Bagaimana tanggapan wali kelas dengan usulan pertama dari siswa

JAKARTA, celebrities.id – Dalam setiap proses belajar mengajar biasanya ada kesepakatan kelas antara guru dan murid yang diterapkan. Hal ini perlu dilakukan supaya tercipta suasana lingkungan belajar yang benar dan nyaman.

Baca Juga : 10 Contoh Pidato Perpisahan Kelas 9 Singkat dan Jelas

Tidak hanya itu, demi memaksimalkan proses belajar mengajar dipastikan semua pihak harus terlibat dalam kesepakatan kelas. Umumnya, kesepakatan kelas diperoleh dari aturan yang diciptakan oleh guru dan diterima serta dilaksanakan oleh para murid.

Lantas, seperti apa contoh kesepakatan kelas yang bisa diterapkan? 

Berikut ini celebrities.id telah merangkum dari beberapa sumber, Senin (11/07/2022) terkait contoh kesepakatan kelas.

Contoh Kesepakatan Kelas

1. Masuk Kelas Tepat Waktu dan Tidak Telat

Kesepakatan kelas yang pertama yang kerap dijumpai yakni masuk kelas tepat waktu. Hal itu dilakukan untuk menjaga suasana kelas yang tenang dan tidak mengganggu konsentrasi belajar.

2. Melaksanakan Piket Sesuai dengan Aturan yang Sudah Dibuat

Dalam pelaksanaannya, wali kelas dan juga murid sudah menentukan jadwal piket pada hari pertama tahun ajaran baru. Selanjutnya, para murid diharapkan bertanggung jawab dan melaksanakan piket sesuai dengan aturan yang sudah dibuat.

3. Tidak Bertengkar Antar Siswa

Contoh kesepakatan kelas yang ketiga yakni tidak boleh bertengkar antar siswa lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketenangan saat proses belajar mengajar.

WALI KELAS

Setelah satu tahun mengajar, saya dipilih sebagai salah satu wali kelas di sekolah tempat saya mengajar pertama kalinya. Karena masih dianggap guru baru, maka saya ditempatkan sebagai wali kelas 1 (satu) SMU. Waktu itu belum ada istilah kelas X,XI,dan XII. Dipilih dan dipercaya sebagai wali kelas adalah suatu kebanggaan sendiri. Karena wali kelas adalah guru yang paling dekat dengan siswa. Bertanggung jawab untuk satu kelas itu. Saya juga dapat mengenal 35 anak secara khusus. Siswa  yang dekat tempat tinggalnya, saya berusaha mengunjungi. Namun, ada beberapa yang jauh mengingat sekolah itu satu untuk satu kecamatan , sehingga ada yang  belum sempat saya datangi rumahnya. Walaupun begitu, ada keinginan untuk mengunjungi semuanya. Maklum waktu itu usia masih muda, dan masih lajang, sehingga ada waktu untuk berkunjung.

Setiap siswa saya kumpulkan biodatanya, meskipun sebenarnya data-data mereka sudah ada di sekolah sewaktu mereka mendaftar sebagai murid baru. Namun saya membuat sendiri blanko isian yang lebih banyak memuat keterangan seperti hobbinya; hal-hal yang disukai;  kenapa mereka memilih sekolah umum dan tidak Sekolah kejuruan; siapa tokoh dalam keluarganya yang paling memotivasinya; dan bagaimana mereka datang ke sekolah;  jalan kaki, angkutan umum, kendaraan pribadi, atau diantar jemput oleh keluarga, sehingga saya bisa mengenal secara lebih baik untuk 35 siswa. Saya rasa semua data sudah cukup, tetapi ada satu hal yang saya lupakan. Apakah itu?

Semua data saya kumpulkan dan saya bundel. Setelah itu, saya bagikan satu kertas HVS kosong, saya minta mereka membuat apa saja yang berkaitan dengan saya sebagai wali kelasnya. Boleh berbentuk tulisan, gambar, atau mereka buat sebuah benda. Setelah dikumpul, ada yang membuat gambar mobil dengan tulisan nama trayek ke arah kampung saya. Ada yang membuat gambar kipas, barangkali saya sering merasa kepanasan.  Ada juga yang menulis kesannya ketika pertama kali melihat saya masuk dan memperkenalkan diri sebagai wali kelas. Beragam kalimat yang tidak lebih dari dua paragraf yang membuat saya tersenyum sendiri membacanya.

Dari sekian banyak hasil karya selebar kertas itu, ada yang sangat berkesan dan menarik bagi saya, yaitu satu kertas digarisnya dua bagian. Satu bagian atas adalah  gambar lukisan saya dengan rambut pendek menggunakan rok sebatas lutut (waktu itu saya belum menggunakan hijab), serta sepatu highheel, mungkin sekitar 6/7 cm. sedangkan  bagian bawah adalah gambar siswa tersebut dengan namanya sendiri.

