Keuntungan apa saja yang akan kalian dapatkan dengan tidak menyontek?

Memiliki sikap yang jujur hendaknya ditanamkan sejak dini supaya bisa menjadi pribadi yang amanah. Manfaat sikap jujur salah satunya mendapatkan kepercayaan dari orang lain untuk melakukan sesuatu yang besar. Contohnya diberikan kepercayaan sebagai ketua kelas oleh teman-teman lainnya karena dianggap sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Salah satunya adalah jujur saat ujian.

Melatih sikap jujur tersebut dapat dimulai dari hal yang sederhana seperti misalnya tidak mencontek ketika mengerjakan ujian. Menyontek saat ujian meskipun bagi sebagian siswa dianggap hal yang biasa namun sebenarnya itu adalah sebuah bentuk kecurangan. Jika seseorang sudah terbiasa melakukan kecurangan tanpa adanya perasaan bersalah di masa depan dapat menjadi karakter yang merugikan.

Manfaat Bersikap Jujur Saat Ujian

Menumbuhkan sebuah sikap tertentu harus dimulai dari diri sendiri dan berdasarkan pada kesadaran termasuk juga kejujuran. Seorang siswa yang menyadari pentingnya melatih sikap jujur tidak akan mudah ikut-ikutan temannya yang bertindak curang. Nah, dengan berlatih jujur saat ujian maka seorang siswa akan mendapatkan manfaat baiknya yaitu sebagai berikut.

1. Mendapatkan Kepercayaan dari Orang Lain

Individu yang dikenal jujur akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari orang lain seperti orang tua, guru maupun teman-temannya. Kepercayaan adalah sesuatu yang mahal sehingga harus selalu dijaga. Orang yang sudah terlanjur tidak bisa dipercaya akan mendapatkan banyak kesulitan dalam kehidupannya. Sebaliknya dengan modal kejujuran seseorang dapat terhindar dari fitnah yang merugikan. Sikap jujur juga membantu seseorang untuk mendapatkan lebih banyak teman. 

2. Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Kalau kamu mengerjakan ujian dengan cara mencontek meskipun nilainya bagus tetapi itu bukan gambaran kemampuan sendiri. Lebih baik mendapatkan nilai kurang sempurna namun benar-benar hasil dari proses belajar.

Mengerjakan ujian dengan kemampuan sendiri justru membantu kamu lebih mudah mengetahui sudah seberapa efektif cara belajar yang dilakukan. Meskipun hasilnya mungkin kurang bagus tapi kamu bisa merasa puas dan percaya diri karena itu adalah hasil belajar yang dilakukan sendiri. 

3. Menghindarkan dari Sifat Malas

Manfaat sikap jujur ujian yang lainnya yaitu menghindarkan dari sifat malas. Mayoritas siswa yang menyontek saat ujian disebabkan karena rasa malas belajar. Artinya kalau kamu terus-terusan mencontek ketika diberikan ujian maka secara tidak langsung kamu juga sedang memelihara rasa malas tumbuh subur di dalam diri sendiri.

Sikap malas tersebut hanya akan menjadi penghambat bagi seseorang untuk mengembangkan diri dan meraih prestasi terbaiknya. Oleh sebab itu mulai sekarang usir rasa malas supaya kelak bisa meraih keberhasilan.

4. Merasa Lebih Tenang dan Bahagia

Berbuat curang seperti menyontek biasanya akan menimbulkan perasaan kuatir dan cemas karena takut perbuatan tersebut diketahui guru dan diberikan hukuman. Beda halnya dengan mereka yang mengerjakan ujian secara jujur tanpa mencontek tidak perlu merasa deg-degan dan takut sehingga hatinya merasa lebih tenang. Ketenangan hati merupakan faktor penting dalam mendapatkan rasa bahagia.

5. Membantu Meraih Masa Depan yang Cerah

Mencontek selain merupakan bagian dari kecurangan juga menjadi bentuk dari rasa malas. Tidak pernah ada ceritanya orang yang malas bisa meraih kesuksesan di masa depan. Sehingga kalau kamu ingin memperoleh masa depan cerah dan berhasil mewujudkan cita-cita hindari rasa malas mulai sekarang juga. Salah satu cara untuk melatihnya yaitu rajin belajar mengulangi materi yang diberikan guru agar ketika ujian tidak berpikir untuk mencontek.

