Pencemaran lingkungan akibat membuang sampah sembarangan dapat menimbulkan

Akibat buang sampah sembarangan juga bisa memicu munculnya penyakit. Hepatitis A hingga demam berdarah adalah dampak terjadi akibat membuang sampah sembarangan.

05 Jun 2020|Nina Hertiwi Putri

Ditinjau olehdr. Reni Utari

Membuang sampah sembarangan bisa timbulkan banyak penyakit

Dalam skala besar, polusi lingkungan dan lautan adalah akibat utama dari kebiasaan buang sampah sembarangan. Sampah-sampah tersebut bisa menumpuk di saluran air maupun sungai dan berujung mengotori laut. Jutaan ton sampah yang mengambang di lautan saat ini telah mengancam keselamatan biota laut, termasuk berbagai jenis ikan yang menjadi sumber pangan manusia. Tidak hanya mengotori lingkungan. Kebiasaan membuang sampah sembarangan juga akan membuat Anda dan keluarga lebih rentan terkena berbagai penyakit. Demam berdarah, hepatitis A, hingga cacingan hanyalah beberapa contoh penyakit yang bisa timbul sebagai dampak membuang sampah sembarangan.

Jenis penyakit yang mungkin muncul akibat buang sampah sembarangan

Ada banyak penyakit yang bisa timbul akibat kebiasaan banyak orang membuang sampah sembarangan, di antaranya:Penyakit seperti hepatitis A dan demam berdarah adalah penyakit yang mudah menular. Jika satu orang terkena, risiko orang lain yang tinggal satu lingkungan dengan penderita tertular akan naik.Bahkan, wabah hepatitis A sempat terjadi di Depok (Jawa Barat) dan Pacitan (Jawa Timur) dan menginfeksi ratusan orang hanya gara-gara satu orang yang kurang bisa menjaga kebersihan lingkungan.

Penyebaran wabah menjadi dampak lain dari kebiasaan membuang sampah sembarangan

Sampah yang dihasilkan dari rumah atau individu umumnya bisa dibagi menjadi sampah organik dan anorganik.Sampah organik adalah sampah yang dapat terurai dan berasal dari bahan-bahan yang bisa membusuk, seperti sisa makanan, kulit buah, dan batang sayur-sayuran. Sementara itu, sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terurai tetapi umumnya bisa didaur ulang, seperti yang terbuat dari plastik dan kaleng.Akibat buang sampah organik dan anorganik sembarangan, bakteri dan parasit bisa tumbuh subur. Sampah-sampah ini juga akan mengundang berbagai binatang yang bisa menjadi vektor atau pembawa penyakit, seperti tikus, kecoa, dan nyamuk.Sampah bisa menyebabkan penyakit pada manusia melalui dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.Apabila sampah dibuang di sembarang tempat, akan ada kemungkinan orang lain menyentuhnya, baik secara sengaja maupun tidak. Saat ada anggota badan yang bersentuhan dengan sampah itulah bakteri atau kuman dan parasit akan berpindah ke tubuh, sehingga menyebabkan berbagai penyakit.Dampak embuang sampah sembarangan, terutama yang tajam seperti kaleng dan kaca juga akan meningkatkan risiko sampah tidak sengaja terinjak atau menyebabkan orang lain terluka. Saat kulit terluka, maka bakteri akan dengan mudah masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.Penularan penyakit secara tidak langsung dapat terjadi melalui vektor atau hewan pembawa penyakit, seperti:Hewan-hewan ini bisa menjadi kendaraan untuk bakteri, virus, cacing, dan berbagai penyebab penyakit lainnya untuk masuk ke tubuh. Seperti pada lalat yang bisa membawa bakteri ke makanan yang kita konsumsi, atau nyamuk yang bisa membawa virus dengue dan menularkannya dari satu orang ke orang lain.

Cara mencegah penularan penyakit akibat buang sampah sembarangan

Mencegah terjadinya berbagai penyakit yang disebabkan oleh sampah tidaklah sulit dan bisa dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Berikut ini langkah-langkah yang bisa Anda dan keluarga lakukan.
  • Membiasakan buang sampah pada tempatnya
  • Memperbanyak tempat sampah di rumah sehingga Anda tidak lagi malas untuk mencari atau berjalan ke tempat sampah
  • Tidak menunda membuang sampah
  • Rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
  • Mencuci bersih makanan sebelum memasaknya
  • Memasak makanan hingga matang
  • Menggunakan tempat sampah yang memiliki tutup
  • Tidak membuang kaleng dalam keadaan terbuka
  • Mendapatkan vaksinasi

Baca Juga

Wabah Difteri Muncul Lagi, Kenali Penyebab dan Pencegahannya11 Obat Pengusir Tikus Alami Tanpa Bahan KimiawiSiapa Penemu Penicillin, Si Antibiotik Penyelamat Nyawa?

