Penerapan iptek oleh generasi milenial dalam menghadapi budaya asing ditengah arus globalisasi

Penerapan iptek oleh generasi milenial dalam menghadapi budaya asing ditengah arus globalisasi

Penerapan iptek oleh generasi milenial dalam menghadapi budaya asing ditengah arus globalisasi
Lihat Foto

freepik.com/pch.vector

Ilustrasi uopaya menghadapai modernisasi dan globalisasi

KOMPAS.com - Zaman sekarang, semua orang di seluruh dunia dapat terhubung melalui jaringan internet. Pertukaran informasi antarnegara yang sangat jauh bisa didapatkan dalam waktu real time.

Namun tahukah kamu bahwa kemudahan komunikasi membawa manusia pada globalisasi dan modernisasi?

Dilansir dari Standford Encyclopedia of Philosophy, globalisasi adalah proses meningkatnya interaksi manusia melintasi batas geografis yang mengakibatkan keterhubungan dan keterkaitan budaya serta ekonomi di seluruh dunia.

Sedangkan pengertian modernisasi yaitu proses perubahan budaya, sosial, dan ekonomi hasil masuknya karakteristik industri barat.

Peristiwa globalisasi dan modernisasi memiliki dampak baik namun juga berdampak buruk karena dapat mengubah identitas suatu bangsa.

Baca juga: Modernisasi: Definisi dan Dampaknya

Karena globalisasi dan modernisasi bersifat alami dan tidak bisa dihentikan. Kita sebagai bangsa Indonesia harus berupaya menghadapinya dengan cara-cara sebagai berikut:

  • Memahami nilai-nilai Pancasila

Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan memahami nilai-nilai Pancasila, kita menjadi tahu mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Memahami dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila membuat kita tidak kehilangan identitas bangsa.

  • Memilah kebudayaan asing berdasarkan hukum dan norma yang berlaku 

Globalisasi membawa budaya asing dan modernisasi membuat budaya asing tersebut menjadi kebiasaan. Tidak semua budaya asing baik, kita harus memilihnya berdasarkan hukum dan norma yang berlaku di masyarakat.

Misalnya, Marijuana dapat legal dikonsumsi di Colorado, Washington, Meksiko, Kolombia, Spanyol, Kanada dan Israel. Sedangkan di Indonesia dilarang mengonsumsi Marijuana dan dikenakan hukuman penjara selama 4-20 tahun. 

Baca juga: Pengaruh Globalisasi bagi Negara

Liliweri. Alo, 2007, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta, LkiS.

Koendjaraningrat,Pengantar Ilmu Antropologi, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta, 2015.

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya

Ranjabar. Jacobus, 2006, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengatar, Bandung, Ghalia Indonesia.

Sendjaja, S. Djuarsa, 1994, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka

Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003.

Tobroni.2012. Relasi Kemanusiaan dalam Keberagaman (Mengembangkan Etika Sosial Melalui Pendidikan). Bandung: Karya Putra Darwati.

Yunus. Rasid, 2014, Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter Bangsa, Studi Empiris Tentang Hayula, Yogyakarta, Budi Utama.

http://iindramawan.blogspot.com/2013/03/upaya-melestarikan-budaya bangsa.html

http://lorentfebrian.wordpress.com/perkembangan-budaya-di-indonesia/

https://www.academia.edu/5448812/ Melestarikan_Budaya_Lokal_sebagai_Aset_Kekaya

an_Nasional

http://www.academia.edu/3721187/makalah_isbd_kebudayaan

https://media.neliti.com/media/publications/243158-none-98ba8711.doc, Tantangan Pelestarian Budaya Nasional di Era Globalisasi.

Dikutip dari artikel bertajuk Pemertahanan Nilai-Nilai Budaya Lokal dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah, diakses melalui http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel

“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020.

Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila.

Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.

Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.

Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN). 

Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-anak. 

Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.

“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek.

Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan kebijakan-kebijakan politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik identitas oleh agama, etnik, dan kepentingan.