Siswa yang terbiasa melakukan kecurangan seperti mencontek ketika mengerjakan ujian pastinya sulit untuk mendapatkan manfaat sikap jujur meskipun hal tersebut sangat penting bagi masa depan. Melatih sikap jujur pada siswa dapat dimulai dari lingkungan sekolah yang kondusif dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang baik seperti SMA Dwiwarna (Boarding School) yang merupakan SMA unggulan di Jawa Barat. 

Sekolah ini memang hanya di Bogor saja dan tidak ada di lokasi lain. Selain itu, SMA Dwiwarna (Boarding School) adalah sekolah Islam dan hanya memiliki jenjang SMA saja. Dapatkan kualitas dan fasilitas pendidikan terbaik di sekolah ini. 

Keuntungan apa saja yang akan kalian dapatkan dengan tidak menyontek?
Oleh Anni Saun Nafingah

Semua orang tahu apa arti jujur, namun tak banyak orang yang bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk saat menjalankan ujian. Ingin mendapatkan nilai terbaik merupakan salah satu pemicu mengapa banyak orang memutuskan untuk bertindak tidak jujur. Padahal, apalah arti sebuah nilai jika dalam proses mendapatkannya tidak disertai dengan cara yang halal.

Mencontek seperti sudah menjadi budaya yang berkembang di dunia pendidikan. Meskipun dampaknya negatif, namun tetap saja sulit untuk   dihilangkan karena sudah mengakar kuat di dalam diri para pelajar. Namun, tak perlu khawatir karena perbuatan yang tidak terpuji tersebut bisa diminimalisir setelah kamu menyimak informasi mengenai manfaat berbuat jujur saat ujian berikut ini.

  1. Dipercaya oleh orang lain

Manfaat terbesar dari berbuat jujur adalah dapat dipercaya oleh orang lain dan membangun kepercayaan dari orang lain merupakan hal yang sulit. Membiasakan berbuat jujur akan menghindarkan kita dari segala macam fitnah sehingga hidup akan terasa lebih tentram. Berbuat jujur saat ujian juga sangat bermanfaat untuk diri kita karena tidak sulit untuk membangun pertemanan dengan orang lain.

  1. Meningkatkan Percaya diri

Berbuat jujur ketika ujian akan membuat kepercayaan diri menjadi meningkat karena kita bisa mengukur sejauh mana kita menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru. Membiasakan berperilaku jujur juga tidak akan menimbulkan dampak negatif karena kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan kedepannya. Kepercayaan dirimu akan semakin meningkat jika perilaku jujur terus tertanam di dalam jiwa dan raga.

  1. Disayang Allah dan orang disekitarmu

Ya, jujur merupakan perilaku yang terpuji sehingga Allah sangat menyukai orang-orang yang bertindak jujur. Tak hanya Allah saja, orang-orang yang ada di sekitarmu juga akan ikut senang. Dengan begitu, Allah akan memudahkan segala urusan dan setiap langkahmu. Kamu pun tak perlu khawatir ketika sedang mengalami kesusahan karena Allah akan mengirim orang-orang terbaik untuk membantumu. Bagaimana, masih ingin berbuat tidak jujur saat ujian?

Tak dapat dipungkiri jika kamu berbuat jujur ketika ujian, maka kamu tidak akan diselimuti rasa takut ataupun khawatir karena yang kamu lakukan sudah benar. Kebahagiaan yang kamu dapat akan bertahan lama tatkala kamu sudah berusaha mengerjakan ujian dengan jujur dan hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Orang yang berperilaku jujur hidupnya akan terasa tenang dan tentram sehingga dapat menjalani hidupnya dengan baik.

Mengingat berbuat jujur saat ujian sangat penting untuk diterapkan sejak dini dan memiliki manfaat yang begitu besar untuk kehidupan kamu di masa yang akan datang, maka jangan lupa untuk selalu menerapkan perlaku terpuji ini ya. Selamat menjalani ujian dengan jujur dan semoga hasil yang didapatkan memuaskan. Ingat malaikat ada dimana-mana, jangan sekali-kali mencoba untuk mencontek ya…

Anni Saun Nafingah

Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Menyontek? Apakah kalian pernah mendengar istilah dari Menyontek? Jangan khawatir jika kalian belum pernah mendengarnya, disini PakDosen akan membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, faktor, ciri, indikator, bentuk, manfaat, dampak dan cara. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.

