Tentukan paparan resensi mengenai segmen yang disajikan dalam novel Anatomi Rasa

YANG SUKA FILM HORROR KESINI tolong buatin alur buat cerita pendek(cerpen) (seperti yang digambar) Buatin alur yang paling seru, rumit ya kayak di fi … lm" gitu

Orientasi,komplikasi,resolusi, dan Koda cerita Pinokio mohon dibantu ​

jika hewan bergerak pada pukul 5 pagi setiap hari Buatlah tabel pergerakannya setiap jam dalam satu hari Jika dia makan 1 kali sehari​

10. Berikut yang bukan termasuk bagian dari pola penyajian iklar adalah . . A. judul iklan B. petunjuk penggunaan C. kalimat pembuka D. informasi prod … uk​

singkatan dari pd dalam bahasa indonesia​

Contoh teks Eksposisi dengan tema diri sendiri..? bantu dengan benar pleasee (இдஇ; )​

buatlah 5 kalimat argumen tentang persahabatanJAWAB=​

Tuliskan 3 bagian pendahuluan dalam teks laporan percobaan dan berikan contohnya​

Membuat 5 kalimat tentang pergaulan remaja berdampak kepada prestasinya

setelah naskah dibuatkan gambar dan disusun tata letaknya penerbit menyerahkan naskah kepada titik-titik untuk dicetakjawab dengan benar ini gua udah … buru-buru​

Pertanyaan

Teks resensi berikut untuk soal nomor 1-3.

Novel Raditya Dika berjudul Manusia Setengah Salmon merupakan novel komedi yang banyak ditunggu oleh penggemarnya, Novel Manusia Setengah Salmon terdiri atas sembilan bab. Di dalamnya bercerita tentang pindah rumah, pindah hubungan keluarga, sampai pindah hati. Novel yang diterbitkan pada tahun 2011 ini merupakan kombinasi antara novel dan komik membuat buku ini terlihat lebih menarik dan menyegarkan mata, Bahasanya pun mudah dimengerti, bisa dinikmati semua umur karena lekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun, cerita di bagian akhir terasa berbeda, tidak seperti buku Radit lainnya. Ada beberapa gurauan yang kurang sehingga tidak membuat pembaca tertawa. 

Tentukan identitas buku yang terdapat dalam kutipan tersebut! 

Advertising

Advertising

MALANGTIMES - Belum lama ini, sastrawan Ayu Utami melahirkan novel terbarunya berjudul Anatomi Rasa. Isi dari novel ini adalah khazanah kesadaran Nusantara tanpa memakai referensi dari barat.

Baca Juga : KITAB INGATAN 101

Kendati topiknya yang berat, buku ini dibungkus secara ringan dengan sajian tulisan seolah-olah surat cinta tokoh Parang Jati kepada Marja. Ayu Utami menegaskan, dalam buku ini dirinya berusaha betul untuk tidak memasukkan referensi dari barat.

"Referensi dari barat baru ada di bab akhir karena saya memang berusaha betul agar konsep roso dalam buku ini dari konsep jawa tanpa memakai teori luar. Saya mau betul-betul otentik," ujarnya saat ditemui di Universitas Brawijaya (UB) Malang belum lama ini.

Dalam Anatomi Rasa, Ayu menyajikan konsep rasa batin yang ada dalam struktur kedalaman atau deep structure Nusantara. Struktur tersebut ada dalam kesadaran Jawa dan dimanifestasikan bermacam-macam dalam novel tersebut. "Saya mencoba membuktikan bahwa deep structure ini bekerja di balik pilihan-pilihan budaya Nusantara," tandasnya.

Ayu menegaskan, rasa yang disajikan dalam novel tersebut bukanlah rasa inderawi seperti sakit, panas, dingin, lembut, dan segala macam yang bisa kita rasakan dengan indera kita. Itu adalah satu lapisan rasa yang paling permukaan. Rasa yang disajikan dalam novel itu bukan pula rasa emosi atau afeksi seperti sedih, senang, atau jatuh cinta.

