Dalam kantong plastic selama pengiriman, kesehatan ikan dipengaruhi oleh perubahan perameter… *

Full PDF PackageDownload Full PDF Package

This Paper

A short summary of this paper

30 Full PDFs related to this paper

Download

PDF Pack

Adanya permintaan benih ikan dari antar daerah, bahkan pulau mengharuskan beberapa produsen melakukan pengiriman jarak jauh. Sebelum dikirim, benih ikan harus diangkut terlebih dahulu dari penangkaran tambak.

Kondisi pemindahan ikan pada tempat sementara dengan lingkungan yang sangat terbatas dan kepadatan ikan yang tinggi bisa menyebabkan keadaan yang labil serta perubahan yang cepat dalam degradasi kualitas air yang bisa menyebabkan bibit ikan cepat mati.

Maka dari itu, proses pengangkutan benih ikan harus dilakukan dengan penanganan yang benar. Apabila tidak sesuai prosedur.

Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, kesehatan ikan yang dalam pengiriman dipengaruhi oleh perubahan parameter kualitas air berupa, suhu, oksigen larut, pH, karbondioksida, amoniak, dan keseimbangan garam pada darah ikan.

Apalagi benih ikan sangat sensitif terhadap temperatur air. Benih ikan bisa terancam pada saat pengangkutan ketika tidak cocok dengan temperatur air.

Maka dari itu, proses pengangkutan dilakukan saat temperatur rendah seperti, pagi hari atau sore. Jika memang tidak bisa dalam temperatur rendah, maka penambahan es batu sebaiknya dilakukan.

Selain itu, beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi proses pengangkutan benih ikan seperti:

  • Jenis ikan. Pemahaman terhadap spesies ikan sangat diperlukan sebab dalam urusan kebutuhan oksigen, setiap jenis ikan berbeda-beda.
  • Usia dan ukuran ikan. Benih ikan yang memiliki ukuran besar memerlukan oksigen yang besar pula.
  • Resistensi ikan. Dalam hal ini  melihat pada kualitas pakan benih ikan. Bila diberi pakan buatan, maka daya tahan akan lebih rentan dibandingkan dengan pakan alami.
  • Durasi pengangkutan. Jika semakin dekat jarak tempuh, maka semakin besar potensi benih ikan tetap hidup.
  • Sistem pengangkutan. Semakin cepat dan mudah sistem pengangkutan, maka peluang keberhasilan dalam pengangkutan pun akan lebih besar.

Pengiriman Benih Ikan Durasi Kurang dari 8 Jam

Dalam pengangkutan benih ikan yang durasi pengirimannya di bawah delapan jam bisa melakukan cara berikut ini:

  • Sediakan kantong plastik besar dengan ketebalan 0,015 mm-0,2 mm sebanyak dua lapis yang diisi 10 liter air. Kemudian, masukkan benih ikan dan tambahkan oksigen dengan perbandingan 1:1 antara air dan oksigen. Setelah itu ikat palstiknya.
  • Mensiasati supaya tidak terjadi kebocoran, kantong plastik yang sudah terisi benih ikan harus dimasukkan dalam kardus dengan tetap mempertahankan temperatur di antara 27-29°C.

Pengiriman Benih Ikan Durasi Lebih dari 8 Jam

Sementara itu, untuk pengangkutan benih ikan lebih dari 8 jam pengiriman dapat melakukan cara berikut ini:

Siapkan kantong plastik dua lapis yang bisa diisi 10 liter air. Kemudian masukkan benih ikan dalam kantong plastik tersebut secara hati-hati.

2. Periksa Kepadatan Benih Ikan dalam Kantong Plastik

Kepadatan benih ikan dalam kemasan kantong plastik harus berkisar 5000-8000 ekor untuk setiap 5-8 liter air. Sementara volume oksigen antara 15-20 liter.

Namun, apabila menggunakan kontainer atau jenis wadah budidaya ikan yang telah dilengkapi saluran oksigen, total benih ikan yang bisa diangkut sekitar 1 juta ekor benih ikan yang berusia 2-3 hari atau yang baru mulai makan.

Jika menggunakan wadah yang bervolume 100 liter, benih yang dapat diangkut sekitar 100 ribu ekor. Untuk benih ikan yang berusia 2-4 minggu dapat diangkut dalam kantong plastik sebanyak 500-2000 ekor benih per kantong.