Keuntungan apa saja yang akan kalian dapatkan dengan tidak menyontek?

Pengertian Menyontek

Menyontek merupakan sebuah strategi yang digunakan siswa untuk memperoleh prestasi yang tinggi dengan cara yang tidak adil.

Dibawah ini terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai menyontek, yakni sebagai berikut:

Menurut pendapat dari Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), menyontek merupakan mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.

Menurut pendapat dari Bower (dalam Purnamasari, 2013), menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik atau dalam teks aslinya.

Menurut pendapat dari Senada dan Deighton, menyontek merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.

Menurut pendapat dari Pincus dan Schemelkin, menyontek merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik.

Faktor Penyebab Menyontek

Berikut ini terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya menyontek, yakni sebagai berikut:

Yakni sebagai berikut:

  • Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
  • Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
  • Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
  • Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru atau dosen.
  • Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
  • Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test atau ujian.
  • Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.

Yakni sebagai berikut:

  1. Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
  2. Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
  3. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
  4. Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.

Yakni sebagai berikut:

  • Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
  • Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak.

Baca Lainnya :  Literasi Adalah

Yakni sebagai berikut:

  1. Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
  2. Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar atau siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.

Ciri-Ciri Perilaku Menyontek

Berikut ini adalah mengenai ciri-ciri siswa yang menyontek yaitu:

  • Kegiatan percontekan biasanya dilakukan oleh siswa yang duduknya dibelakang(red: posisi menentukan prestasi). Siswa yang duduk dibelakang mempunyai kesempatan mencontek lebih besar dibandingkan dengan siswa yang duduk didepan, ditengah atau bahkan siswa yang tidak mempunyai tempat duduk. Tempat duduk dibelakang letaknya jauh dari meja pengawas ujian sehingga bisa beroperasi dengan bebas.
  • Kalau dipandang oleh guru pengawas biasanya meraka tidak berani manatap pandangan guru. Ketidakberanian mereka disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, takut ketahuan nyontek, wajah dari pengawas ujian yang sangat menyeramkan, tidak berani menatap mata pengawas(yang lagi kena penyakit belek), dan mungkin karena wajah siswa tesebut jelek sehingga malu untuk dilihat pengawas, atau jangan-jangan dimuka mereka ada contekanJJ.
  • Duduknya tidak tenang. Hal ini merupakan ciri siswa yang perlu mendapatkan perhatia khusus. Siswa yang duduk tidak tenang ini perlu dicurigai akan melakukan kegiatan percontekan. Misalnya saja, duduk tidak menghadap depan, tatapi kesamping. Kalau dilihat dari bawah tempat duduk kita akan melihat pinggul siswa yang sedang melakukan kegiatan percontekan akan selalu bergerak (mungkin ambeyen). Kadang siswa melakukan tindakan-tindakan yang tidak terduga seperti, menggaruk kepala( kemungkinan besar belum mandi 9 hari),meletakkan alat tulis dibibir atau kadan menggigit alat tulis (prediksi lain: siswa yang seperti ini belum sarapan dari rumah). Kadangkala sisa pura-pura mengerjakan serius, namun setelah dilakkukan riset, ternyata mereka tidak mengerjakan soal akan tetapi menggambar soal atau mempertebal tulisan.
  • Menggunakan kode rahasia. Tapi sekarang kode siswa itu terlihat jadul sekali. Kode seperti menggunakan bagian tubuh seperti jari, atau menunjuk bagian tubuh, dan menggunakan suara, itu sudah digunakan oleh nenek moyang kita. Sehingga diharapkan siswa mampu membuat kode rahasia yang baru. Misalnya saja untuk jawaban A bisa menggunakan kata simbol “saya lapar”, B “nanti kemana?”, untuk jawaban C dengan kata simbol “saya capek” dan lain sebagainya. Kemungkinan guru tidak akan curiga, guru pengawas menganggap itu hanya dialog biasa.
  • Suasana kelas berisik. Kekuatan optimal seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran adalah 15 menit awal. Begitu juga pada saat suatu ujian, dalam waktu 15 menit awal, siswa akan berupaya dengan semaksimal mungkin mengerjakan soal itu secara mandiri. Namun setalah 15 menit awal, kekuatan siswa akan mulai menepis, begitu  juga kekuatan guru pengawas. Guru pengawas biasanya aktif hanya 15-20 menit awal. Apabila dalam jangka waktu tersebut, siswa serius mengerjakan, guru akan menjadi jenuh kemudian membuka buku dan membacanya. Siswa mulai terlihat panik menjelanh jam ujian selasi. Biasanya 5-10 menit akhir, segala cara akan diupayakan siswa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu berupa jawaban.
  • Waktu pengumpulan. Waktu pengumpulan jawaban, dalam satu kelompok percontekan biasanya bersamaan, mungkin hanya selang beberapa menit. Ini menandakan kegiatan contek-menyontek jarak dekat, yaitu dengan posisi depan belakang dan samping kanan-kiri. Percontekan seperti ini memudahkan guru dalam mengurutkan lembar jawaban. Beginilah contoh kebaikan dari kegiatan mencontek.
  • Mengalihkan perhatian guru. Tipe menyontek seperti ini biasanya dilakukan oleh satu sindikat tertentu (Kerja sama antara teman yang satu dengan teman yang lainnya). Ada salah satu siswa yang dijadikan umpan untuk mengalihkan perhatian guru pengawas, sehinggga guru pengawas akan hanya fokus pada siswa tersebut. Waktu yang singkat ini dimanfaatkan siswa yang lain untuk menyontek atau berdiskusi dengan siswa yang lain. Mengalihkan ini biasanya berupa pertanyaan terhadap soal dan kadang meminta lembar jawab tambahan. Berpura-pura meminjam sesuatu kepada siswa yang lain merupakan trik lain untuk menyontek.
  • Lembar jawaban biasanya penuh dengan coretan. Dalam kegiatan mencontek ternyata juga ditemukan unsur dilemanitas terhadap pilihan jawaban yang berbeda antara siswa yang satu dangan siswa yang lain. Apabila dilemanitas ini tidak segera diselesaikan, akan terdapat jawaban ganda. Siswa harus bisa memilih pilihan yang tepat dengan menggunakan hatinya. Jawaban yang pertama biasanya hanya didasarkan pada emosi sesaat. Setelah berdiskusi dengan teman yang lain, dan ditemukan jawaban lain, siswa harus mengganti jawaban yang pertama dengan jawaban yang baru ditemukan.
  • Khusus bagi siswi, biasanya lebih agresif dan ekspresif apabila mau, sedang dan sesudah mencontek atau berdiskusi dengan teman. Sifat wanita yang labil, membuat kegiatan percontekan berlangsung dengan kegaduhan tingkat tinggi. Siswi biasanya duduk merunduk seakan membawa beban yang berat,. Terkadang siswi berpura-pura menjatuhkan bullpen untuk mengambil contekan yang tidak tepat sasaran.

Baca Lainnya :  Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia (Memamah Biak)

Indikator Menyontek

Berikut ini terdapat beberapa indikator menyontek, yakni sebagai berikut:

1. Prokrastinasi dan efikasi diri

Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek adalah prokrastinasi dan juga rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi (kegiatan menunda-nunda kegiatan atau tugas) merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang yang menyontek karena orang yang terbiasa menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang rendah dalam menghadapi ujian.

Efikasi diri rendah yang dimiliki seseorang juga merupakan indikasi lain bagi perilaku menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan. Orang yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi akan cenderung lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan menolak untuk melakukan kegiatan menyontek.

2. Kecemasan yang berlebihan

Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator bagi seseorang yang melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang muncul pada seorang pencontek adalah munculnya kecemasan yang berlebihan saat tes. Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi otak sehingga otak tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut membuat orang terdorong dalam melakukan kegiatan menyontek untuk menciptakan ketenangan pada dirinya.

3. Motivasi belajar dan berprestasi

Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas maupun pekerjaan yang diberikan kepadanyadengan usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal ini dapat berarti bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi cenderung mengerjakan tugas sendiri dan menghindari perilaku menyontek. Sebaliknya orang yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan banyak menemui kesulitan dalam belajar, sehingga memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang kurang dalam menghadapi tes.