Lama saya memperhatikan gambar itu. Dalam hati saya berbisik ternyata saya memang melihat dengan sepasang mata ke arah 35 siswa, tapi jangan lupa sebaliknya ada 35 pasang mata memperhatikan saya.  Setelah tugas yang saya minta dikumpulkan, lalu  berbincang-bincang mengenai beberapa hal, termasuk kesepakatan lokal untuk mengumpulkan uang kas sosial. Siswa  yang dipercaya menyimpannya adalah bendahara lokal yang ditunjuk secara bersama-sama. Setelah selesai, jam istirahat berbunyi, anak-anak istirahat dan sayapun menuju ke ruang majelis guru. Lalu, lukisan saya yang dibuat oleh siswa itu, saya taruh di bawah kaca meja. Ada nama siswa yang membuatnya. Yang lainnya, saya simpan di loker, saya jadikan kenang-kenangan.

Tak terasa , sudah satu bulan menjadi wali kelas. Ssemua berjalan baik-baik saja. Suatu hari saya pesan kopi panas ke kantin yang berada tak jauh dari ruang majelis guru. Entah kenapa, hari masih pagi dan mata saya masih terasa mengantuk. Dan itu tidak biasa terjadi. Tak lama pesanan kopi datang, si penjaga kantin meletakkan baik-baik di atas meja. Lalu tanpa sengaja, sikut saya menyenggolnya dan tumpah, lalu merembes sampai ke lukisan itu. Saya tak bisa menyelamatkannya karena kopi masih panas. Setelah itu, saya cari kain untuk mengelap dan membersihkannya. Saya angkat kaca itu dibantu oleh seorang teman. Saya tarik kertas itu. Bagian bawah yang bergambar siswa tersebut basah dan hitam karena air kopi, sedangkan gambar saya masih utuh.

Besoknya saya mendapat berita. Salah seorang siswa saya telah berpulang ke rahmatullah. Ia  ditemukan mengambang di sungai (Batang Air), menurut infomasi, ia mengindap penyakit ayan, dan diduga penyakitnya kambuh,  ketika ia berenang di sana. Dan tambah terkejut bahwa siswa yang malang itu adalah yang ada dilukisan itu. Ah…Kenapa saya tak menyertakan keterangan penyakit yang dideritanya ketika mengisi biodata. Itulah penyesalan saya dan  saya tak kuat mengingatnya.

(Semoga engkau tenang di alam sana Nak “AA”. Tahun Dua Ribu Penuh Haru)

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 17 are not shown in this preview.

Motivasi Wali Kelas dan Prestasi Belajar Siswa

(Oleh:  Suseno)*

            Wali kelas merupakan orang tua pertama di sekolah (madrasah). Seorang wali kelas dapat mengetahui seluk beluk permasalahan siswanya baik secara pribadi, sosial, dan akademis. Di samping itu wali kelas juga berperan sebagai fasilitator dan tentunya sebagai motivator. Ditinjau dari perannya, seorang wali kelas memiliki beberapa peran:  Pertama, Peran wali kelas sebagai pribadi, sosial, dan akademis. Artinya pribadi seorang wali kelas harus mengetahui karakter dan sifat anak sehingga guru bisa memberikan pelayanan sesuai dengan sifat anak. Sebagai wali kelas harus mengetahui hubungan sosial anak dengan teman sebaya, dengan guru, dengan orang tua, dan lingkungan tempat tinggalnya agar wali kelas dapat menyesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan sebagai akademis seorang wali kelas harus mengetahui kemampuan prestasi siswa dalam bidang akademis (belajar) sehingga wali kelas dapat memberikan motivasi sesuai dengan masalah kemampuan akademis siswa. Kedua, Peran wali kelas sebagai fasilitator artinya seorang wali kelas harus bisa menjalin hubungan kemitraan dengan siswa. Hubungan kemitraan antara guru dengan siswa yaitu guru bertindak sebagai pendamping belajar siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan agar siswa dapat belajar secara baik dan benar. Ketiga, Peran  wali kelas sebagai motivator artinya seorang wali kelas harus mampu memotivasi siswanya agar lebih maju dan bersemangat dalam menuntut ilmu dan menambah wawasan yang lebih luas untuk bekal masa depannya.

