Prasasti yang berisi tentang nama jabatan untuk putra raja Sriwijaya terdapat di prasasti

Prasasti yang berisi tentang nama jabatan untuk putra raja Sriwijaya terdapat di prasasti

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.[1] Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti.[2] Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Prasasti Telaga Batu dipahatkan pada suatu batu andesit yang sudah diwujudkan sebagaimana layaknya suatu prasasti dengan ukuran tinggi 118 cm dan lebar 148 cm. Di bidang atasnya terdapat adunan tujuh ekor kepala ular kobra, dan di bidang bawah tengah terdapat semacam cerat (pancuran) tempat mengalirkan cairan pembasuh. Tulisan pada prasasti berjumlah 28 baris, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Melayu Kuno.

Penafsiran prasasti

Tulisan yang dipahatkan pada prasasti cukup panjang, namun secara garis akbar isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melaksanakan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang dikata pada prasasti ini adalah orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.[3]

Diistilahkan orang-orang tersebut mulai dari putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), berbakat senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), abdi raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

Prasasti ini salah satu prasasti kutukan yang sangat lengkap berisi nama-nama pejabat pemerintahan. Beberapa sejarahwan menganggap dengan keberadaan prasasti ini, diduga pusat Sriwijaya itu berada di Palembang dan pejabat-pejabat yang disumpah itu tentunya bertempat-tinggal di ibukota kerajaan.[4] Soekmono berpendapat sesuai prasasti ini tidak mungkin Sriwijaya berada di Palembang sebab benarnya keterangan ancaman kutukan kepada siapa yang durhaka kepada kedatuan,[5] dan mengajukan usulan Minanga seperti yang dikata pada prasasti Kedukan Bukit yang diasumsikan berada di sekitar Candi Muara Takus sebagai ibukota Sriwijaya.[6]

Lihat juga

  • Prasasti Kedukan Bukit
  • Prasasti Talang Tuwo
  • Prasasti Kota Kapur

Rujukan

  1. ^ Erwan Suryanegara, 1990
  2. ^ Casparis, 1956
  3. ^ Casparis, J.G., (1956), Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D., Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung: Masa Baru.
  4. ^ Irfan, N.K.S., (1983), Kerajaan Sriwijaya: pusat pemerintahan dan perkembangannya, Girimukti Pasaka
  5. ^ Madjelis Ilmu Ilmu Indonesia, (1958), Laporan Kongres Ilmu Ilmu Nasional Pertama, Volume 5.
  6. ^ Soekmono, R., (2002), Pengantar sejarah hukum budaya istiadat Indonesia 2, Kanisius, ISBN 979-413-290-X.


edunitas.com


Page 2

Prasasti yang berisi tentang nama jabatan untuk putra raja Sriwijaya terdapat di prasasti

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.[1] Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan sebuah vihara di sekitar prasasti.[2] Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Prasasti Telaga Batu dipahatkan pada sebuah batu andesit yang telah dibuat sebagaimana layaknya sebuah prasasti dengan ukuran tinggi 118 cm dan luas 148 cm. Di bidang atasnya mempunyai adunan tujuh ekor kepala ular kobra, dan di bidang bawah tengah mempunyai semacam cerat (pancuran) lokasi mengalirkan cairan pembasuh. Tulisan pada prasasti berjumlah 28 baris, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Melayu Kuno.

Penafsiran prasasti

Tulisan yang dipahatkan pada prasasti cukup panjang, namun secara garis akbar intinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang memainkan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini yaitu orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi bagi melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.[3]

Dikatakan orang-orang tersebut mulai dari putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), pandai senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), abdi raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

Prasasti ini salah satu prasasti kutukan yang sangat lengkap memuat nama-nama pejabat pemerintahan. Beberapa sejarahwan menganggap dengan keberadaan prasasti ini, diduga pusat Sriwijaya itu mempunyai di Palembang dan pejabat-pejabat yang disumpah itu tentunya bertempat-tinggal di ibukota kerajaan.[4] Soekmono berpendapat berdasarkan prasasti ini tidak mungkin Sriwijaya mempunyai di Palembang sebab keadaan keterangan ancaman kutukan kepada siapa yang durhaka kepada kedatuan,[5] dan mengajukan usulan Minanga seperti yang disebut pada prasasti Kedukan Bukit yang diasumsikan mempunyai di sekitar Candi Muara Takus sebagai ibukota Sriwijaya.[6]