Cara mengelola dan membuang sampah yang benar

Agar sampah tidak menumpuk dan menyebabkan penyakit, berikut beberapa langkah mengelola sampah yang benar berdasarkan saran dari Kementerian Kesehatan Australia:Sampah terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan karakteristiknya, seperti sampah organik, anorganik, dan B3. Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk dan terurai, seperti daun dan sisa makanan.Sementara sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah terurai, seperti plastik, karet, botol air mineral, dan lainnya. Terakhir, sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) merupakan sampah berisikan cairan pembersih rumah tangga, deterjen, racun tikus, semir sepatu, baterai, pengharum ruangan, oli, dan lainnya.Sebelum membuang, sebaiknya Anda mengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya. Maka, sebaiknya Anda menyediakan beberapa tempah sampah untuk menampung jenis sampah yang berbeda.Cara ini akan mempermudah Anda untuk menetukan apakah akan sampah yang telah Anda kumpulkan dapat di daur ulang, atau justru membuangnya ke tempat pembuangan akhir.Setelah memilah-milah, Anda bisa lebih mudah untuk memutuskan apakah ingin mendaur ulang atau membuang sampah tersebut.Contohnya, untuk sampah anorganik dapat didaur ulang, sampah B3 dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) atau khusus, dan sampah organik dapat dibuang atau didaur ulang menjadi pupuk kompos.

Catatan dari SehatQ

Membuang sampah sembarangan adalah kebiasaan buruk yang harus segera diubah oleh banyak orang. Termasuk diri kita sendiri.Pasalnya selain bisa menyebabkan banjir dan kerusakan lingkungan, sampah juga bisa menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bakteri dan parasit penyebab penyakit.Penyakit yang disebabkan oleh sampah juga ada yang dapat menular dengan mudah dari satu orang ke orang lain dan berujung pada wabah.Maka itu, menumbuhkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya tidak hanya akan melindungi diri sendiri tapi juga keluarga dan lingkungan sekitar.Yuk, jangan lagi buang sampah sembarangan jika tidak mau merasakan akibat buruknya!

demam berdarah dengueinfeksi bakterigigitan nyamukcara mengusir tikus di rumah

Healtline. https://www.healthline.com/health/disease-transmission
Diakses pada 19 Mei 2020
Department of Health, Australian Government. https://www1.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch4~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch4.2
Diakses pada 19 Mei 2020
Department of Health, Australian Government. https://www1.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch4~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch4.2
Diakses pada 19 Mei 2020
Environmental Protection Agency, USA. https://www.epa.gov/trash-free-waters/impacts-mismanaged-trash
Diakses pada 19 Mei 2020
Kementerian Kesehatan RI. http://promkes.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus
Diakses pada 19 Mei 2020
Australian Government Department of Health. https://www1.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch4~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch4.4
Diakses pada 20 Agustus 2020

Buah kawista atau bael fruit dipercaya memiliki banyak khasiat bagi tubuh. Mulai dari manfaatnya sebagai antidiare, antibakteri, antikanker, antioksidan, hingga penyembuh luka. Tapi bagaimanakah pendapat dunia medis?

20 Nov 2019|dr. Adelina Haryono

Ada perbedaan dari gejala chikungunya dan DBD. Penyebab keduanya adalah virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes. Namun, gejala chikungunya yang dominan adalah nyeri sendi. Ini bisa menetap beberapa bulan bahkan tahunan setelah infeksi terjadi.

25 Feb 2022|dr. Adelina Haryono

Nyamuk Anopheleses membawa parasit Plasmodium yang ketika menggigit manusia, akan masuk ke dalam aliran darah. Ada 5 jenis malaria berdasarkan jenis parasitnya: Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, Plasmodium knowlesi, dan Plasmodium falciparum.

22 Jul 2020|Azelia Trifiana

Dijawab Oleh dr. Denny Sutanto

Dijawab Oleh dr. Denny Sutanto

Dijawab Oleh dr. Farahdissa