4. Keterikatan dengan kelompok

Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu kelompok akan cenderung melakukan kegiatan menyontek. Hal itu terjadi karena orang tersebut merasakan keterikatan yang kuat di antara mereka sehingga mendorong untuk saling menolong dan berbagi termasuk juga dalam menyelesaikan ujian atau tes. Biasanya seseorang akan cenderung menyontek kepada teman yang dikenal atau teman dekatnya.

5. Keinginan nilai tinggi

Keinginan seseorang untuk mendapatkan nilai yang tinggi juga dapat menjadi pendorong seseorang melakukan kegiatan menyontek.Orang berpikir bahwa nilai adalah segalanya dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik meskipun harus menggunakan cara yang salah (menyontek).

6. Pikiran negatif

Pikiran negatif yang dimiliki siswa seperti ketakutan dianggap bodoh dan dijauhi teman, ketakutan dimarahi guru atau orang tua karena nilai jelek juga menjadi indikator perilaku menyontek pada siswa. Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena hubungan orang tua dan siswa yang kurang baik. Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan kepercayaan kepada siswa agar dapat meminimalisir perilaku menyontek.

7. Perilaku implusive dan cari perhatian

Dody Hartanto (2012:28) mengatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan menyontek menunjukkan indikasi mereka terlalu menuruti kata hati (implusive) dan terlalu mencari perhatian (sensation seeking). Individu dapat dikatakan implusive jika keputusan yang dibuathanya berdasarkan dorongan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dibandingkan memikirkan alasan. Individu yang memiliki kebutuhan akan sensasi (perhatian) yang berlebihan adalah ketika individu yang sedang dalam tumbuh dan berkembang tersebut melakukan perbuatan menyontek sebagai sesuatu yang alami untuk bertahan hidup.

8. Harga diri dan kendali diri

Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi atau berlebihan akan cenderung memilih untuk melakukan kegiatan menyontek. Perbuatan menyontek tersebut dilakukan untuk menjaga harga diri siswa tetap terjaga dengan mendapatkan nilai yang tinggi walaupun dengan menyontek. Selain itu orang yang memiliki kendali diri (self control) yang rendah juga cenderung melakukan perbuatan menyontek.

Bentuk-Bentuk Menyontek

Berikut ini terdapat beberapa bentuk-bentuk menyontek, yakni sebagai berikut:

  1. Individual-opportinistic, yaitu sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas.
  2. Independent-planned, yaitu sebagai menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.
  3. Social-active, yaitu perilaku dimana siswa mengcopi atau melihat atau meminta jawaban dengan orang lain.
  4. Social-passive, yaitu mengizinkan seseorang melihat atau mengcopi jawaban.

Manfaat Menyontek

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari menyontek yaitu:

1. Meningkatkan kepercayaan diri

Menyontek memiliki resiko dan konsekuensi, salah satunya adalah jika Anda ketahuan menyontek tentunya akan dimarahi/dihukum oleh Bapak atau Ibu Guru dan yang lebih parahnya kertas ulangan bisa dicabut serta diberi nilai NOL. Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa orang-orang yang nyontek adalah mereka yang mau mengambil resiko.

2. Menyontek dapat meningkatkan kreatifitas

Mungkin kegiatan menyontek bukan sekedar kegiatan biasa tapi sebuah seni yang didalamnya memerlukan kreatifitas. Dan orang-orang yang sering nyontek adalah orang dengan kreatifitas yang tinggi. Perlu diletahui bahwa kemungkinan besar para Guru adalah orang-orang yang dulunya pernah menyontek. Jadi, tentunya mereka sudah tahu bagaimana kebiasaan murid dalam menyontek dan sudah punya penangkalnya. Karena itulah, diperlukan kreatifitas yang tinggi untuk terus mengembangkan jurus-jurus nyontek yang ampuh.

Baca Lainnya :  Osmosis adalah

3. Menyontek dapat meningkatkan kewaspadaan

Dalam kegiatan menyontek, kewaspadaan merupakan faktor yang sangat penting. Karena Sang Guru akan seperti elang dengan matanya yang tajam, mengawasi dan siap menerkam siapa saja yang dicurigai atau ketahuan menyontek.