Lihat juga

  • Prasasti Kedukan Bukit
  • Prasasti Talang Tuwo
  • Prasasti Kota Kapur

Rujukan

  1. ^ Erwan Suryanegara, 1990
  2. ^ Casparis, 1956
  3. ^ Casparis, J.G., (1956), Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D., Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung: Masa Baru.
  4. ^ Irfan, N.K.S., (1983), Kerajaan Sriwijaya: pusat pemerintahan dan perkembangannya, Girimukti Pasaka
  5. ^ Madjelis Pengetahuan Pengetahuan Indonesia, (1958), Laporan Kongres Pengetahuan Pengetahuan Nasional Pertama, Volume 5.
  6. ^ Soekmono, R., (2002), Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2, Kanisius, ISBN 979-413-290-X.


edunitas.com


Page 3

Prasasti yang berisi tentang nama jabatan untuk putra raja Sriwijaya terdapat di prasasti

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.[1] Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan sebuah vihara di sekitar prasasti.[2] Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Prasasti Telaga Batu dipahatkan pada sebuah batu andesit yang telah dibuat sebagaimana layaknya sebuah prasasti dengan ukuran tinggi 118 cm dan luas 148 cm. Di bidang atasnya mempunyai adunan tujuh ekor kepala ular kobra, dan di bidang bawah tengah mempunyai semacam cerat (pancuran) lokasi mengalirkan cairan pembasuh. Tulisan pada prasasti berjumlah 28 baris, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Melayu Kuno.

Penafsiran prasasti

Tulisan yang dipahatkan pada prasasti cukup panjang, namun secara garis akbar intinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang memainkan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini yaitu orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi bagi melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.[3]

Dikatakan orang-orang tersebut mulai dari putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), pandai senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), abdi raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

Prasasti ini salah satu prasasti kutukan yang sangat lengkap memuat nama-nama pejabat pemerintahan. Beberapa sejarahwan menganggap dengan keberadaan prasasti ini, diduga pusat Sriwijaya itu mempunyai di Palembang dan pejabat-pejabat yang disumpah itu tentunya bertempat-tinggal di ibukota kerajaan.[4] Soekmono berpendapat berdasarkan prasasti ini tidak mungkin Sriwijaya mempunyai di Palembang sebab keadaan keterangan ancaman kutukan kepada siapa yang durhaka kepada kedatuan,[5] dan mengajukan usulan Minanga seperti yang disebut pada prasasti Kedukan Bukit yang diasumsikan mempunyai di sekitar Candi Muara Takus sebagai ibukota Sriwijaya.[6]

Lihat juga

  • Prasasti Kedukan Bukit
  • Prasasti Talang Tuwo
  • Prasasti Kota Kapur

Rujukan

  1. ^ Erwan Suryanegara, 1990
  2. ^ Casparis, 1956
  3. ^ Casparis, J.G., (1956), Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D., Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung: Masa Baru.
  4. ^ Irfan, N.K.S., (1983), Kerajaan Sriwijaya: pusat pemerintahan dan perkembangannya, Girimukti Pasaka
  5. ^ Madjelis Pengetahuan Pengetahuan Indonesia, (1958), Laporan Kongres Pengetahuan Pengetahuan Nasional Pertama, Volume 5.
  6. ^ Soekmono, R., (2002), Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2, Kanisius, ISBN 979-413-290-X.


edunitas.com


Page 4

Prasasti yang berisi tentang nama jabatan untuk putra raja Sriwijaya terdapat di prasasti

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.[1] Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan sebuah vihara di sekitar prasasti.[2] Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Prasasti Telaga Batu dipahatkan pada sebuah batu andesit yang telah dibuat sebagaimana layaknya sebuah prasasti dengan ukuran tinggi 118 cm dan luas 148 cm. Di bidang atasnya mempunyai adunan tujuh ekor kepala ular kobra, dan di bidang bawah tengah mempunyai semacam cerat (pancuran) lokasi mengalirkan cairan pembasuh. Tulisan pada prasasti berjumlah 28 baris, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Melayu Kuno.

