Go Meh adalah hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek. Dirayakan pada hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek.

2. Beda dengan Imlek


Saat Imlek dirayakan dengan sembahyang ke kelenteng untuk memanjatkan doa keselamatan dan keberkahan. Kemudian dilanjutkan dengan berkumpul dan makan bersama keluarga.


Sedangkan saat Cap Go Meh, orang-orang membawa persembahan berupa kue keranjang dan melakukan sembahyang untuk mengucap syukur dan memohon keselamatan. Kemudian ada acara makan kue keranjang yang bisa dimakan langsung atau digoreng, serta dibagi-bagikan secara gratis untuk warga sekitar.

Dao qin terkasih. Setelah memasuki tahun baru Imlek, masyarakat Tionghoa merayakan Cap Go Meh pada tanggal 15 bulan pertama Imlek. Lalu apa kaitan Cap Go Meh dengan Tahun Baru Imlek?

Cap Go Meh merupakan  malam purnama pertama pada tahun yang baru. Cap Go Meh secara umum dikenal sebagai saat puncak sekaligus penutupan tahun baru, atau penutup dari rangkaian Tahun Baru Imlek. 

Sebagaimana mana kita ketahui bahwa rangkaian tahun baru dimulai sejak tangal 24 bulan 12 imlek atau yang dikenal dengan Ersi  Shengan/Ji Si Siang Ang. Ersi /Ji Si berarti tanggal 24 bulan 12 Imlek, dan Sheng An/Siang Ang berarti menaikan syukur. Maka Ersi Sheng An/Ji Si Siang Ang berati tanggal 24 bulan 12 saatnya menaikan syukur kehadirat  Tuhan atas keselamatan keberkahan, kedamaian yang sudah diterima manusia selama satu tahun. 

Keselamatan, kemanan, dan kedamaian penghuni rumah dikaitkan dengan dapur atau aktivitas memasak , yang menunjukkan penghuni rumah masih mendapat makan.  Dapur dikaitkan dengan malaikat dapur (Cao Kun/Zaojun). Oleh karenanya, saat itu juga dilakukan penghormatan atau sembahyang kepada malaikat Cao Kun. Ada keyakinan lain di dalam masyarakat Tionghoa bahwa pada hari itu diyakini sebagai saat malaikat Cao Kun naik ke langit mengahadap Tuhan untuk melaporkan perbuatan manusia selama satu tahun yang telah dijalani. Namun berdasarkan spirit keagamanan, itu adalah saat menaikan syukur ke hadirat Tuhan atas berkah keselamatan yang sudah kita terima. 

Jadi ada persoalan dalam memahami kata Sheng/Siang. Secara harfiah Sheng/Siang adalah naik. Ada yang memahami kata naik sebagai naiknya malaikat Cao kun dan ada yang memahami kata naik sebagai saat menaikan syukur. 

Saat Ji Si Siang Ang juga dilaksanakan sembahyang kepada leluhur, dengan spirit  bahwa: “Sembahyang kepada orang yang telah tiada dan ingat kepada yang masih hidup.”  Karena spririt ini, maka pada saat sembahyang Ji Si Siang Ang juga lakukan bakti sosial untuk membantu saudara-suadara yang kurang mampu. Selanjutnya hari ini juga dikenal dengan nama ‘Hari Persaudaraan.’

Berlanjut dengan sembahyang penutupan atau pergantian tahun Chuxi/Ti Sik yang dilaksanakan satu hari menjelang Tahun Baru (tanggal 29/30 bulan 12 Imlek) atau dikenal dengan perayaan Ji Kao Me atau Sa Cap Meh. Sembahyang dilaksanakan di hadapan altar leluhur, memanjatkan doa kepada Tuhan untuk ketenangan dan kedamaian arwah leluhur yang telah medahului. Setelah sembahyang ke hadapan leluhur, selanjutnya diadakan acara makan bersama keluarga yang sekaligus menjadi momen reuni keluarga. Budaya makan bersama pada saat setelah sembahyang  Chuxi/Ti  Sik menjadi momen penting dalam keluarga Tionghoa. 

Pada malam harinya,  memasuki saat Cu Si pukul 23.00 – 01.00 adalah detik-detik memasuki tahun baru dan dilakukan sembahyang syukur ke hadirat Tuhan dengan penuh kidmat, dilanjutkan dengan saling menghormat dan saling mendoakan satu sama lain, dengan pengharapan semoga di tahun ini semua dapat menjadi lebih baik, dan segala harapan mulia akan dapat tercapai. Penghormatan tentu diberikan terlebih dahulu kepada kedua prang tua atau orang yang paling dituakan di dalam keluarga, baru dilanjutkan kepada saudara saudara yang lain. 

Kembali kepada perayaan Cap Go Meh, selain dikenal sebagai penutup dari rangkaian tahun baru, ia juga dipahami sebagai saat sembahyang kepada Bumi (Di) atau sembahyang awal tanam (Shang Yuan/Siang Gwan atau Yuan Xiao/Gwan Siau). Pada esok harinya, orang sudah dapat memulai kerja baru atau mulai menanam mengingat mayoritas masyarakat era itu adalah pertani.