Kepadatan benih ikan di dalam kantong plastik mempengaruhi keberhasilan dalam pengiriman. Apabila terlalu padat pada waktu pengiriman yang lama, bisa menimbulkan stress pada benih ikan dengan tingkat yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena oksigen dalam air mengalami penurunan.

Namun, bila kepadatan terlalu rendah akan menyebabkan tingginya biaya pengiriman per ekor. Maka dari itu, pemahaman terkait kepadatan benih ikan yang optimal perlu dilakukan, sehingga dapat membuat benih ikan tetap hidup dan terkontrolnya biaya pengiriman.

3. Masukkan Kantong Plastik yang Berisi Benih ke dalam Kotak Karton

Siapkan kotak karton, kemudian masukkan kantong plastik yang terisi benih. Setelah itu, alas bagian dalamnya dilapisi gabus.

4. Tambahkan Pecahan Es

Sediakan pecahan es sebanyak 10% dari volume air, kemudian masukkan dalam kantong plastik yang berbeda. Lalu, tempatkan di antara kantong plastik yang terisi benih ikan dan kotak karton.

5. Pengecekkan Temperatur

Jika temperatur air masih di atas 20°C, maka boleh ditambahkan es lagi hingga temperaturnya di bawah 20°C atau tetap pada suhu optimal.

Setiap spesies benih ikan mempunyai kisaran suhu yang berbeda, maka jika perubahan di luar kisaran suhu yang tersebut bisa membuat ikan benih ikan stress bahkan mengalami kematian.

Temperatur yang tinggi akan membuat toksisitas dari kontaminan terlarut menjadi meningkat sehingga pertumbuhan dari patogen juga alami peningkatan. Selain itu, terjadi juga penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan meningkatkan konsumsi oksigen serta laju metabolisme.

Sebaliknya, jika temperatur terlalu rendah bisa menyebabkan respon imunitas menjadi lebih lambat, mengurangi nafsu makan, aktivitas dan pertumbuhan benih. Oleh karena itu, temperatur air sangat berpengaruh penting dalam pernafasan, reproduksi serta laju metabolisme.

Fluktuasi temperatur yang membahayakan bagi benih ikan ialah 5°C dalam waktu satu jam. Balik lagi pada spesies benih yang akan dikirim, setiap spesies juga membutuhkan temperatur yang berbeda.

6. Tambahkan Oksigen

Penambahan oksigen ke dalam kantong plastik yang terisi benih ikan dilakukan secara perlahan hingga perbandingan volume air dan oksigen menjadi 1:1, setelah itu ikat dengan erat kantong plastik tersebut.

Pengangkutan ikan hidup baik itu induk, benih dan ikan untuk kebutuhan konsumsi pada dasarnya adalah usaha menempatkan ikan pada lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan  asalnya disertai dengan perubahan-perubahan sifat lingkungan yang relatif mendadak dan akan sangat mengancam kehidupan ikan.Umumnya ikan konsumsi harganya akan lebih mahal jika didistribusikan dalam keadaan hidup. Keberhasilan mengurangi pengaruh perubahan lingkungan yang mendadak ini akan memberi kemungkinan untuk mengurangi  tingkat kematian, yang berarti tercapainya tujuan pengangkutan. Pada dasarnya, ada dua metode pengangkutan ikan hidup, yaitu pegangkutan  dengan menggunakan air sebagai media (system basah) dan pengangkutan   tanpa menggunakan  media air (sistem kering). Pada pengangkutan ikan hidup, beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah :

  • Meningkatkan Suplai oksigen dengan cara mengganti udara dengan oksigen murni, meningkatkan  tekanan  oksigen   pada  wadah,  dan  mengurangi konsumsi oksigen rata-rata.
  • Mengontrol Metabolisme dengan cara mengurangi laju buangan metabolisme dan menetralisir atau membuang hasil metabolisme.

Sebelum dilakukan pengangkutan, ikan sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu selama 48 jam. Hal ini bertujuan untuk mengosongkan  saluran pencernaan agar metabolisme menurun. Faktor yang sangat penting pada pengangkutan  ikan adalah tersedianya oksigen terlarut   yang memadai .Akan tetapi hanya dengan faktor ini saja tidak menjamin ikan akan berada dalam kondisi yang baik.  Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi  terhadap suhu air, pH, konsentrasi CO2, akumulasi amoniak, ikan terlalu aktif, infeksi  bakteri, luka fisik akibat penanganan yang  kasar, dan faktor stress.

Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi pengangkutan  ikan hidup dengan mempertimbangkan persediaan oksigen dalam alat pengangkutan,antaralain:

  • Spesiesikan:kebutuhan ikan akan oksigen bervariasi sesuai dengan spesiesnya.
  • Umur dan ukuran ikan:dalam jumlah berat total yang sama,ikan yang lebih kecil memiliki kebutuhan oksigen lebih tinggi dibandingkan dengan  ikan yang lebih besar.
  • Ketahanan relatif  ikan  :  ikan  yang   diberi  pakan  alami  lebih  tahan dibandingkan  dengan ikan yang diberi pakan buatan, serta ikan yang dalam kondisi siap memijah cenderung  memiliki daya tahan dalam pengangkutan yang renda
  • Suhu air: pada suhu yang rendah akan mengakibatkan kadar oksigen dalam air lebih tinggi, karena kebutuhan untuk respirasi menur
  • Lamawaktu pengangkutan: semakin pendek lama waktu pengangkutan, maka semakin tinggi kepadatannya.
  • Cara angkut dan lama istirahat: semakin cepat dan prasarana pengangkutan yang baik serta waktu istirahat yang pendek, kemungkinan keberhasilan pengangkutan semakin besar.
  • Sifatalami alat pengangkut : pengangkutan dengan wadah kayu menyebabkan peningkatan suhu air lebih lambat dibandingkan dengan wadah logam, tetapi wadah kayu dapat mengisolasi panas dalam wada
  • Kondisi klimatologik: hal ini berpengaruh terhadap suhu air didalam wadah maupun kandungan oksigen terlarutnya.
  1. Penanganan Sebelum Pengangkutan
  2. Penampungan
  • Jenis dan Pengaruh Penampungan

Selama atau setelah pemanenan, ikan hasil  tangkapan harus ditampung beberapa waktu sampai ikan dikirim ke tujuan  akhir. Selama penampungan dapat dilakukan sortasi  dan grading ukuran. Penampungan dapat untuk waktu yang pendek (provisional storing) atau waktu yang lama  (prolonged storage). Provisional storing sering dilakukan pada waktu  sedang dilakukan panen, ikan ditampung,  kemudian ikan disortasi. Selanjutnya ikan dipaking dan segera dikirim ke tujuan akhir, misalnya benih ke kolam-kolam pemeliharaan atau penebaran dilokasi dekat atau ikan konsumsi yang segera akan diolah. Penampungan  lama dilakukan selama 2-3 hari atau Iebih diawali dengan sorting dan  grading. Penanganan harus  dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak  stres, terluka  dan terserang penyakit.  Keberhasilan penampungan ikan hidup dipengaruhi pula oleh teknik penangkapan selama pemanen.

Ikan harus ditempatkan dalam   kondisi yang baik.Kualitas daging ikan dapat meningkat. Ikan-ikan yang sebelumnya dipelihara dalam  kolam yang berlumpur atau dengan pemberian pupuk organik atau pakan berupa  Iimbah diperlukan penampungan untuk menghilangkan  bau  lumpur,  Iendir  dan  parasit  yang  mungkin  menempel. Dengan penampungan  yang baik selama beberapa waktu (2 jam) akan meningkatkan kualitas dagingnya, namun penurunan berat harus seminim mungkin.

Penampungan biasanya dilakukan dengan menempatkan ikan dalam tempat penampungan dengan air yang mengalir  untuk menjamin kecukupan oksigen. Aliran air tidak boleh terlalu berlebihan untuk menekan ikan berusaha berenang yang akan mengeluarkan  enerji, sehingga dapat  mengurangi beratnya. Apabila penampungan hanya sebentar, ikan tidak perlu diberi pakan. Penampungan ikan  harus terlindung. Penampungan ikan harus ditempatkan didekat tempat tinggal atau rumah agar mudah pengawasan. Hal ini dimaksud untuk menghindar  dari musuh-musuh alami ikan dan pencurian.