Menghadapi era globalisasi, diperlukan pemahaman dan sikap untuk menjadi acuan untuk kemudian bertindak di masa sekarang dan masa depan. Globalisasi, menjadi keadaan yang dihadapi generasi milenial.

Era globalisasi adalah suatu tatanan kehidupan manusia yang secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Globalisasi secara khusus memasuki tiga arena penting dalam kehidupan manusia yaitu ekonomi, politik, dan budaya.

Ahli sosiologi Indonesia, Selo Soemardjan menyebut globalisasi sebagai terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sebuah sistem dan kaidah yang sama. Sedangkan Anthony Giddens menjelaskan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial secara global yang menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lainnya sehingga kejadian di satu tempat bisa berdampak juga bagi tempat yang lain.

Globalisasi secara umum dapat diartikan sebagai proses masuknya ke ruang lingkup dunia, menjadi global atau mendunia. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dapat kita saksikan langsung tanpa harus mendatanginya.

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

Baca Juga: Globalisasi: Pengertian, Dampak dan Manfaat

Globalisasi membuat transformasi budaya luar ke dalam budaya lokal nusantara sangat pesat, cepat dan tanpa sekat. Khususnya di Indonesia, budaya dari Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat merasuki generasi millenials. Lagu-lagu K-Pop, budaya komik atau mangga dari Jepang, dan pengaruh film Hollywood tanpa disadari merasuki benak dan mempengaruhi tingkah laku generasi muda.

Ada dua kekuatan yang menopang globalisasi, yaitu bisnis dan teknologi. Oleh karena itu, globalisasi digerakkan oleh teknologi dengan jaminan keuntungan dari bisnisnya. Misalnya pada teknologi komunikasi satelit.

Dengan satelit, maka suatu negara akan terlingkupi jaringan komunikasi yang terhubung dengan dunia luar. Mengatasi jarak dan keadaaan geografisnya. Namun, ada biaya yang harus dibayarkan untuk menggunakan teknologi tersebut. Misalnya, dengan berlangganan telepon satelit atau membayar perusahaan yang menghubungjan jaringan itu.

Teknologi komunikasi yang paling menghasilkan keuntungan dan paling penting menggerakan globalisasi adalah Internet. Internet merupakan suatu jaringan yang dibangun oleh beberapa orang untuk saling berkomunikasi.

Penemuan teknologi jaringan komunikasi Internet, yang dimulai dengan pengembangan komputer elektronik pada 1950-an benar-benar mewujudkan konsep global village.

Awal konsep tentang jaringan paket berasal dari beberapa laboratorium ilmu komputer di Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Departemen Pertahanan Amerika memberikan kontrak pada awal 1960-an untuk sistem jaringan paket, termasuk pengembangan ARPANET.

Puncaknya terjadi pada tahun 1990-an, dimana Internet telah membawa dampak revolusioner pada aspek budaya dan perdagangan, termasuk bangkitnya komunikasi instan melalui email, pesan instan, panggilan telepon voice over Internet Protocol (VoIP), panggilan video interaktif dua arah, dan World Wide Web dengan forum diskusinya, blog, jejaring sosial, dan situs belanja online.

Melalui Internet, orang-orang di berbagai belahan bumi dapat mengakses informasi dengan cepat, baik di dalam maupun di luar negeri. Akses tersebut dapat tersambung melalui media sosial seperti website, blog, facebook, twitter, line, dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri, globalisasi melalui teknologi informasi diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yaitu: Bahwa kemerdekaan menyatakan pikiran dan kebebasan berpendapat serta hak memperoleh informasi melalui penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi ditujukan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan Penyelenggara Sistem Elektronik.

Baca Juga: Perilaku-Perilaku yang Sesuai Pancasila

Generasi Millenial di Era Globalisasi

Penerapan iptek oleh generasi milenial dalam menghadapi budaya asing ditengah arus globalisasi

Generasi millenial adalah sebutan untuk kelompok orang yang lahir pada pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Generasi ini lahir, dan berkembang pada suasanan dimana terjadi peralihan Orde Baru ke era Refromasi. Pada saat ini pula, teknologi informasi berkembang sendemikian cepat, termasuk kebebasan mendapatkan berita dan data melalui jaringan Internet yang terhubung melalui perangkat komputer atau handphone.