Tugas Pokok dan Fungsi Wali Kelas

            Tugas pokok dan fungsi wali kelas antara lain adalah membantu dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah (madrasah) dalam hal pengelolaan kelas. Dalam pengelolaan suatu kelas seorang wali kelas memiliki beberapa tangggung jawab penting: Pertama, bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pokok yang meliputi: Mewakili orang tua dan kepala sekolah (madrasah) dalam lingkungan pendidikan sekolah  (madrasah), meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, membantu pengembangan keterampilan peserta  didik, membantu pengembangan kecerdasan siswa, dan mempertinggi budi pekerti dan kepribadian siswa.  Kedua, Mengetahui siswa yang meliputi: Mengetahui jumlah siswa, mengetahui jumlah anak laki-laki dan perempuan, mengetahui nama-nama siswa, mengetahui identitas lain dari siswa, mengetahui keadaan siswa setiap hari, mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa (tugas pelajaran, status sosial dan ekonomi).  Ketiga,  Melakukan penilaian meliputi: Tingkah laku siswa sehari-hari di sekolah (madrasah), kerajinan, ketekunan, kesantunan, kepribadian, dan tata tertib.  Keempat, Mengetahui tindakan yang akan terjadi meliputi: Pemberitahuan, pembinaan, pengarahan, peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK) dan kepala sekolah (madrasah). Kelima, langkah tindak lanjut meliputi: Memperhatikan buku nilai rapor siswa, memperhatikan keberhasilan/kenaikan kelas siswa, memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan siswa, dan memperhatikan serta membina suasana kekeluargaan yang harmonis. 

            Sedangkan tugas pokok dan fungsi wali kelas yang lain adalah Pertama dalam hal Penyelenggaraan Administrasi Kelas, meliputi:  Denah tempat duduk siswa, papan absensi, daftar pelajaran, daftar piket, daftar struktur, buku absensi, buku jurnal, buku batas pelajaran, dan buku tata tertib. Kedua dalam hal penyusunan dan pembuatan statistik bulanan peserta didik, pengisian Daftar Kumpulan Nilai (DKN), daftar inventaris kelas, pembuatan catatan khusus tentang peserta didik, pencatatan mutasi peserta didik, pengisian buku laporan penilaian hasil belajar, dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar. 

Teori  Motivasi

            Teori motivasi menurut Sardiman A.M. (2010) menjelaskan bahwa teori motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan yaitu: Pertama,   Kebutuhan fisiologis seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan rekreasi. Kedua, Kebutuhan akan keamanan (security), seperti rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan. Ketiga, Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Seperti kasih sayang, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok dan tempat kerja). Keempat, Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, seperti mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.

Kesimpulan

            Pemberian motivasi oleh wali kelas dalam hubungan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa merupakan hal yang mutlak sangat diperlukan di sebuah lembaga pendidikan bernama sekolah (madrasah).  Wali kelas merupakan orang tua pertama siswa saat berada di sekolah (madrasah), perannya sangat besar dalam menentukan prestasi belajar siswa yang akhirnya bermuara pada kebutuhan siswa dalam menyelesaikan studinya secara optimal. Dengan demikian jelaslah bahwa pemberian motivasi wali kelas akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah (madrasah).  Oleh sebab itu, wali kelas dituntut untuk berupaya secara optimal pula  dalam memberikan motivasi terhadap siswanya agar seluruh potensi (sesuai minat dan bakat) yang ada dalam diri setiap siswa benar-benar dapat digali dan dikembangkan secara optimal.

            Menurut hasil penelitian Karyawati (2011) tentang pemberian motivasi oleh wali kelas ternyata sangat  berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, hingga mencapai 27% dari seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dari siswa, di samping faktor lainnya seperti motivasi orang tua, minat belajar, kebiasaan belajar, kedisiplinan, dan konsentrasi. Meskipun pengaruhnya tidak terlalu besar namun tugas pokok dan fungsi seorang wali kelas tetap sangat penting dan mutlak diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan bernama sekolah (madrasah). Dapat kita bayangkan apa jadinya sekolah tanpa wali kelas atau andaikan ada namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jabatan wali kelas juga kini bisa dikonversi ke jam pelajaran berdasarkan Pasal 3 ayat (7) Permendikbud No. 4 tahun 2015. Dari itu menyambut Tahun Pelajaran Baru 2018/2019, kepada guru-guru yang telah dipercaya oleh kepala sekolah (madrasah), maka jalankanlah amanah tersebut dengan ikhlas sepenuh hati, berlapang dada, dan penuh dedikasi yang tinggi, demi terwujudnya kenyamanan sebuah lembaga pendidikan tempat di mana  kita mendedikasikan diri untuk mengajar dan mendidik untuk memberi corak yang menawan kepada peserta didik, yang akhirnya bermuara pada terwujudnya anak bangsa Indonesia yang cerdas, kreatif, dan berbudi pekerti yang tinggi. Selaras dengan apa yang menjadi harapan semua siswa, para orang tua, guru dan pendiri Bangsa Indonesia. ***

*Guru MTs Negeri 1 Bengkalis