Pada awal tahun 2020, dunia dilanda corona virus atau covid-19. Penyebaran virus ini sangatlah cepat, sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus corona atau COVID-19 ini sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Status pandemi ini menandakan penyebaran COVID-19 berlangsung sangatlah cepat hingga hampir tak ada negara di dunia yang dapat terhindar dari virus corona. Penanggulangan virus ini sangat berbeda di tiap negara. Langkah yang diambil pemerintah Indonesia adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar atau sering kita sebut dengan PSBB dan penerapan protokol kesehatan di tiap daerah. Hal berdampak pada pekerja dan pelajar, karena banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus ini. Saat ini hal yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi dengan kondisi, dan saling membantu satu sama lain yang membutuhkan, sambil tetap menjalankan fungsi kita sebagai mahasiswa yaitu belajar. Meskipun terkadang karena pandemi ini kita menjadi susah untuk belajar mood kita menjadi kacau, kita harus tetap semangat dalam mencapai tujuanmu. Berikut ini tips supaya mood kamu bagus dan tetap semangat untuk belajar selama pandemi :
Merdeka.com - Dalam kehidupan sosial, manusia kerap kali berhubungan dengan manusia lainnya dengan beragam kepribadian, perbedaan kebudayaan bahkan perbedaan agama. Namun tidak bersikap sombong merupakan hal yang dianjurkan oleh agama apapun, begitu juga dengan agama Islam. Dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim sangat dianjurkan untuk selalu memelihara sikap tawadhu. Memiliki perilaku tawadhu atau rendah hati juga merupakan salah satu cerminan seorang Muslim yang beriman kepada Allah SWT. Tawadhu bukan sekedar tata krama biasa, melainkan sikap ini jauh lebih dahulu ketimbang sopan santun yakni suatu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana. Belajar menerapkan sikap tawadhu dalam kehidupan sehari-hari tidak akan merugikan melainkan dapat bermanfaat membuat kamu lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Lebih jauh, berikut informasi mengenai tawadhu adalah sikap rendah hati yang telah dirangkum merdeka.com melalui NU Online pada Jumat, (24/7/2020). 2 dari 4 halaman
Tawadhu memiliki arti rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah hati cenderung tak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong kerap kali menghargai diri sendiri secara berlebihan. Rendah hati tidak sama artinya dengan rendah diri, sebab rendah diri berarti kehilangan kepercayaan diri. Meskipun dalam praktiknya orang yang rendah hati sering kali merendahkan diri di hadapan orang lain, namun sikap tersebut bukan lahir dari rasa tidak percaya diri. Sikap tawadhu atau rendah hati selalu dianjurkan untuk dimiliki setiap Muslim. Seseorang yang senantiasa menjalankan perilaku ini secara lahir batin, akan diangkat drajatnya oleh Allah SWT. Pasalnya, sikap tawadhu juga menjadi salah satu bukti keimanan yang ditujukkan kepada-Nya. Hal ini sebagaimana yang di terangkan dalam salah satu surah Alquran berikut ini, yang artinya: "Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. al-Furqon ayat 63) 3 dari 4 halaman
1. Menghindarkan dari Sikap Takabur Takabur atau menyombongkan diri merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh Allah. Seseorang yang berperilaku sombong diancam akan dimasukkan ke neraka, sampai dirinya bertobat. Oleh karena itu, salah satu manfaat bersikap tawadhu adalah menghindarkan diri dari sikap takabur. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Al-Kharaithi, imam Al-Hasan bin Sufyan, Ibnu La’al, dan imam Ad-Dailami dari sahabat Anas bin Malik r.a, berikut ini: "Tidak ada manusia kecuali di kepalanya ada dua rantai, rantai di langit ke tujuh dan rantai di bumi ke tujuh, jika ia tawadhu’ maka Allah akan mengangkatnya dengan rantai ke langit ke tujuh, dan jika ia sombong maka Allah akan merendahkannya dengan rantai ke bumi ke tujuh." 2. Mengangkat Derajat Tawadhu merupakan akhlak terpuji yang sangat dicintai oleh Allah. Selain itu, setiap Muslim yang memiliki sikap tawadhu maka derajatnya akan diangkat oleh Allah SWT. Sedangkan, orang yang mempunyai sifat sombong akan dihinakan oleh Allah. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini, yang artinya: "Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata karena Allah SWT, melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya." (HR Imam Muslim) 4 dari 4 halaman MUNIRAH, S.Pd. SMP N 1 KALIKAJAR WONOSOBO JATENGPOS.CO.ID, – Guru merupakan sebuah profesi yang sungguh sangat berat. Di pundak guru dibebani segudang tanggung jawab terhadap perubahan pengetahuan yang mengarah pada perilaku peserta didik menuju yang lebih baik. Berani jadi guru, harus berani pula menjalani segala konsekuensinya. Tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Ia harus orang yang tetap kukuh berdiri di atas segala kesulitan yang akan di hadapi dan selalu berusaha untuk mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya. Selain mengajar guru memiliki tugas utama untuk mendidik siswa. Mendidik berbeda dengan mengajar, bahkan jauh berbeda. Mendidik merupakan pekerjaan yang tidaklah mudah. Mendidik adalah suatu tindakan membuat manusia tak terdidik menjadi manusia yang mengerti keteraturan nilai, ketaatan sosial, dan kepaduan moral sehingga mampu berbaur dengan tatanan masyarakat luas dengan kualitas hidup yang baik dan benar. Dengan kata lain artinya menjadi manusia terdidik. Perjuangan dalam mempersiapkan murid – murid kearah masa depan banyak sekali rintangan. Kesulitan – kesulitan selalu datang setiap hari dan semakin berkembang. Rumitnya administrasi pembelajarn guru, pembagian tugas mengajar guru yang diberikan oleh sekolah, banyaknya waktu untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah, dan lain sebagainya. Apalagi di era informasi digital yang semakin cepat dan simpang siur seperti ini. Guru dituntut lebih cepat memahami perkembangan siswa, baik perkembangan positif maupun perkembangan negatif. Begitupun ketika menghadapi siswa yang agak malas belajar, jarang mau mengerjakan tugas, kurang memperhatikan guru saat proses pembelajaran, sering bolos sekolah, sering terlambat sekolah, kurang menghargai guru, nakal terhadap teman – temannya, dan perbuatan negatif lainnya. Guru harus selalu memiliki ide dan mampu untuk mengatasinya. Bagaimanapun beratnya tugas seorang guru harus mampu menghadapi dan mengatasi rintangan – rintangan dengan bijak dan penuh cinta. Persoalan – persoalan diatas hanya sedikit persoalan yang harus ditanggung. Belum lagi persoalan diri, misalnya persoalan ekonomi, persoalan keluarga, dan lain sebagainaya. Semua itu juga dapat membuat seseorang guru tenggelam dalam kekalutan yang amat menyakitkan. Kemampuan guru untuk mengendalikan diri sangat diperlukan pada era sekarang. Dapat dikatakan, guru tak lagi memiliki waktu berkeluh kesah, apalagi meratapi kesulitan-kesulitannya. Namun demikian, mengendalikan diri dan emosi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan satu kesulitan, namun segera setelah itu datang berpuluh – puluh kesulitan. Apalagi jika setiap usaha untuk mengatasi rintangan selalu mengalami kegagalan. Putus asa, frustasi, dan semua pikiran negatif akan masuk dalam diri sehingga dapat merobohkan tonggak kuat jiwa seorang guru. Kini saatnya bangkit! Tak ada waktu lagi untuk meratapi masalah. Guru harus berdiri kokoh untuk mengajarkan kabajikan kepada semua orang, termasuk siswa – siswanya. Guru harus menjadi bijak dan dituntut untuk memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi, sikap yang selalu menyejukkan, menjadi peneduh dan petunjuk bagi siswa – siswanya. Bahkan, seorang guru harus mengabaikan masalah yang sedang terjadi dalam dirinya, masalah yang sedang dialaminya, agar tetap menjadi pribadi yang meneduhkan dan mampu mengarahkan. Saat menghadapi siswa yang memiliki sikap negatif, hendaknya pendidik lebih sabar dalam mengenali sifat siswa – siswanya. Tak hanya itu, menjalin keakraban sangat diutamakan. Hal tersebut dikarenakan siswa akan merasa nyaman dan akan lebih mudah diarahkan. Dan ditutup dengan memberi penguatan pada perilaku positif anak agar pe Guru merupakan sebuah profesi yang sungguh sangat berat. Di pundak guru dibebani segudang tanggung jawab terhadap perubahan pengetahuan yang mengarah pada perilaku peserta didik menuju yang lebih baik. Berani jadi guru, harus berani pula menjalani segala konsekuensinya. Tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Ia harus orang yang tetap kukuh berdiri di atas segala kesulitan yang akan di hadapi dan selalu berusaha untuk mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya. Selain mengajar guru memiliki tugas utama untuk mendidik siswa. Mendidik berbeda dengan mengajar, bahkan jauh berbeda. Mendidik merupakan pekerjaan yang tidaklah mudah. Mendidik adalah suatu tindakan membuat manusia tak terdidik menjadi manusia yang mengerti keteraturan nilai, ketaatan sosial, dan kepaduan moral sehingga