Tuliskan pendapat kalian tentang solusi yang dapat mengatasi masalah ketersediaan pangan

Tuliskan pendapat kalian tentang solusi yang dapat mengatasi masalah ketersediaan pangan

Tuliskan pendapat kalian tentang solusi yang dapat mengatasi masalah ketersediaan pangan
Lihat Foto

KOMPAS.com / Andi Hartik

Ilustrasi: panen jagung

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, permasalahan pangan adalah permasalahan yang kerap kali terjadi di berbagai negara. Gejolak harga pangan pun selalu menjadi faktor pendorong besarnya angka inflasi.

"Penyebab inflasi terbesar adalah gejolak harga pangan," ujar Bambang saat membuka acara Forum BUMN yang digagas Harian Kompas di Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Menurut Bambang, permasalahan pangan adalah masalah yang cukup kompleks di seluruh negara. Namun, masing-masing negara memiliki cara masing-masing dalam mengatasi permasalahan tersebut.

"PR (pekerjaan rumah) pemerintah saat ini adalah menekan harga pangan. Ini harusnya dipahami oleh Bulog kalau harga pangan harus dikendalikan," ucap Bambang.

Bambang mengatakan, terdapat lima cara untuk memperbaiki kualitas pangan di Indonesia. Pertama, harus adanya peningkatan kualitas pangan yang didukung oleh berbagai pihak terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola sektor pangan.

Kedua, BUMN pangan sebagai agen pembangunan harus bisa menciptakan stabilitas harga pangan. Agar gejolak harga pangan yang kerap kali terjadi tidak menjadi suatu hal yang sulit untuk ditangani.

Ketiga, dengan terciptanya peningkatan kualitas pangan dan stabilitas harga pangan, maka perbaikan gizi pun perlu dikontrol perkembangannya, agar tidak ada lagi istilah gizi buruk yang terjadi di masyarakat.

Keempat, mitigasi gangguan terhadap pangan pun perlu dilakukan. "Pangan ini sangat rentan terhadap cuaca, maka dari itu perlu ada mitigasi gangguan terhadap pangan," ucap Bambang.

Kelima, guna menciptakan peningkatan kualitas pangan, peningkatan kesejahteraan petani pangan pun perlu diperhatikan. Mengingat petani adalah ujung tombak peningkatan pasokan pangan.

"Peningkatan kesejaheraan petani pangan sangat perlu diperhatikan pemerintah, petani adalah ujung tombak," tandas Bambang.

(Baca: Tekan Gizi Buruk, BUMN Pangan Harus Lebih Produktif)

Kompas TV

Jokowi Tegaskan Kembali Kemandirian Pangan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Liputan6.com, Jakarta Di balik semboyan Indonesia, gemah ripah loh jinawi (kekayaan alam yang berlimpah) ada keterpurukan yang siap melanda Tanah Air. Mulai dari kurangnya peminat kaum muda untuk bekerja di sektor pertanian, keterbatasan lahan, keterbatasan sumber pangan, hngga keamanan pangan agar layak dikonsumsi masyarakat.

Mengetahui hal tersebut menjadi faktor krisis pangan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memprediksi bahwa negara ini akan menghadapi krisis petani pada 10 hingga 20 tahun ke depan.

  • 6 Hal Ini Diketahui oleh Pilot, tapi Tak Disadari Penumpang Pesawat

Jumlahnya hanya sekitar enam juta pada 2025. Guru Besar Food Processing Engineering Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Purwiyatno Hariyadi mengatakan bahwa ketahanan pangan punya tujuan untuk masa depan.

"Ketahanan pangan adalah untuk memungkinkan atau memperoleh suatu kondisi di mana setiap individu, semua penduduk itu mampu hidup aktif, sehat, produktif secara berkelanjutan," katanya.

Selain itu, Purwiyatno mengatakan ada faktor lain yang memengaruhi ketersediaan pangan seperti perubahan iklim, dan keamanan pangan yang semuanya saling berkaitan. Namun, ketahanan pangan juga tak bisa dirata-rata, melainkan harus dilihat secara cermat.

Maka dari itu, lanjut Purwiyatno, ketahanan pangan dapat dipenuhi dengan jumlah, mutu, dan keamanan pangannya. "(Pangan) Memang harus tersedia dari waktu ke waktu, daerah ke daerah, dan itu bisa diakses oleh setiap individu," tegasnya mengenai ketersediaan pangan.

Berkaitan dengan penguatan ketahanan pangan, akademisi yang juga aktif di Codex National Committee ini juga mengatakan bahwa upaya itu harus didukung dan disambut baik selama membawa manfaat dan nilai positif.

"Setiap prakarsa atau inisiatif untuk bisa memperbaiki atau meningkatkan ketersediaan (pangan) itu harus dieksplor, digali dan dikembangkan," ungkapnya.

Purwiyatno juga menyampaikan bahwa pemanfaatan maksimal dan pengurangan bagian yang terbuang dari bahan baku pangan bisa berkontribusi terhadap penguatan ketahanan pangan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah, industri pangan serta masyarakat.

Tuliskan pendapat kalian tentang solusi yang dapat mengatasi masalah ketersediaan pangan

Perbesar

Pabrik Ajinomoto, di Mojokerto, Jawa Timur.

Di bidang industri, upaya mengatasi ancaman krisis pangan kedepannya dilakukan oleh perusahaan produsen umami (Ajinomoto). Beberapa hal yang dilakukan Ajinomoto adalah penggunaan dan pemanfaatan kembali sumber daya alam dengan cermat.

