Tokoh yang memiliki peran penting dalam penyebaran berita proklamasi melalui radio adalah

Merdeka.com - Nama mereka tidak setenar Soekarno-Hatta yang membacakan teks proklamasi. Namun jasa mereka yang menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sesungguhnya sangat besar. Tanpa mereka, proklamasi hanya akan diketahui oleh segelintir orang di Jakarta.

Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi di Jl Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta. Setelah itu para pemuda berusaha menyebarkan berita itu ke seluruh pelosok tanah air.

Jenderal Yamamoto, pemimpin tentara Jepang di Indonesia, memerintahkan berita tentang proklamasi tidak disebarluaskan. Kantor Berita Domei dan Harian Asia Raya dilarang memuat berita proklamasi.

Tapi hal ini tidak dituruti para pemuda. Seorang pemuda bernama Syahruddin yang bekerja sebagai wartawan Kantor Berita Domei, menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan stasiun Radio Domei. Waidan Palenewan yang menjadi kepala bagian radio memerintahkan seorang Markonis bernama F Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi tiga kali.

Baru dua kali F Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara. Tapi mereka nekat terus menyiarkan berita proklamasi.

Akibat jasa mereka, berita ini bisa diteruskan hingga ke luar negeri. Wartawati SK Trimurti

menjelaskan pada tanggal 18 Agustus 1945, sebuah kantor berita Amerika di San Fransisco telah memberitakan kemerdekaan sebuah negara baru di Asia Tenggara bernama Indonesia.

Jepang kemudian menyegel kantor berita tersebut tanggal 20 Agustus 2010. Tapi para pemuda tak kehilangan akal. Seorang pembaca berita stasiun radio Domei bernama Jusuf Ronodiputro membuat pemancar baru di markas aktivis Menteng 31. Jusuf dibantu para teknisi radio Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar.

Perjuangan juga dilakukan para pemuda lewat surat kabar, poster dan pamflet. BM Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang berjuang lewat berita di surat kabar. Sementara rekan-rekan mereka menempelkan poster di mana-mana. Mulai dari gedung, rumah penduduk hingga kereta api. Mereka juga mencoreti kereta api dengan tulisan-tulisan yang menggambarkan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu para anggota PPKI yang berasal dari daerah ikut menyebarkan berita ini di daerah masing-masing. Mereka adalah Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, Sam Ratulangi dari Sulawesi, Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali) dan AA Hamidan dari Kalimantan.

Tanpa jasa dan perjuangan gigih mereka, tak akan banyak orang tahu Indonesia telah merdeka.

Tokoh yang memiliki peran penting dalam penyebaran berita proklamasi melalui radio adalah

Tokoh yang memiliki peran penting dalam penyebaran berita proklamasi melalui radio adalah
Lihat Foto

Arsip ANRI

Suasana saat pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi Nomor 5, Jakarta Pusat) pada 17 Agustus 1945, sehari setelah peristiwa Rengasdengklok.

KOMPAS.com - Segera setelah Soekarno membacakan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, kabar kemerdekaan Indonesia pun tersebar ke berbagai wilayah Nusantara.

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarkan melalui berbagai cara dan media, mulai dari siaran radio, telegram, pemberitaan surat kabar, pamflet, hingga obrolan orang per orang.

Banyak tokoh pun turut berperan dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah.

Siapa saja tokoh-tokoh di balik penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia?

Baca juga: Kisah di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sukarni, Supardjo, dan B.M. Diah

Sebelum Soekarno membacakan naskah proklamasi, para pemuda di Jakarta telah menyusun rencana untuk menyebarluaskan kabar kemerdekaan Indonesia.

Beberapa tokoh pemuda di Jakarta yang turut berperan penyebaran berita proklamasi di Jakarta, di antaranya adalah Sukarni, Supardjo, dan B.M Diah.

Sukarni memimpin kelompok pemuda yang bermarkas di Jalan Bogor untuk menyiasati penyebaran berita proklamasi.

Mereka membuat salinan naskah proklamasi dan kemudian menyebarkannya kepada masyarakat.

Para pemuda yang bermarkas di Menteng 31 juga turut menyebarkan berita proklamasi ke seluruh penjuru Kota Jakarta dengan menggunakan mobil, sepeda, dan bahkan berjalan kaki.

Supardjo yang bekerja di Balai Pustaka, kemudian mencetak puluhan ribu salinan naskah proklamasi untuk disebarkan ke berbagai daerah.

Peran serupa juga dikerjakan B.M. Diah yang diminta menggunakan percetakan Asia Raya untuk mencetak ratusan ribu eksemplar salinan naskah proklamasi.

Selain itu, ada juga sukarelawan-sukarelawan yang dikirim ke luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain, untuk menyampaikan salinan naskah proklamasi.

Beberapa tokoh itu adalah M Zaelani, Uteh Riza Yahya, Sulistio, dan Ahmad Tahir yang dikirim ke Sumatera, serta Masri, Munir, dan Moh. Noor yang membawa kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia ke Kalimantan.

Syahruddin dan Kantor Berita Domei

Berita tentang kemerdekaan Indonesia kali pertama disiarkan Kantor Berita Domei pada 17 Agustus 1945, seusai Soekarno membacakan teks proklamasi.

Kala itu, Adam Malik yang merupakan Redaktur Tetap sekaligus Wakil Direktur Kantor Berita Antara, menelepon Kantor Domei untuk menginstruksikan penyebaran berita proklamasi dengan pesan "jangan sampai gagal".

Telepon itu diterima Asa Bafagih yang kemudian menyampaikan pesan Adam Malik kepada Pangulu Lubis.

Pangulu Lubis lalu mengirim berita proklamasi ke bagian radio. Dia meminta Radio Domei menyelipkan kabar penting tersebut di antara berita-berita lain.

Jepang kemudian mengetahui siaran tersebut dan kemudian melarang Kantor Berita Domei menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun, Syahruddin yang merupakan wartawan Kantor Berita Domei, tetap menyerahkan teks Proklamasi untuk disiarkan Radio Domei.

Kepala bagian Radio Domei, Waidan B Palenewan, lalu memerintahkan seorang markonis bernama F Wuz menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sebanyak tiga kali.

Akan tetapi, saat berita proklamasi baru disiarkan sebanyak dua kali, Jepang mengetahuinya dan menghentikan siaran tersebut.

Meski begitu, berita proklamasi tetap berhasil dengan cepat menyebar ke berbagai daerah Indonesia dan bahkan terdengar hingga ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, India, serta Australia.

Pawai sepeda Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta

Di Yogyakarta, kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarluaskan lewat peran Ki Hajar Dewantara.

Kala itu, berita proklamasi sebenarnya sudah diterima Kantor Berita Domei Yogyakarta pada 17 Agustus 1945 pukul 12.00, tetapi mereka tidak mendapatkan izin penyiaran.

Kabar tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia kemudian disampaikan dalam khotbah salat Jumat di Masjid Agung Keraton Yogyakarta dan Masjid Pakualaman.

Ki Hajar Dewantara bersama para guru dan siswa Taman Siswa kemudian turut membantu menyebarluaskan berita proklamasi melalui pawai sepeda.

Mereka berpawai sepeda sembari meneriakkan kabar kemerdekaan Indonesia dan membagikan selebaran.

Dengan upaya Ki Hajar Dewantara tersebut, berita proklamasi Indonesia tersebar luas di Yogyakarta meskipun Jepang melarang siaran radio kala itu.

Sementara itu, di Solo, Semarang, dan wilayah-wilayah lain Jawa Tengah, berita tentang Proklamasi juga disebarkan dengan berbagai cara, seperti lewat siaran radio, surat kabar, hingga kabar dari mulut ke mulut.

Baca juga: Biografi Laksamana Maeda: Tokoh Jepang yang Rumahnya Jadi Tempat Perumusan Proklamasi

Referensi:

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Muhammad Yusuf Ronodiputro adalah tokoh yang menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 

Ia menyebarkan proklamasi melalui Radio Hoso Kyoku, tempat Ronodiputro bekerja.

Penyebaran berita proklamasi tersebut diawali dengan kabar menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu. 

Ronodiputro lantas segera mencari cara agar dapat menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia, melihat kondisi saat itu semua ruang siaran dijaga oleh Kempetai.

Ia kemudian masuk ke ruang siaran radio mancanegara, menyambungkan kabel pemancar, dan segera menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia, pukul 19.00.

Baca juga: Penembakan Misterius (Petrus): Latar Belakang dan Dampaknya

Awal Kehidupan

Muhammad Yusuf Ronodiputro lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 30 September 1919. 

Ia adalah lulusan sekolah menengah tinggi Algeemene Middelbare School (AMS) di Batavia.

Setelah itu, Ronodiputro bekerja di perusahaan dagang milik Belanda. 

Sewaktu pendudukan Jepang, Muhammad Yusuf Ronodiputro bekerja di Keimin Bunka Sidoosho atau Pusat Kebudayaan pada bagian Seni Lukis. 

Kemudian, tahun 1943, ia bekerja sebagai wartawan radio militer Jepang di Jakarta bernama Hoso Kyoku.

Hoso Kyoku dipimpin oleh seorang tentara Jepang, Letkol Tomo Bachi dan Utoyo Ramlan. 

Baca juga: Ali Sadikin: Kebijakan, Peran, dan Pencapaiannya

Peran

Pada 6 Agustus 1945, Jepang dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, yaitu di Hiroshima. Kemudian, pada 9 Agustus 1945, bom kedua jatuh di Nagasaki. 

Akibat kejadian itu, Jepang kemudian menyatakan menyerah tanpa syarat kepada tentara Sekutu. 

Namun, berita menyerahnya Jepang belum terdengar sampai khalayak umum Indonesia. 

Ketika Muhammad Yusuf Ronodiputro masih bekerja di Radio Hoso Kyoku, ia belum mendengar kabar tersebut. 

Bahkan, siaran luar negeri Radio Hoso Kyoku juga tiba-toba ditutup tanpa sebab. 

Sampai akhirnya, Mochtar Loebis, penyiar mancanegara di Radio Hoso Kyoku, membisiki Ronodiputro mengenai berita menyerahnya Jepang. 

Begitu mendengarnya, Ronodiputro segera berangkat ke markas perkumpulan pejuang muda Indonesia, Menteng 31. Di markas Menteng 31, rupanya sudah diadakan rapat yang dipimpin Sukarni.

Para pejuang pemuda yang ada di sana ternyata sudah mendengar kabar menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu melalui Adam Malik. 

Dalam rapat, Sukarni mengatakan bahwa para pemuda hendak mengambil alih radio Jepang. 

Muhammad Yusuf Ronodiputro yang bekerja di Hoso Kyoku kemudian diajak berdiskusi mengenai bagaimana cara merebut stasiun radio tersebut.

Radio Hoso Kyoku kala itu tengah dijagai ketat oleh Kempetai, polisi militer Tentara Kekaisaran Jepang. 

Baca juga: Mohammad Roem: Peran, Kiprah, dan Penangkapan

Menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tanggal 17 Agustus 1945, Jumat, pukul 10.00, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56. 

Ronodiputro kemudian didatangi oleh seseorang bernama Syahrudin. 

Pria ini memberikan selembar surat pendek dari Adam Malik yang ternyata berisi naskah proklamasi. 

Ronodiputro lantas segera mencari cara agar dapat menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia, melihat kondisi saat itu semua ruang siaran dijaga oleh Kempetai.

Namun, Ronodiputro teringat bahwa ruang siaran mancanegara kala itu sudah tidak lagi digunakan.

Sesampainya di sana, rupanya ruangan ini sudah tidak lagi tersambung dengan pemancar.

Alhasil, Ronodiputro segera mengubah pengaturan kabel di stasiun radio, sehingga kabel pemancar dapat kembali tersambung.

Setelah semuanya siap, pukul 19.00, Ronodiputro segera membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui siaran mancanegara ke seluruh dunia. 

Kurang lebih 20 menit kemudian, ia juga membacakan naskah tersebut menggunakan bahasa Inggris, sehingga radio-radio internasional juga dapat mengerti apa yang disampaikannya. 

Akibat aksinya tersebut, Muhammad Yusuf Ronodiputro ditangkap oleh Kempetai, ia mendapat siksaan fisik. 

Setelah insiden tersebut, Ronodiputro mendirikan Radio Suara Indonesia Merdeka.

Radio tersebut menjadi wadah bagi Soekarno untuk menyampaikan pidato pertamanya sebagai Presiden Indonesia, 25 Agustus 1945. 

Baca juga: Abdul Kahar Mudzakkir: Pendidikan dan Perannya

Berdirinya RRI

Setelah Jepang menyerah, Kempetai tidak lagi dominan di Indonesia. 

Untuk itu, Ronodiputro meminta Abdulrahman Saleh supaya radio-radio daerah dapat kembali difungsikan untuk menyebarkan semangat perjuangan.

Gagasan tersebut diterima pada 10 September 1945, yang kemudian ditanggapi dengan berkumpulnya para pimpinan radio daerah untuk mendiskusikannya. 

Setelah diskusi, mereka setuju untuk meminta pemerintah Jepang menyerahkan stasiun radio mereka kepada Republik Indonesia. 

Tanggal 11 September, rapat kembali diadakan, yang mengeluarkan hasil didirikannya Radio Republik Indonesia (RRI), dikepalai oleh Muhammad Yusuf Ronodiputro. 

Baca juga: Ki Sarmidi Mangunsarkoro: Kiprah dan Perannya

Akhir Hidup

Muhammad Yusuf Ronodiputro wafat pada 27 Januari 2008, karena penyakit komplikasi stroke dan kanker paru-paru yang disebabkan kebiasannya sebagai perokok berat. 

Ia kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, 28 Januari. 

Referensi: 

  • Harnoko, Darto. (2012). Riwayat Perjuangan Pahlawan-Pahlawan Salatiga dalam Mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia. Salatiga: Pemerintah Kota Salatiga Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, dan Pariwisata.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.