Sembahyang Shang Yuan/Siang Gwan merupakan sembahyang syukur ke hadirat Tuhan karena pada Shang Yuan merupakan saat mulai diturunkannya berkah bagi kehidupan keselamatan dan kesejahteraan bagi segenap umat manusia melalui bumi. Oleh karena itu, saat Cap Go Meh juga dilakukan pengormatan kepada malaikat bumi.

Jadi Cap Go Meh sangat berkaitan dengan tahun baru Imlek, selain sebagai penutupan atau pucak perayaan tahun baru, juga sebagai saat Shang Yuan. Yaitu, saat mulai diturunkannya berkah Tuhan kepada umat manusia, dan juga sebagai saat dimulainya aktivitas atau kerja di tahun yang baru (menanam). 

Gotong Tao Pe Kong
Toa pe kong/Tu Di Gong sebenarnya istilah untuk menyebut para shenming, tepatnya shenming-shenming lokal. Setiap daerah biasanya ada shenming yang dianggap penting dan berkuasa di wilayah tersebut. Secara harfiah Toa pe kong/Tu Di Gong berarti paman agung atau papan tertua, bisa juga menjadi leluhur yang tertua yang dituakan. 

Toa pe kong/Tu Di Gong selanjutnya dikaitkan dengan malaikat bumi (Tŭshén) dan Houtu.  Keduanya merujuk kepada malaikat  bumi.  Termasuk juga Houji/Ho Cik, seorang meteri pertanian pada masa pemerintahan Raja You/Giau dan Shun yang merupakan leluhur dinasti Zhao/Ciu, dan Fude Zhengshen, semua merujuk atau dikaitkan dengan malaikat bumi.

Kegiatan gotong Tao Pe Kong atau membawa keluar para shenming berkeliling kota di wilayah sekitar kelenteng/miao dimaksudkan untuk memberikan aura baik, memberikan keberkahan kepada masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Sebelum diarak, biasaya ada ritual terlebih dahulu untuk tandu beserta isinya atau shenming yang ada di dalamnya.

Kenyakinanan ini tertanaman begitu kuat dalam masyarakat Tionghoa pada umumnya, dan umat Khonghucu pada khususnya.  Semarak dan semangat kegembiraan saat Cap Go Meh akhirnya benar benar dapat memberikan auara baik bagi masyarakat yang menyakininya.

Akhirnya, semoga perayaan perayaan yang membudaya dalam masayakarat itu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, membaur dalam kesukacitaan dan rasa syukur yang mendalam atas segala berkah yang dilipahkan Tuhan. Salam kebajikan 

Ws.Gunadi S.Pd., M.Ag. (Rohaniwan Khonghucu)
 

Editor: Tim Mimbar Khonghucu     Fotografer: Istimewa

Suara.com - Cap Go Meh merupakan perayaan untuk menutup serangkaian acara tahun baru Imlek. Cap Go Meh tahun ini bertepatan dengan hari Jumat (26/2/2021). Apa makna dan sejarah Cap Go Meh?

Cap Go Meh dikenal juga dengan sebutan Festival Musim Semi atau Festival Lentera. Dalam perayaan tersebut, orang-orang yang merayakannya akan keluar melihat bulan, makan bersama keluargam dan menerbangkan lampion.

Makna Cap Go Meh

Nama Cap Go Meh berawal dari dialek Hokkian yang memiliki makna kata ‘Cap’ berarti sepuluh dan kata ‘Go’ berarti lima, dan kata ‘Meh’ berarti malam. Kalau disimpulkan, arti nama Cap Go Meh yaitu lima belas malam sesudah perayaan tahun baru Imlek.

Baca Juga: Promo Cap Go Meh 2021 Lengkap dari PHD hingga Tiket Pesawat

Secara garis besar, perayaan Imlek ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni Imlek, sembahyang Tuhan, serta Cap Go Meh. Perayaan yang sudah jadi tradisi warga Tionghoa ini biasanya identik dengan barongsai, naga, tetabuhan, serta petasan yang dipercaya mampu mengusir hawa buruk dan roh jahat.

Pada perayaan Cap Go Meh atau perayaan menyambut musim semi, biasanya warga Tionghoa pada pukul 12 malam akan melakukan sembahyang di depan pintu. Hal tersebut sebagai wujud ucapan terima kasih kepada Tuhan.

Selain itu, pada perayaan tersebut juga biasanya para keluarga akan mengadakan jamuan makan yang ditunjukan kepada para leluhur. Selain jamuan, kebiasaan lainnya saat perayaan ini yaitu melakukan ciswak (upacara buang sial di klenteng).

Barongsai saat arak-arakan perayaan Cap Go Meh di Jakarta, Selasa (19/2). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

Sejarah Cap Go Meh

Mulanya Cap Go Meh diselenggarakan sebagai wujud penghormatan pada Dewa Thai Yi, yang dipercaya oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M) sebagai Dewa tertinggi di langit.

Baca Juga: Cap Go Meh Ditiadakan, Warga Singkawang Diimbau Beribadah di Rumah

Perayaan ini pun mulanya berlangsung secara tertutup, yang mana hanya dihadiri oleh anggota istana. Dan, bahkan pada era itu, perayaan ini belum dikenal oleh warga biasa. Perayaan ini mulai dikenal masyarakat umum saat berakhirnya pemerintahan Dinasti Han.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA