Bagaimana bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi?

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Berikut ini adalah pembahasan tentang Sambutan Rakyat di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dukungan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan indonesia, sambutan rakyat terhadap proklamasi, dukungan spontan terhadap proklamasi.

Peristiwa penting yang menunjukkan dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan.

Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan lkada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas.

Makna rapat raksasa di Lapangan Ikada bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut.

  1. Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
  2. Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat.
  3. Menanamkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
  4. Rakyat mendukung pemerintahan yang baru terbentuk. Buktinya, setiap instruksi pimpinan mereka laksanakan.
Bagaimana bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi?
Gambar: Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Usaha menegakkan kedaulatan juga terjadi di berbagai daerah dengan adanya tindakan heroik di berbagai kota yang mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Perebutan kekuasaan di Jogjakarta dimulai tanggal 26 September 1945 sejak pukul 10.00. WIB. Para pengawal pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melakukan aksi mogok. Mereka menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia.

Aksi mogok makin kuat ketika Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) menegaskan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan pemerintah RI. Pada hari itu juga di Jogjakarta terbit surat kabar Kedaulatan Rakyat.

Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut kompleks penyimpanan senjata Jepang dan pemancar radio di Embong, Malang. Selain itu, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya.

Insiden itu terjadi ketika beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat.

Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.

Bagaimana bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi?
Gambar: Peristiwa Perobekan Bendera di Hotel Yamato Surabaya

Pada tanggal 14 Oktober 1945 para pemuda bermaksud memindahkan 400 orang tawanan Jepang (vateran Angkatan Laut) dari Pabrik Gula Cepiring menuju Penjara Bulu di Semarang.

Akan tetapi, di tengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh (batalyon setempat di bawah pimpinan Mayor Kido).

Situasi bertambah panas dengan desas-desus bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk Semarang yang ada di Candi.

Untuk membuktikan kebenaran desas desus tersebut, dr. Karyadi sebagai Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Parusara) melakukan pemeriksaan.

Namun, yang terjadi kemudian dr. Karyadi tewas di jalan Pandanaran, Semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.

Pada tanggal 15 Oktober 1945 pasukan Kidobutai melakukan serangan ke kota Semarang dan dihadapi oleh TKR dan laskar pejuang lainnya. Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pemimpin TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang.

Kedatangan pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan Sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara Jepang. Akibat pertempuran ini ribuan pemuda gugur dan dan ratusan orang Jepang tewas.

Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum di Semarang.

Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Penguasa militer Jepang memerintahkan pembubaran organisasi itu dan para pemuda tidak boleh melakukan kegiatan perkumpulan.

Atas peringatan Jepang itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera Merah Putih dan berhasil melucuti senjata tentara Jepang.

Pada bulan Agustus 1945, para pemuda Bali telah membentuk organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Upaya perundingan untuk menegakkan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak Jepang selalu menghambat.

Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan dari Jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan Jepang masih kuat.

Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat, tetapi kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan.

Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan ( depan markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8000 orang dengan membawa bendera merah putih.

Rakyat Palembang dalam mendukung proklamasi dan menegakkan kedaulatan negara Indonesia dilakukan dengan jalan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang dipimpin oleh dr. A.K. Gani.

Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI. Upaya penegakan kedaulatan di Sumatra Selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.

Para pemuda bergerak untuk merebut Pangkalan Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara) dan gudang senjata dari tangan Jepang.

Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintahan pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gedung-gedung penting seperti stasiun radio dan tangsi polisi.

Bentrokan fisik antara pemuda dan antara Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.

Pada tanggal 8 Oktober 1945 rakyat mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Pada tanggal itu juga diumumkan bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI.

Para pemuda yang tergabung dalam API (Angkatan Pemuda Indonesia) melucuti senjata Jepang di Teluk Betung, Kalianda, dan Menggala.

Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.

Baca juga: Penyebaran Berita Proklamasi

Respon rakyat Indonesia dalam menyambut porklamasi kemerdekaan Indonesia antara lain: 1. penyebaran informasi kemerdekaan melalui berbagai media seperti surat kabar, radio, pamflet, pertemuan, penugasan gubernur untuk menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan di daerah masing-masing, 2. peristiwa heroik yang dilakukan oleh rakyat Indonesia dari berbagai daerah seperti Bali, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dsb untuk mendukung kedaulatan Indonesia,

3. diadakan rapat besar di lapangan Ikada pada 19 September 1945 sebagai bentuk dukungan rakyat atas proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Dengan demikian, rakyat menyambut proklamasi kemerdekaan dengan antusias, bangga, dan penuh dukungan. Hal ini tergambar dalam penyebaran informasi yang dilakukan rakyat Indonesia melalui berbagai media, tindakan heroik di berbagai daerah, dan sambutan rakyat di lapangan Ikada untuk mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah adalah dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sebagian besar rakyat Indonesia bisa dengan cepat menanggapi kemerdekaan itu dengan bebas dari segala-segalanya, sehingga mereka berusaha melawan kekuatan selama ini membelenggunya. Sikap inilah yang pada gilirannya memunculkan perlawanan-perlawanan baik terhadap tentara Jepang maupun kepada penguasa pribumi yang pada zaman kolonial Belanda maupun Jepang yang berpihak kepada penjajah.

a. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Rakyat Indonesia, baik di pusat maupun di daerah, pada umumnya melakukan aksi-aksi yang mendukung diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Para pemuda yang dipelopori oleh Komite van Aksi Menteng 31, menghendaki agar para pemimpin perjuangan kemerdekaan mau bertemu dengan rakyat & berbicara di hadapan mereka mengenai kemerdekaan Indonesia sebagai puncak perjuangan bangsa. Rencana ini dilaksanakan dengan dua cara yakni persiapan pengerahan massa & menyampaikan rencana itu kepada presiden. Presiden Soekarno & wakil Presiden Moh. Hatta yang terpilih secara aklamasi oleh PPKI, menyetujui rencana itu, begitu juga dengan para menteri yang telah dilantik. Masalah yang menjadi perhatian adalah sikap tentara Jepang dengan rencana itu. Presiden harus mempertimbangkan rencana itu dengan matang agar tidak bentrokan dengan massa. Presiden memutuskan untuk mengadakan sidang kabinet di kediaman presidan. Sidang kabinet diselenggarakan pada tanggal 9 September 1945 & berlangsung sampai tengah malam, sehingga sidang ditunda sampai pukul 10.00 pagi keesokan harinya. Pada pagi harinya sidang dilanjutkan lagi di Lapangan Banteng Barat & dihadiri oleh para pemimpin pemuda atau para pemimpin Badan Perjuangan. Para pemimpin pemuda menghendaki agar pertemuan antara pemimpin bangsa dengan rakyatnya tidak dibatalkan. Akhirnya dengan sebagai pertimbangan rapat menyetujui rencana itu. Presiden & wakil presiden serta para menteri kemudian menuju ke Lapangan Ikada. Ternyata Lapangan Ikada telah dipenuhi oleh massa yang lengkap dengan senjata tajam. Tampak pula tentara Jepang bersiap siaga senjata lengkap & tank-tanknya. Melihat kondisi inii tampaknya bentrok antara pasukan Jepang dengan massa bisa terjadi sewaktu-waktu. Mobil presiden & wakil presiden diberhentikan sebentar oleh komandan jaga sebelum mempersilahkan masuk ke Lapangan Ikada. Soekarno menuju panggung & menyampaikan pidato singkat setelah memasuki Lapangan Ikada. Soekarno  meminta dukungan & kepercayaan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mematuhi kebijakan-kebijakannya, patuh, & disiplin dalam pidatonya. Soekarno juga memerintah massa untuk bubar dengan tertib.
Bagaimana bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi?
Gambar: Pidato Presiden Soekarno di Lapangan Ikada.
Source: Pihak Ketiga.
Imbauan itu ternyata dipatuhi oleh massa yang memadati Lapangan Ikada. Melihat fenomena ini, rapat raksasa di Lapangan Ikada ini adalah manifestasi pertama dari kewibawaan pemerintah RI kepada rakyatnya. Sekalipun rapat ini berlangsung singkat, tetapi telah berhasil mempertemukan rakyat dengan para pemimpinnya sekaligus memberikan kepercayaan rakyat kepada para pemimpinnya.

b. Tanggapan di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi

Berita proklamasi segera menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Pekik merdeka mewarnai salam masyarakat Indonesia di setiap gang, pasar, lembaga pendidikan, & berbagai tempat umum lainnya. Rasa syukur atas kemerdekaan dilakukan dengan berbagai cara. Doa syukur berkumandang di tempat-tempat ibadah sesuai dengan agama & kepercayaannya. Rasa syukur terhadap kemerdekaan bukan hanya diucapkan dengan lisan, namun juga dibuktikan dengan perbuatan. Semangat kemerdekaan telah membakar keberanian rakyat Indonesia di berbagai daerah.

Demikianlah artikel mengenai sambutan rakyat terhadap proklamasi Indonesia. Semoga bermanfaat bagi kita semua.