Konsep rasa yang ditemui dalam Anatomi Rasa bukanlah rasa permukaan. Melainkan rasa batin yang rohani atau rasa jati (rasa yang tanpa rasa). Seperti halnya apabila kita membaca teks Suluk Marang Sumirang.

"Buat orang Jawa kebatinan roso ini penting. Tapi ini semua bisa dimodernkan. Orang nggak harus jadi spiritualis. Orang boleh sekular, boleh agnostik, boleh atheis, peta batin ini tetap berlaku," imbuhnya.

Baca Juga : KITAB INGATAN 100

Lantas apa guna konsep rasa batin yang terbentuk dalam deep structure ini? Apa guna dan potensinya bagi dunia akademik, filsafat dan psikologi?

"Saya kira ini sebetulnya bisa menawarkan satu epistemologi lokal yang bisa juga universal dan objektif," ujarnya.

Ilmu pengetahuan kita, dikatakan Ayu, sudah terlalu banyak beban barat. Nah, buku ini sebetulnya merupakan usaha mencari pengetahuan yang basisnya adalah tradisi kita sendiri dan itu bisa objektif dan juga universal. Struktur ini sendiri tidak judgemental.

Apabila dipikirkan, tradisi kita memang kerap dibaca dengan paradigma barat. Padahal, kita sebagai orang Indonesia bisa mempunyai paradigma sendiri untuk membaca dunia luar daripada terus menerus dibaca oleh dunia luar dengan paradigma mereka.

"Struktur ini juga bisa membuat kita membaca tradisi barat atau tradisi lain dengan struktur kita sendiri. Kan sekali-kali kita pakai paradigma kita untuk membaca dunia luar. Artinya kalau kita membaca maka kita tidak tertutup dengan dunia luar. Kita punya suatu kepercayaan diri dengan suatu kemampuan menilai," pungkasnya.