Misalnya pemanfaatan hasil samping proses fermentasi dengan mendaur ulangnya menjadi pupuk organik untuk tanaman tebu yang menjadi bahan bakunya, pemanfaatan ini lebih dikenal dengan Siklus Bio (Bio-Cycle).

Di Thailand, Ajinomoto juga memanfaatkan sumber bahan baku lain seperti jerami untuk menggantikan singkong sebagai bahan baku produksi asam aminonya. Menurut Ajinomoto, pemanfaatan jerami dapat menekan dampak air dalam produksi mereka hingga 75 persen, serta mengurangi penggunaan lahan dari 3.000 hektar menjadi nol.

Dengan langkah ini, lahan yang sebelumnya hanya ditujukan untuk tanaman produksi bisa dialihkan menjadi lahan pertanian pangan yang produktif. Terlepas dari itu, Purwiyatno mengatakan ada banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan, mulai dari penanganan masa panen, pengolahan, mutu dan keamanan pangan, distribusi pangan, hingga ketersediaan bahan bakunya.

"Hal-hal semacam itu perlu dikembangkan, mulai awal sampai akhir, mulai hulu sampai hilir dalam rangka ketersediaan tapi juga memastikan hal-hal yang berhubungan keamanan dan mutu pangannya juga," tegasnya.

Purwiyatno menjelaskan, ada beberapa hal yang secara industri bisa lakukan. Pertama mampu membangun keterkaitan hulu-hilir dan harus difasilitasi dengan pemerintah. Kedua, bagaimana mengembangkan proses industri tersebut, terkait dengan bahan baku yang dikembangkan di Indonesia.

(*)

Tuliskan pendapat kalian tentang solusi yang dapat mengatasi masalah ketersediaan pangan

Jember,Tempo.co, 27 September 2012. Bioteknologi adalah jalan keluar atau solusi menghadapi tantangan dan ancaman krisis pangan dunia, termasuk Indonesia. Koordinator Asia bidang Program Keamanan Hayati (program for biosafety system) Julian Adams mengatakan bahwa rekayasa genetika tanaman pangan dengan bioteknologi harus dilakukan dan dikembangan demi mengantisipasi ancaman krisis pangan dunia yang diramalkan akan memuncak mulai tahun 2050 kelak.

“Bioteknologi juga bisa menjadi jawaban perubahan iklim global, krisis air, sekaligus pengurangan pestisida dan emisi karbon dunia,” ujar Julian Adams usai berbicara dalam seminar Agricultural Biotechnology di Universitas Jember, Kamis, 27 september 2012.

Pakar bioteknologi dari University of Michigan itu menambahkan badan pangan dunia (FAO) meramalkan akan terjadi peningkatan kebutuhan pangan sebanyak 60 persen agar penduduk dunia tidak terpuruk dalam kemiskinan dan kelaparan. “Pemuliaan varietas tanaman pegangan, seperti beras, jagung, tebu, dan gandum dengan memanfaatkan bioteknologi harus terus dilakukan,” kata dia.

Rekayasa genetika itu, katanya, harus dilakukan untuk mendapatkan beberapa varietas tanaman yang memiliki ketahanan perubahan iklim. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir perubahan iklim tidak bisa diprediksi. Akibatnya, mulai banyak terjadi kekeringan dan banjir yang sangat merugikan tanaman para petani sebagai produsen pangan.

Pakar ilmu biologi molekuler dari Universitas Jember, Bambang Sugiharto, mengatakan, perubahan iklim serta pertumbuhan penduduk yang semakin cepat merupakan ancaman ketahanan pangan. Dampak perubahan iklim yang membuat terganggunya organisme tanaman dan kondisi tanah ikut berpengaruh pada produksi pangan. “Pemerintah dan praktisi pertanian harus serius mencari solusi yang cepat dan tepat guna. Bioteknologi bisa menjadi jawabannya,” katanya.

Bioteknologi untuk pemuliaan varietas tanaman saat ini berbeda dengan beberapa tahun lalu. “Dulu, bioteknologi dengan cara eksploitasi potensi kimiawi mikroba untuk mengahasilkan barang atau jasa, sekarang dengan memilih dan mengembangkan sifat genetis yang unggul,” katanya.

Dengan teknologi rekayasa genetika atau genetic engineering, para pemulia dapat merakit varietas-varietas baru yang tahan dengan permasalahan pertanian, seperti penyakit dan hama, genangan air, salinitas, dan kekeringan. Rekayasa genetika itu, kata dia, membuat “organisme baru” produk bioteknologi dengan sifat-sifat yang menguntungkan bagi manusia seperti jagung dan padi tahan hama serta tahan cuaca ekstrim.

Di beberapa negara seperti Jepang dan Thailand, kata Sugiharto, penggunaan bioteknologi mulai dari hulu sampai hilir sudah bisa dimanfaatkan masyarakat, termasuk para petani. “Mereka telah mendapatkan manfaat secara ekonomis dengan meningkatnya produksi pangan, pengurangan biaya pestisida dan tenaga kerja, efisiensi lahan dan pengolahan tanah serta dampak positif terhadap lingkungan dengan berkurangnya emisi gas rumah kaca,” kata penemu tebu yang tahan terhadap kekeringan itu.

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/09/27/061432310/Bioteknologi-Solusi-Hadapi-Krisis-Pangan