Kantong jaring yang dipasang dikolam atau saluran   air dapat digunakan untuk penampungan selama penangkapan ikan dilakukan. Ukuran  mata jaring tergantung pada  ukuran ikan yang akan ditampung. Benih larva ukuran sekitar 0,6-0,9 cm dengan hapa ukuran lubang 2-3 cm, benih ukuran 3-5 cm dengan waring ukuran lubang 0,4-0,5 cm dan  ikan lebih besar 10 cm  menggunakan  jarring polyetheline ukuran lubang 0,75inci (2 cm). Jaring dipasang ditempatkan dekat pintu air masuk  kolam agar mendapatkan air yang segar dan bersih. Kantong jarring ukuran 2-4m x 1-4 m dan tinggi 0,8 m lebih cocok digunakan bila dibanding  kantong berukuran besar.

Keramba jaring dibuat dengan kerangka besi atau  kayu dan  kisi-kisinya dilapisi jaring. Benih ukuran 3-5 cm dengan waring ukuran lubang 0,4-0,5 cm dan ikan lebih besar 10 cm menggunakan  jaring polyetheline ukuran lubang 1 inci. Ikan-ikan lunak seperti karper dan lele dapat  ditampung dalam  keramba kecil. Ikan-ikan  tersebut tahan terhadap  kandungan oksigen relatif rendah dan kepadatan tinggi. Karper tidak besirip keras dan duri keras lele tidak tegang, sehingga dalam  keadaan padat tidak merusak ikan lainnya.

Bak/kolam permanen berukuran panjang 2-6, lebar 1-2 m dan tinggi 1 m sangat tepat untuk penampungan ikan dalam jangka waktu relatif lama.  Dinding bak dibuat  halus agar tidak melukai ikan.  Aliran ai rcukup dan level air mudah diatur dan pengurasan total dapat dilakukan dengan cepat.  Oleh karena itu pintu air pembuangan dibuat model monik dengan pintu berupa beberapa papan yang dipasang pada sekat.  Untuk lebih mudah pengangkatan ikan dan penampungan bias dilapisi jaring, sehingga air tidak perlu harus dibuang total.  Apabila ikan harus diberi pakan, dengan ransum 1% berat total perhari.  Namun sehari sebelum diangkut, pemberian pakan harus dihentikan.

Jumlah ikan yang ditampung bervariasi tergantung pada spesies, ukuran ikan, aliran air, kandungan oksigen dan suhu air.  Keadaan demikian sangat sulit untuk menentukan jumlah ikan yang tepat yang harus ditampung dalam wadah yang berbeda.  Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pada penampungan benih sementara selama penangkapan lebih mudah dilihat dan gejala-gejala yang timbul.  Apapun alat penampungan yang digunakan  : tangki/ember besar ataupun jaring yang ditempatkan pada saringan, apabila ikan sudah berloncat-loncat menunjukkan tidak boleh ditambah lagi jumlahnya dan segera dipindah ketempat/kolam yang lebih longgar dan airnya mengalir.

  1. Pra-kondisi Sebelum Ikan Diangkut

Penanganan ikan hidup sebelum diangkut sangat menentukan keberhasilan pengangkutan. Setelah ikan dipanen dengan cara yang benar,  kemudian ditampung dalam air berkualitas baik dan tidak diberi pakan (dipuasakan) selama 1-2 hari.Penampungan ini dimaksud untuk menghilangkan lumpur, parasit, bakteri pada permukaan kulit dan kotoran (ekskresi) dan dalam tubuh. Parasit dan bakteri  ini akan menjadi penyaing ikan dalam konsumsi oksigen selama pengangkutan. Penampungan tanpa pemberian pakan bertujuan agar proses metabolism dan aktivitas gerak ikan selama pengangkutan menjadi lemah, sehingga laju konsumsi oksigennya rendah.

