Jelaskan yang dimaksud ibadah dengan ikhlas

Merdeka.com - Dalam agama Islam mengajarkan bahwa segala perbuatan amal ibadah tidak akan diterima Allah, jika tidak disertai dengan sikap penuh keikhlasan. Hal ini disebutkan pada surat Q.S. al-Bayyinah (98): 5 yang berbunyi:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”

Sikap ini merupakan tindakan tulus hati yang bisa memberikan ketenangan, kedamaian bagi diri pribadi dan orang lain. Sikap Ikhlas mempunyai kaitan erat dengan niat. Karena adanya sifat ikhlas tergantung pada niatnya.

Penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan sikap ikhlas tersebut supaya kita terhindar dari perbuatan melakukan ibadah atau perbuatan baik dengan niat selain karena Allah SWT.
Berikut merdeka.com merangkum selengkapnya arti ikhlas yang penting dipahami:

2 dari 3 halaman

Kata Ikhlas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai: hati yang bersih (kejujuran); tulus hati (ketulusan hati) dan kerelaan.

Sedangkan dalam bahasa Arab kata ikhlas berasal dari kata khalasha yang mempunyai pengertian tanqiyah asy-syai wa tahdzibuhu (mengosongkan sesuatu dan membersihkannya).

Secara etimologi, kata ikhlas dapat berarti membersihkan (bersih, jernih, suci dari campuran dan pencemaran, baik berupa materi ataupun immateri). Sedangkan secara terminologi, ikhlas mempunyai pengertian kejujuran hamba dalam keyakinan atau akidah dan perbuatan yang hanya ditujukan kepada Allah

Arti ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya (ibadah) dengan penuh ketulusan semata-mata hanya untuk mendapat keridhaan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.

3 dari 3 halaman

Menurut pendapat Abu Thalib:

Ikhlas mempunyai arti pemurnian agama dari hawa nafsu dan perilaku menyimpang, pemurnian amal dari bermacam-macam penyakit dan noda yang tersembunyi, pemurnian ucapan dari kata-kata yang tidak berguna, dan pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa yang dikehenaki oleh Tuhan.

Menurut al-Qusyairi:

Ikhlas adalah penunggalan al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah semata tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau maknamakna lain selain pendekatan diri pada Allah.

Bisa juga diartikan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.

Menurut Al-Ghazali:

Menyatakan bahwa amal yang sakit adalah amal yang dilakukakan karena mengharap imbalan surga. Bahkan menurut hakikatnya, bahwa tidak dikehendaki dengan amal itu selain wajah Allah SWT. Dan itu adalah isyarat kepada keikhlasan orang-orang yang benar (al-siddiqiin), yaitu keikhlasan.

Muhammad `Abduh:

Ikhlas adalah ikhlas beragama untuk Allah SWT dengan selalu manghadap kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-Nya dengan makhluk apapun dan bukan dengan tujuan khusus seperti menghindarkan diri dari malapetaka atau untuk mendapatkan keuntungan serta tidak mengangkat selain dari-Nya sebagai pelindung.

Cara Menerapkan Sikap Ikhlas

Ilmu Ikhlas dalam Syahadat

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidaklah ada satu jiwa pun yang meninggal dalam keadaan bersyahadat Laa Ilaaha Illallah dan aku adalah Rasulullah yang itu semua kembali kepada hati seorang mukmin (ikhlas dari lubuk hatinya), kecuali Allah akan beri ampunan kepadanya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, lihat Ash Shahihah, no. 2278)

Ilmu Ikhlas dalam Sholat

Sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW: “Tidaklah ada seorang muslim yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian menegakkan sholat dua rakaat dengan menghadirkan hati dan wajahnya (ikhlas), kecuali wajib bagi dia untuk masuk Al Jannah.” (HR. Muslim)

Ilmu Ikhlas dalam Berzakat

Zakat akan mengajari bagaimana kamu harus dilandasi dengan rasa ikhlas sebelum menunaikan zakat. Di antara konsekuensi kejujuran seseorang adalah hendaknya dia benar-benar ikhlas karena Allah SWT dalam amalannya tersebut.

Ilmu Ikhlas dalam Puasa Ramadhan

Saat menjalani puasa Ramadhan, tentunya kamu akan belajar bagaimana menahan haus dan lapar sepanjang hari. Ilmu ikhlas adalah dasar penting untuk dalam menjalankan ibadah puasa. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan dilandasi keimanan dan semata-mata ikhlas mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al Bukhari, Muslim)

Ilmu Ikhlas dalam Ibadah Haji

Haji merupakan sebuah amalan mulia jika kita telah mampu dan dapat menjalankannya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji semata-mata ikhlas karena Allah, dan dia tidak melakukan perbuatan kotor dan dosa dalam hajinya tersebut, maka dia kembali dalam keadaan seperti pada hari dia dilahirkan oleh ibunya (suci dan bersih dari dosa).” (HR. Al Bukhari, Muslim)

(mdk/amd)

Kajian Online Penyejuk Iman (KOPI Ramadan) kembali digelar. Kali ini mengangkat tema mengikhlaskan amal. Ustadz Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psi. dalam kajiannya mengulas tips agar selalu tenang dan bahagia setelah beramal. Menurutnya, perkara paling dasar adalah mengikhlaskan diri kepada Allah sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah.

Ikhlas merupakan amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian khusus secara mendalam dan dilakukan secara terus-menerus. Baik ketika hendak beramal, sedang beramal, maupun ketika sudah beramal. Hal ini dilakukan agar amalan yang dilakukan bernilai di hadapan Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ….”