4. Menyontek dapat melatih kecepatan dan gerak reflek

Sebuah penelitian yang dilakukan entah oleh siapa, mengungkap fakta yang cukup mengejutkan sekaligus menggembirakan bagi para contekers. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa 8 dari 10 conteker memiliki gerak reflek yang lebih baik dari mereka yang tidak pernah menyontek.

5. Menyontek dapat melatih kerjasama

Seiring dengan makin ketatnya ruang yang diberikan para guru untuk para conteker, maka kegiatan menyontek tidak lagi dilakukan secara individual. Sekarang ini para contekers sudah bisa melakukan kerjasama untuk tercapainya tujuan mereka. Bahkan sebelum melakukan kegiatan menyontek, terlebih dulu diadakan ‘Briefing’. Menyusun strategi, membagi tugas, lalu berdoa bersama-sama.

Seperti yang telah saya katakan di atas inilah keuntungan atau manfaat dari menyontek, dengan menyontek bisa mendapatkan nilai yang bagus tapi tetap ingat bahwa hasil yang kita dapat itu bukan dari kemampuan kita sendiri. Ini memang merupakan tujuan utama dalam kegiatan menyontek, bahkan orang yang menyontek bisa mendapat nilai yang lebih baik dari mereka yang belajar dan tidak menyontek.

Dampak Perilaku Menyontek

Berikut ini adalah dampak dari prilaku mencontek yaitu:

Menyontek merupakan termasuk perilaku berbohong baik pada diri sendiri maupun orang lain. Siswa yang sudah terbiasa menyontek akan terbiasa untuk berbohong tidak hanya ketika ujian namun juga dapat terbawa-bawa dalam kehidupan sehari-hari. Menyontek dapat mengikis pribadi jujur dalam diri seorang pelajar, dapat menghambat seorang pelajar mengoptimalkan kemampuannya dalam belajar dan memperoleh hasil belajar.

Siswa yang hanya mengandalkan menyontek ketika ujian, di dalam belajar siswa tersebut hanya akan bermain-main saja karena bagi mereka yang penting adalah hasil ujian dan proses belajar tidak penting.

Karena menyontek dapat mengikis kejujuran dan mendidik siswa untuk berbohong serta hal tersebut sudah tertanam di dalan diri siswa, maka akan melahirkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak baik, seperti koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang menghalalkan segala cara.

Ketergantungan adalah suatu keadaan di mana seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain (Hartono dan Boy Soedarmadji, 2013:88). Di dalam belajar, masalah ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga usaha belajarnya menjadi rendah. Siswa yang menyontek biasanya menggantungkan dirinya kepada orang lain, hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain dalam berbagai hal.

Karena setiap ujian sudah terbiasa tidak belajar sebelum menempuh ujian, maka lama-kelamaan akan memunculkan perilaku malas belajar, malas berpikir, malas membaca dan tidak suka meneliti.

Menyontek termasuk perilaku yang dapat membodohkan diri sendiri. Seorang siswa yang suka menyontek tidak akan memahami materi pelajaran dan menyontek juga berarti berbohong pada diri sendiri, hal tersebut akan membuat siswa membodohi dirinya sendiri.

Siswa yang menyontek ketika ujian biasanya tidak memiliki rasa percaya diri ketika menjawab soal-soal ujian sehingga lebih memilih untuk menyontek. Karena terus-menerus menyontek maka siswa tersebut semakin merasa bahwa dia tidak percaya diri di dalam ujian maupun tes yang lainnya.

Cara Menanggulangi Menyontek

Berikut ini terdapat beberapa cara menanggulangi menyontek, yakni sebagai berikut:

Yakni sebagai berikut:

  • Bangkitkan rasa percaya diri
  • Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
  • Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius

Yakni sebagai berikut:

  1. Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.

Yakni sebagai berikut:

  1. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
  2. Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
  3. Lakukan pengawasan yang ketat
  4. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.

Yakni sebagai berikut:

  • Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
  • Bersikap rasional dan tidak ”menyontek” dalam memberikan tugas ujian atau tes.
  • Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
  • Berikan umpan balik atas setiap penugasan.

Demikian Penjelasan Materi Tentang Menyontek Adalah: Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor, Ciri, Indikator, Bentuk, Manfaat, Dampak dan Cara Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.