  1. Jenis dan Teknik Pengangkutan

Metode pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan:

  • Jerigen dan drum. Ikan konsumsi lele dan karper dimasukkan kedalam jerigen atau drum terbuka dengan air cukup membasahi diangkut dari produsen ke pendagang pengecer dan warung-warung. Pengangkutan dilakukan pada malam hari  dan  bertujuan untuk menjaga kesegaran.
  • Keranjang “brokoh” atau jerigen. Benih ikan gurame, lele, karper dan ikan lain yang relative tahan dimasukkan ke wadah berisi air dalam kepadatan tertentu, diangkutdan dipasarkan, sewaktu-waktu air diganti.
  • Drum atau tangki (disuplaipengudaraan). Metode ini drum atau tangki terbuka yang dapat dipasang dan dilepas dari kendaraan pengangkut. Ikan hidup dimasukkan dalam wadah dan pengudaraan dihembuskan melalui agitasi permukaaan, gelembung-gelembung udara lewat pipa udara pada dasar atau dan pemompaan air keluar dan kembali ke wadah.
  • Tangki tertutup(suplaioksigen murni).Metodeinicukup popular pada pembudidayaikan.
  • Gelembung-gelembung oksigen murni dikeluarkan dari pipa-pipa plastic halus kedalam air dalam tangki yang berisi ikan angkutan. Meskipun metode ini cukup mahal, tetapi kerusakan mekanis dapat dihindarkan.
  • Kantong plasti Pengangkutan ikan dengan kantong plastik  adalah paling luas digunakan.  Kantong plastic sepertiga bagian diisi air dan ikan. Oksigen ditambahkan dan tabung untuk mengisi dua pertiga bagian kantong dan diiikat dengan karet.
  1. Pengangkutan Ikan Sistem Basah

Pengangkutan system basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan) terdiri dari dua cara yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.  Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan sistem basah di antaranya adalah :

Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik.Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.

Konsumsi oksigen oleh ikan sangat bergantung pada jenisi kan, ukuran ikan, aktivitas ikan, toleransi terhadap stress, suhu, pH, CO2, dan amoniak. Ikan berukuran kecil mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak persatuan waktu dan berat dari pada yang berukuran besar. Kandungan O2 terlarut yang baik untuk kehidupan ikan harus lebih dari 2mg/l, apabila media pengangkutan memiliki kandungan oksigen terlarut kurang dari 2mg/l maka akan menyebabkan kematian.  Kondisi kekurangan oksigen tersebut tidak boleh terjadi lebih dari 8 jam dalam satu hari (24jam) karena dapat mengakibatkan kematian.  Konsumsi oksigen tertinggi pada ikan terjadi 15 menit pertama dari saat pengangkutan.

Suhu merupakan parameter penting dalam monitoring kualitas air karena suhu berfungsi sebagai katalis, penekan, aktivator, pembatas, stimulator, pengontrol, dan faktor yang paling mempengaruhi karakter kualitas air. Selain itu suhu air berpengaruh terhadap aktifitas penting terutama pernafasan, pertumbuhan, reproduksi serta laju metabolisme.  Jadi suhu mempunyai pengaruh yang nyata terhadap respirasi, konsumsi pakan, kecernaan, pertumbuhan dan berpengaruh terhadap metabolisme ikan.  Suhu juga berakibat pada kelarutan oksigen dalam air (contoh: air yang hangat mempunyai jumlah oksigen yang lebih sedikit dari pada air dingin). Dalam pengangkutan jarak jauh dan untuk lama pengangkutan lebih dari 24 jam, oksigen harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan suhu tidak boleh melebihi 28OC, salah satu contoh suhu yang ideal untuk pengangkutan benih ikan gurami adalah 20OC.

Jaringan  insang merupakan target organ pertama akibat stress asam.  Insang memiliki fungsi untuk mengikat oksigen terlarut yang terdapat pada media air.  Ketika ikan berada pada pH rendah, peningkatan lendir akan terlihat pada permukaan insang.  Begitu juga dengan pH tinggi, karena insang ikan sangat sensitive dan pH tinggi berbahaya bagi mata ikan karena dapat menyebabkan mata ikan menjadi rabun. Apabila kinerja insang terganggu karena terlalu rendah atau terlalu tingginya  pH akan menyebabkan kematian selama proses pengangkutan. Kriteria pH yang ideal adalah 6,5-8,5.

Karbondioksida dalam media pengangkutan merupakan hasil respirasi dan dapat mengancam kelangsungan hidup ikan.  Jumlah karbon dioksida yang terlampau banyak akan bersifat racun bagi ikan. Kadar CO2 terlarut lebih dapat ditoleransi oleh ikan dibandingkan dengan amonia, bahkan banyak ikan yang hidup pada air yang mengandung CO2 lebih besardari 60mg/l. Kadar CO2  sebesar 50–100mg/l dapat membunuh ikan dalam waktu yang relative lama.  Kadar CO2 dalam air juga mempengaruhi pH air.  Pada saat kandungan CO2 tinggi, maka pH air rendah.  Demikian pula sebaliknya,  jika CO2 rendah, maka pH air tinggi.