Maksud dari agama yang lurus dari ayat tersebut adalah kita terjauhkan dari hal-hal syirik dan menuju kepada tauhid. Disinilah kedudukan ikhlas yang begitu penting dalam amal ibadah, agar amalan-amalan tidak sia-sia dan tidak mendapatkan azab di dunia maupun akhirat kelak.

Ustadz Sus Budiharjo dalam tausiyahnya memaparkan agar tidak berharap kepada manusia ketika beramal, melainkan berharap hanyalah kepada Allah. Caranya yakni dengan menanyakan kepada diri sendiri mengenai hal yang dilakukan. Apakah kita melakukan ini untuk teman, kerabat, kantor, bangsa, atau untuk Allah?

“Hal ini perlu dilakukan agar hati kita tertata untuk terus menumbuhkan rasa ikhlas di hati. Sehingga apabila mendapatkan cacian atau hinaan dari oranglain, kita tidak merasa sedih. Karena pada hakikatnya kita melakukan itu hanyalah untuk Allah,” terangnya.

Allah menyeru hamba-Nya dalam QS. Al-Ikhlas pada kalimat Qul atau katakanlah. “Mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa dan semua yang dilakukan hanya untuk Allah, serta apapun yang telah dilakukannya diserahkan hanya kepada-Nya. Sebab tidak ada yang dapat disetarakan dengan-Nya,” jelasnya.

Ustadz Sus Budiharjo menambahkan, InsyaAllah dengan melakukan hanya karena-Nya, kita mencintai Allah dan sebaliknya. Jika kita diuji kita bersyukur, jika dikhianati kita bersyukur, sebab kita melakukannya hanya karena Allah. Untuk itu kita menjadi lebih tulus, ikhlas dan bahagia.

“Jangan menggantungkan amalan itu untuk mendapatkan pujian dari manusia. Alhamdulillah kalau dapat pujian, kalau dapat makian kita terima dan setelah itu memohon kepada Allah,” pungkasnya. (SF/RS)

Jakarta -

Ikhlas merupakan kunci dalam beribadah. Melakukan segala sesuatu dengan ikhlas merupakan perbuatan terpuji.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Sementara itu, keikhlasan berarti sebuah kejujuran atau kerelaan.

Dalam Islam, seperti dikutip dari buku Ikhlas karya Dr. Umar Sulaiman al-Asygar ikhlas merupakan satu-satunya tujuan ibadah. Ikhlas adalah ajaran yang menjadi dasar diutusnya semua rasul Allah SWT. Ikhlas adalah inti dakwah para rasul.

Para ulama mendefinisikan ikhlas sebagai seluruh ibadah yang diniatkan kepada Allah SWT bukan yang lain. Al Raghib dalam kitabnya Mufradat mengatakan ikhlas adalah menyingkirkan segala sesuatu selain Allah. Sahl ibn Abdullah mengemukakan ikhlas adalah menjadikan seluruh gerak dan diam hanya untuk Allah SWT.

Pendapat lain dari Abu al Qasim al Qusyairi mengatakan bahwa orang yang ikhlas adalah yang berkeinginan untuk menegaskan hak-hak Allah SWT dalam setiap perbuatannya. Menurutnya, orang yang ikhlas akan berbuat sesuatu karena Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau sanjungan dari manusia.

Menurut bahasa, ikhlas artinya murni. Orang Arab menggunakan kata ikhlas (ikhlash) untuk menyebut roti murni. Umar Sulaiman menyimpulkan ikhlas adalah upaya memurnikan maksud dan tujuan kepada Allah SWT dari segala noda atau hal yang merusak maksud dan tujuan tersebut.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin (terjemahan), ikhlas artinya menyendirikan Allah sebagai tujuan dalam ketaatan. Terdapat tiga derajat keikhlasan antara lain sebagai berikut:

1. Tidak melihat amal sebagai amal, tidak mencari imbalan dari amal, dan tidak puas terhadap amal

Ada tiga penghalang yang dilakukan seseorang dari amalnya. Pertama, pandangan dan perhatiannya. Kedua, keinginan atas imbalan dari amalnya. Ketiga, puas, dan senang kepadanya. Padahal semua kebaikan yang ada dalam diri seorang hamba semata atas karunia Allah, pemberian, kebaikan, dan nikmat-Nya.

2. Malu terhadap amal sambil tetap berusaha untuk membenahinya, memelihara cahaya taufik yang dipancarkan Allah

Seorang hamba akan merasa malu kepada Allah karena amalnya yang dirasa belum layak dilakukan. Namun, amal itu tetap diupayakan. Derajat ini mencakup lima perkara. Antara lain amal, berusaha dalam amal, rasa malu kepada Allah, memelihara kesaksian, melihat amal sebagai pemberian, dan karunia Allah.

3. Memurnikan amal, membiarkan amal berlalu berdasarkan ilmu, tunduk kepada hukum kehendak Allah dan membebaskannya dari sentuhan rupa

Memurnikan amal ditafsirkan sebagai membiarkan amal itu berlalu berdasarkan ilmu dan ketundukan terhadap kehendak Allah SWT. Sementara itu, membebaskan dari sentuhan rupa artinya membebaskan amal dan ubudiyah dari selain Dia.

Sahabat hikmah, itulah arti ikhlas dalam Islam. Ikhlas dapat dilakukan dalam setiap perbuatan untuk semata-mata tujuan ibadah pada-Nya.

(nwy/nwy)