Tentukan paparan resensi mengenai segmen yang disajikan dalam novel Anatomi Rasa
Judul : Anatomi Rasa Penulis : Ayu Utami Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia Tahun terbit : Cetakan 1, Maret 2019 Ukuran : xvii + 277 halaman, 13,5 x 20 cm ISBN : 978-602-481-124-4 Peresensi : Arinhi Nursecha Pegiat literasi asal Cikarang Utara. Bekasi Di tengah berbagai isu yang tetap memanas meski kontestasi politik telah usai, Ayu Utami menawarkan spiritualisme kritis sebagai teori psikologi indigenus yang patut diperhitungkan. Pada novel Bilangan Fu (KPG, 2008) telah disinggung tentang kisah cinta segitiga berlatar rezim Orde Baru antara Sandi Yuda, Marja, dan Parang Jati, serta spiritualisme kritis yang masih relevan dengan konteks Indonesia terkini. Kali ini Ayu Utami menempatkan dirinya sebagai editor dalam Anatomi Rasa. Spiritualisme kritis juga pernah dibahas dalam seri sebelumnya, Simple Miracles, Doa dan Arwah (KPG, 2014) yang mengupasnya dari sudut pandang Katolik dan falsafah Jawa. Spiritualisme kritis sendiri dapat diartikan sebagai sikap spiritual tanpa kehilangan nalar kritis, atau sebaliknya, kita bisa bersikap spiritual tanpa harus religius. Seolah dituturkan secara personal untuk Marja dan bersikeras menyebutnya sebagai buah pemikiran Parang Jati, sejatinya narasi di novel ini tetap menampilkan citra Ayu Utami. Membaca Anatomi Rasa mungkin akan terasa melelahkan, lantaran lebih bersifat filsafat tekstual dan berisi repetisi atas konsep yang telah dijabarkan sebelumnya dalam Bilangan Fu. Buku ini terbagi dalam tiga segmen, yakni Rasa, Religi, dan Rasio. Pada bab Rasa, Ayu Utami memperkenalkan berbagai macam rasa sampai pada istilah Rasa Sejati, rasa yang bagi orang Jawa hanya bisa dikatakan dalam lirih atau hening. Namun semenjak Aufklarung (pencerahan) Barat mengkategorisasi perihal rasional dan irasional; dan segala bentuk irasionalitas harus ditaklukkan. Akibatnya, mekanisme Rasa yang mengarah pada spriritualisme kritis ikut dipinggirkan. Novel ini dibuka dengan lakon Dewa Ruci yang kerap diperankan oleh Suhubudi, ayah angkat Parang Jati di padepokannya. Singkatnya, kisah Dewa Ruci memiliki tiga pokok ajaran: infiniti, metafisika, dan paradoks spiritual, yang juga terdapat dalam falsafah Jawa. Tanpa bermaksud mengagungkan falsafah Jawa di atas yang lain, Ayu Utami meyakini Rasa menawarkan penyatuan kembali kita yang terpecah-pecah oleh kategorisasi dan perbedaan. Kisah Dewa Ruci mengandung ajaran mistik manunggaling kawulo gusti (menyatu dengan Ilahi) melewati konteks Jawa Hindu, Jawa Islam, dan tetap hidup dalam Indonesia yang bhinneka. Lebih lanjut, Parang Jati memperkenalkan konsep kiblat papat lima pancer. Dalam tataran waktu, orang Jawa mempunyai sistem pancawara atau lima hari dalam sepekan yang tersusun secara konsentris. Dalam tingkat individu, manusia adalah pribadi yang dikelilingi oleh empat saudara gaib, yakni ketuban, getih, ari-ari, dan pusar. Lakon Dewa Ruci sebenarnya bertautan dengan kiblat papat lima pancer, di mana nafas dan nafsu menjadi fokusnya. Nafas yang bersifat positif, pada suatu titik dapat berubah menjadi nafsu. Nafsu yang dibiarkan terlepas dari pancer, akan menjelma syahwat yang berbahaya. Jika ini terjadi, kita akan menemukan sosok sok suci, doyan kemewahan, korup, dan dengki sekaligus. Pada bab Religi, Ayu Utami mengajak pembacanya mengenal lebih jauh tentang ragam instrumen kebudayaan Jawa diantaranya sosok Punakawan yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Sebagai pengiring para ksatria dalam kisah wayang, termasuk lakon Dewa Ruci, mereka sering kali lebih bijaksana dibanding majikannya. Punakawan adalah DNA atau jiwa purba orang Jawa. Artinya, dalam bahasa rasional-modern, punakawan membawa kode atau sandi dasar mengenai bangunan alam pikir Jawa. Dalam kitab Sutasoma dengan jargonnya Bhinneka Tunggal Ika yang kemudian dijadikan semboyan bangsa Indonesia, Mpu Tantular mewariskan sikap religius yang dilakukan tanpa memandang kelompok. Ayu Utami kembali menyinggung perbedaan sudut pandang agama-agama Timur dengan monoteis. Dalam Hindu-Buddha, metafor bagi yang mutlak adalah nol, sedangkan dalam monoteisme, metafor untuk Tuhan adalah satu. Demikian pula konflik internal antara penganut ortodoks yang berorientasi pada penerapan syariah secara lahiriah dengan kelompok mistik yang mengutamakan pengalaman batin. Namun kembali pada Sutasoma, roh Nusantara muncul dalam tendensi untuk menyatu, bukan memisah. Perumusan Pancasila sebagai dasar dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan sesungguhnya adalah penyalinan kembali sandi purba Nusantara. Jawa, sebagai bagian dari Nusantara, memiliki peran penting dan terbuka dalam memelihara kode purba itu dari zaman. Dalam bab Rasio, Ayu Utami menilai modernitas telah mengubah struktur dunia. Dunia modern tak lagi dialami sebagai keutuhan antara manusia, alam, dan yang adikodrati. Selain itu, modernitas juga disusupi sikap dogmatis dan tertutup dalam Mekanisme Rasio, yang bertentangan dengan Mekanisme Rasa. Ditutup dengan pertanyaan retorik mengenai kemungkinan spiritualisme kritis berhasil diterapkan, Ayu Utami meyakininya akan berhasil, dengan menyertakan catatan sejarah keberhasilan negeri ini melawan berbagai keterbelengguan.

———– *** ————

Tags: Anatomi Rasa resensi buku