Hasil buangan metabolisme menyebabkan  kematian utama pada ikan dalam proses pengangkutan.   Senyawa nitrogen adalah unsur utama pada hasil buangan metabolisme yang bentuk terbanyaknya adalah urea dan diikuti amoniak.  Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, menghancurkan insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mentransportasikan oksigen.  Jumlah amoniak yang diekskresikan juga bergantung pada sejumlah factor seperti spesies, ukuran, makanan dan temperatur, dimana metabolisme pada ikan airtawaryang berukuran lebihkecilakanlebih cepat dibandingkan ikan yang  lebih besar pada  spesies yang  sama. Dalam wadah pengangkutan laju metabolism ikan lebih cepat sampai tiga  kali dari metabolism rutin sehingga menyebabkan laju ekskresi hasil metabolism selama proses pengangkutan meningkat.

Kepadatan ikan adalah bobot ikan yang berada  dalam suatu wadah dan waktu tertentu.  Kepadatan ikan yang akan diangkut bergantung kepada volume air, berat ikan, spesies, ukuran ikan, lama pengangkutan, suplai oksigen dan suhu. Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200.

Pada sistem terbuka, air dalam wadah dapat berhubungan langsung dengan udara luar, sistem ini banyak dilakukan untuk pengangkutan dengan jarak yang relatif dekat.Wadah dapat berupa plastik atau logam dan untuk jarak jauh biasanya diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan.Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari system ini. Kelebihannya antara lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan. Sementara kekurangannya dapat membahayakan ikan dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang.Sistem ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.adapun pengangkutan ikan menggunakan sistem terbuka dapat di lihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 4. Pengangkutan Ikan Sistem Terbuka

Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah stres.  Ikan yang stres mudah mengalami kematian.  Untuk mengurangi stres maka diusahakan agar selama pengangkutan ikan melakukan gerakan seminimal mungkin.  Caranya dengan menurunkan suhu air angkut atau memberikan obat bius pada ikan.  Penggunaan obat bius dapat diterapkan wadah terbuka atau tertutup.  Obat bius yang yang digunakan misalnya phenoxyethanol dengan dosis 0,15 mg/liter air media (Tabel 5) atau minyak cengkeh dosis 10 – 20 ppm, bahan yang dapat juga digunakan dalam pengangkutan sistem kering.  Ikan dengan bobot 200-300 gr dapat diangkut dengan kepadatan 30 ekor/10 liter air selama 6 jam perjalanan.

Penurunan suhu air media sampai 18°C sudah dapat meredam aktivitas gerak ikan.  Penurunan suhu media harus dilakukan secara berangsur-angsur agar ikan dapat menyesuaikan diri secara biologis.  Bahan penurun suhu air yang umum digunakan yaitu es  dan nitrogen cair.

Sistim tertutup dilakukan dengan cara ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.

Kemasan yang baik dalam pengangkutan system tertutup ini adalah menggunakan plastik jenispolyetylen (PE) dengan ketebalan plastic 0,03 mm, karena ringan, mudah didapat dan murah. Penggunaan kantong plastic pada pengangkutan jarak jauh sebaiknya diletakkan dalam kotak styrofoam untuk mengurangi kontak yang terjadi antara air didalam kantong plastic dengan temperature lingkungan yang relative lebih panas, dimana penggunaan wadah plastic yang diletakkan pada kotak styrofoam meningkatkan kelangsungan hidup  sebesar 99,9%.  Pengangkutan ikan sistem tertutup dapat di lihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Pengangkutan Ikan Sistem Tertutup

  1. Pengangkutan Ikan Sistem Kering

Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunakan adalah bukan air.Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah.Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar.

Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses penenangan terlebih dahulu.  Kondisi ikan yang tenang akan mengurangi stress, mengurangi kecepatan metabolisme dan konsumsi oksigen.  Pada kondisi ini tingkat kematian selama transportasi akan rendah sehingga memungkinak jarak transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas angkut dapat ditingkatkan lagi. 

Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunkan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.  Perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan dipingksankan ini nantinya akan dikonsumsi, sehingga pemilihan metode imotilisasi harus memperhatikan aspek kesehatan (Nitibaskara et al., 2016).

Syarat utama dalam pengangkutan ikan hidup adalah kesehatan ikan.  Ikan harus dalam keadaan sehat, tidak berpenyakit dan dalam kondisi prima.  Ikan yang sehat dan bugar biasanya sangat gesit, aktif, responsif sesuai dengan karakter masing-masing ikan.  Selain itu ikan sehat memiliki ciri-cirireaktif terhadap rangsangan luar, keseimbangan dan kontraksi otot normal.  Ikan yang kurang sehat dan lemah mempunyai daya tahan hidup yang rendah dan peluang untuk mati selama pemingsanan dan pengankutan lebih besar.

Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap .

Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi ..

Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus listrik.

  1. Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah

Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

  • penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 10°C – 15°C. Sehingga ikan akan pingsan.
  • Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.

Dari dua cara diatas, penurunan suhu secara bertahap dianggap lebih baik agar ikan dapat menyesuaikan diri secara biologis. Tabel 6 berikut menggambarkan klasifikasi resmpon tingkah lakuk ikan selama pembiusan.

Tabel 6 Klasifikasi Respon Tingkah Laku Ikan Selama Pembiusan

Fase

Respon Tingkah Laku

Normal

Reaktif terhadap rangsangan luar, keseimbangan dan kontraksi otot normal

Pingsan ringan

Reaktivitas terhadap rangsangan luar lambat, gerak operkulum lambat dan gerak ranang aktif

Pingsan berat

Reaktivitas terhadap rangsangan luar tidak ada, kecuali dengan tekanan kuat, pergerakan operkulum lambat

Roboh

Gerak operkulum tidak ada atau sangat lemah, respon terhadap rangsangan luar tidak ada, gerak renang tidak ada

  1. Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)

Bahan anestasi yang dapat digunakan untuk pembiusan ikan adalah seperti pada Tabel 7 berikut :

Tabel  7  Beberapa Obat Bius dan Dosis Pemakaiannya

No.

Bahan

Dosis

  1.

MS-222

0,05 mg/l

  2.

Novacaine

50 mg/kg berat ikan

  3.

Barbitas sodium

50 mg/kg berat ikan

  4.

Ammobarbital sodium

85 mg/kg berat ikan

  5.

Methyl paraphynol (dormisol)

30 mg/l

  6.

Tertiary amysol alcohol

30 mg/l

  7.

Choral hydrate

3 – 3,5 g/l

  8.

Urathane

100 mg/l

  9.

Hydroksi quinaldine

1 mg/l

10.

Thiouracil

10 mg/l

11.

Quinaldine

0,025 mg/l

12.

2-Thenoxy ethanol

30 – 40 ml/100 l

13.

Sodium ammital

52 – 172 mg/l

(Sumber: Lusiastuti, 2018)

Selain bahan-bahan anestasi sintetik diatas pembiusan juga dapat dilakukan dengan menggunakan zat  caulerpin  dan caulerpicin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.

Pembiusan  ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu :

  • Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih mudah ditangani
  • Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
  • Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran

Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu :

  • Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organisme
  • Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah
  • Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel bergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak pada setiap jaringan sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dalam air dan lemak

Penggunaan obat bius dalam pengangkutan ikan hidup harus hati-hati agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi ikan, lingkungan dan manusia.  Perhatian khusus ditekankan pada jenis, dosis dan cara penyimpanan obat bius yang dipakai, ukuran ikan serta limbah dan efek residunya pada ikan.

  1. Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik

Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.

Pada pengangkutan kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air. Menurut Wibowo (1993), yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hidup adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara ikan hidup dalam kemasan untuk menahan ikan dalam posisinya. Selanjutnya disebutkan bahwa bahan pengisi memiliki fungsi antara lain mampu manahan ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelangsungan hidupnya.

Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut , menurut Wibowo (1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu :

  • Berongga
  • Mempunyai kapasitas dingin yang memadai
  • Tidak beracun, dan
  • Memberikan RH tinggi

Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya.Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu mempertahankan suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan lendir dan bau basi selama digunakan.

Gambar 6. Pengemasan Ikan dengan Media Serutan Gergaji