Yang harus dilakukan menghadapi era globalisasi:

  • Mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa internasional Inggris, Mandarin, Prancis, Spanyol, Rusia dan Arab.

Enam bahasa itu juga digunakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa, hingga disebut bahasa resmi PBB.
Sebagian besar buku-buku di dunia, menggunakan enam bahasa ini, termasuk diantaranya buku teks wajib yang dipakai di sekolah dan universitas internasional. Jadi, bila kamu hendak melanjutkan pendidikan di luar negeri, wajib untuk mengusai satu bahasa internasional diatas.

  • Mempelajari teknologi komputer

Kemajuan teknologi komputer dan Internet, membuat kita cepat mengetahui infomasi Olimpiade di Amerika Serikat. Website berita dengan kemampuan internet, mampu menayangkan siaran langsung ibadah haji di Arab Saudi.

Komputer menjadi sebuah sistem yang berinteraksi dengan cara tertentu dengan dunia luar. Interaksi dengan dunia luar dilakukan melalui perangkat peripheral dan saluran komunikasi.

Terdapat empat struktur utama komputer yang sangat tergantung dengan tenaga listrik, yakni:

Central Processing Unit (CPU)

Berfungsi sebagai pengontrol operasi komputer dan pusat pengolahan fungsifungsi komputer. Kesepakatan, CPU cukup disebut sebagai processor (prosesor) saja.

Memori Utama

Berfungsi sebagai penyimpan data.

I/O

Berfungsi memindahkan data ke lingkungan luar atau perangkat lainnya.

System Interconnection

Merupakan sistem yang menghubungkan CPU, memori utama dan I/O.

Komputer, juga merupan perangkat yang penting dalam jaringan Internet. Dengan teknologi Internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain.

  • Terbuka dan menerima hal-hal positif di berbagai bidang

Globalisasi membuat suat bangsa menjadi kaya budayanya. Interaksi antar negara, membuat meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.

Dengan demikian, terjadi alkulturasi budaya antara suku bangsa, antar ras yang semakin memperkaya budaya.

Dampak positif dari globalisasi adalah membuat masyarakat memiliki sifat kreatif, inovatif, terbuka terhadap perubahan dan bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan dengan dibantu teknologi informasi.

  • Membuat rencana pendidikan dan karir

Karir merupakan suatu keseluruhan kehidupan seseorang dalam perwujudan diri untuk menjalani hidup dan mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, individu harus memiliki kekuatan yang dimiliki seperti penguasaan kemampuan dan aspek yang menunjang kesuksesan karir.

Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan merupakan tujuan utama dalam perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap individu.

Untuk membuat rencana pendidikan dan karir, kamu harus memahami kondisi dan kemampuan fisik. Selain itu, juga memahami potensi-potensi, seperti kemampuan akademik, bakat, minat yang berhubungan dengan pekerjaan yang ingin dikembangkan. Dan memahami kemampuan dalam memilih dan mengambil keputusan dalam berbagai situasi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi.

  • Berpikir global dan bertindak lokal

Makna berpikir global bertindak lokal adalah sikap warga negara untuk membangun karakter menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi. Berpikir global, bertindak lokal adalah pendapat ahli John Naisbitt dalam bukunya berjudul ‘Global Paradox: The Bigger the World Economy, the More Powerful Its Smallest Players’.

Berikut ini adalah pokok pikiran dari makna berpikir global bertindak lokal untuk menghadapi era globalisasi:

  • Tertarik dan peduli terhadap kejadian dan kegiatan pada masyarakat lokal, nasional, dan global.
  • Secara aktif mencari dan menyimpan informasi yang bersifat dunia.
  • Mempunyai sifat terbuka, mau menerima setiap adanya pembaruan.
  • Mampu menyeleksi informasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat kita.