mampu berbaur dengan tatanan masyarakat luas dengan kualitas hidup yang baik dan benar. Dengan kata lain artinya menjadi manusia terdidik. Perjuangan dalam mempersiapkan murid – murid kearah masa depan banyak sekali rintangan. Kesulitan – kesulitan selalu datang setiap hari dan semakin berkembang. Rumitnya administrasi pembelajarn guru, pembagian tugas mengajar guru yang diberikan oleh sekolah, banyaknya waktu untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah, dan lain sebagainya. Apalagi di era informasi digital yang semakin cepat dan simpang siur seperti ini. Guru dituntut lebih cepat memahami perkembangan siswa, baik perkembangan positif maupun perkembangan negatif. Begitupun ketika menghadapi siswa yang agak malas belajar, jarang mau mengerjakan tugas, kurang memperhatikan guru saat proses pembelajaran, sering bolos sekolah, sering terlambat sekolah, kurang menghargai guru, nakal terhadap teman – temannya, dan perbuatan negatif lainnya. Guru harus selalu memiliki ide dan mampu untuk mengatasinya. Bagaimanapun beratnya tugas seorang guru harus mampu menghadapi dan mengatasi rintangan – rintangan dengan bijak dan penuh cinta. Persoalan – persoalan diatas hanya sedikit persoalan yang harus ditanggung. Belum lagi persoalan diri, misalnya persoalan ekonomi, persoalan keluarga, dan lain sebagainaya. Semua itu juga dapat membuat seseorang guru tenggelam dalam kekalutan yang amat menyakitkan. Kemampuan guru untuk mengendalikan diri sangat diperlukan pada era sekarang. Dapat dikatakan, guru tak lagi memiliki waktu berkeluh kesah, apalagi meratapi kesulitan-kesulitannya. Namun demikian, mengendalikan diri dan emosi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan satu kesulitan, namun segera setelah itu datang berpuluh – puluh kesulitan. Apalagi jika setiap usaha untuk mengatasi rintangan selalu mengalami kegagalan. Putus asa, frustasi, dan semua pikiran negatif akan masuk dalam diri sehingga dapat merobohkan tonggak kuat jiwa seorang guru. Kini saatnya bangkit! Tak ada waktu lagi untuk meratapi masalah. Guru harus berdiri kokoh untuk mengajarkan kabajikan kepada semua orang, termasuk siswa – siswanya. Guru harus menjadi bijak dan dituntut untuk memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi, sikap yang selalu menyejukkan, menjadi peneduh dan petunjuk bagi siswa – siswanya. Bahkan, seorang guru harus mengabaikan masalah yang sedang terjadi dalam dirinya, masalah yang sedang dialaminya, agar tetap menjadi pribadi yang meneduhkan dan mampu mengarahkan. Saat menghadapi siswa yang memiliki sikap negatif, hendaknya pendidik lebih sabar dalam mengenali sifat siswa – siswanya. Tak hanya itu, menjalin keakraban sangat diutamakan. Hal tersebut dikarenakan siswa akan merasa nyaman dan akan lebih mudah diarahkan. Dan ditutup dengan memberi penguatan pada perilaku positif anak agar peserta didik selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, guru harus memiliki empat karakter dasar yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Sebagai mana visi guru yang dirumuskan Ki Hajar Dewantoro, bahwa seorang pendidik itu hendak mempunyai kepribadian : di depan menjadi tauladan, di tengah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan, tutwuri handayani. Rintangan berupa kesulitan hidup adalah hal sewajarnya. Melampaui semua masalah dengan penuh keikhlasan adalah suatu kewajiban, jangan hindari masalah, namun lampaui ia, karena semua masalah adalah cara Tuhan untuk menaikan kita pada level hidup selanjunya. Jika kita menghindari masalah, kita tidak akan naik kelas. Sebaliknya, jika kita menghadapi dan menyelesaikannya, Tuhan akan menaikkan derajatnya. serta didik selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, guru harus memiliki empat karakter dasar yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Sebagai mana visi guru yang dirumuskan Ki Hajar Dewantoro, bahwa seorang pendidik itu hendak mempunyai kepribadian : di depan menjadi tauladan, di tengah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan, tutwuri handayani. Rintangan berupa kesulitan hidup adalah hal sewajarnya. Melampaui semua masalah dengan penuh keikhlasan adalah suatu kewajiban, jangan hindari masalah, namun lampaui ia, karena semua masalah adalah cara Tuhan untuk menaikan kita pada level hidup selanjunya. Jika kita menghindari masalah, kita tidak akan naik kelas. Sebaliknya, jika kita menghadapi dan menyelesaikannya, Tuhan akan menaikkan derajatnya. MUNIRAH, S.Pd. SMP N 1 KALIKAJAR WONOSOBO |