Penafsiran prasasti

Tulisan yang dipahatkan pada prasasti cukup panjang, namun secara garis akbar intinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang memainkan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini yaitu orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi bagi melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.[3]

Dikatakan orang-orang tersebut mulai dari putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), pandai senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), abdi raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

Prasasti ini salah satu prasasti kutukan yang sangat lengkap memuat nama-nama pejabat pemerintahan. Beberapa sejarahwan menganggap dengan keberadaan prasasti ini, diduga pusat Sriwijaya itu mempunyai di Palembang dan pejabat-pejabat yang disumpah itu tentunya bertempat-tinggal di ibukota kerajaan.[4] Soekmono berpendapat berdasarkan prasasti ini tidak mungkin Sriwijaya mempunyai di Palembang sebab keadaan keterangan ancaman kutukan kepada siapa yang durhaka kepada kedatuan,[5] dan mengajukan usulan Minanga seperti yang disebut pada prasasti Kedukan Bukit yang diasumsikan mempunyai di sekitar Candi Muara Takus sebagai ibukota Sriwijaya.[6]

Lihat juga

  • Prasasti Kedukan Bukit
  • Prasasti Talang Tuwo
  • Prasasti Kota Kapur

Rujukan

  1. ^ Erwan Suryanegara, 1990
  2. ^ Casparis, 1956
  3. ^ Casparis, J.G., (1956), Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D., Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung: Masa Baru.
  4. ^ Irfan, N.K.S., (1983), Kerajaan Sriwijaya: pusat pemerintahan dan perkembangannya, Girimukti Pasaka
  5. ^ Madjelis Pengetahuan Pengetahuan Indonesia, (1958), Laporan Kongres Pengetahuan Pengetahuan Nasional Pertama, Volume 5.
  6. ^ Soekmono, R., (2002), Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2, Kanisius, ISBN 979-413-290-X.


edunitas.com


Page 5

Prasasti yang berisi tentang nama jabatan untuk putra raja Sriwijaya terdapat di prasasti

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.[1] Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan sebuah vihara di sekitar prasasti.[2] Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Prasasti Telaga Batu dipahatkan pada sebuah batu andesit yang telah dibuat sebagaimana layaknya sebuah prasasti dengan ukuran tinggi 118 cm dan luas 148 cm. Di bidang atasnya mempunyai adunan tujuh ekor kepala ular kobra, dan di bidang bawah tengah mempunyai semacam cerat (pancuran) lokasi mengalirkan cairan pembasuh. Tulisan pada prasasti berjumlah 28 baris, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Melayu Kuno.

Penafsiran prasasti

Tulisan yang dipahatkan pada prasasti cukup panjang, namun secara garis akbar intinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang memainkan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini yaitu orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi bagi melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.[3]

Dikatakan orang-orang tersebut mulai dari putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), pandai senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), abdi raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

Prasasti ini salah satu prasasti kutukan yang sangat lengkap memuat nama-nama pejabat pemerintahan. Beberapa sejarahwan menganggap dengan keberadaan prasasti ini, diduga pusat Sriwijaya itu mempunyai di Palembang dan pejabat-pejabat yang disumpah itu tentunya bertempat-tinggal di ibukota kerajaan.[4] Soekmono berpendapat berdasarkan prasasti ini tidak mungkin Sriwijaya mempunyai di Palembang sebab keadaan keterangan ancaman kutukan kepada siapa yang durhaka kepada kedatuan,[5] dan mengajukan usulan Minanga seperti yang disebut pada prasasti Kedukan Bukit yang diasumsikan mempunyai di sekitar Candi Muara Takus sebagai ibukota Sriwijaya.[6]

Lihat juga

  • Prasasti Kedukan Bukit
  • Prasasti Talang Tuwo
  • Prasasti Kota Kapur

Rujukan

  1. ^ Erwan Suryanegara, 1990
  2. ^ Casparis, 1956
  3. ^ Casparis, J.G., (1956), Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D., Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung: Masa Baru.
  4. ^ Irfan, N.K.S., (1983), Kerajaan Sriwijaya: pusat pemerintahan dan perkembangannya, Girimukti Pasaka
  5. ^ Madjelis Pengetahuan Pengetahuan Indonesia, (1958), Laporan Kongres Pengetahuan Pengetahuan Nasional Pertama, Volume 5.
  6. ^ Soekmono, R., (2002), Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2, Kanisius, ISBN 979-413-290-X.


edunitas.com


Page 6

[+] Teknologi menurut tipe

[+] Teknologi memainkan usaha

[+] Daftar bertopik teknologi

[+] Ilmu dan teknologi menurut negara

[+] Teknologi sekeliling yang terkait

[+] Teknologi luar angkasa

[+] Rintisan bertopik teknologi


Page 7

[+] Teknologi menurut tipe

[+] Teknologi memainkan usaha

[+] Daftar bertopik teknologi

[+] Ilmu dan teknologi menurut negara

[+] Teknologi sekeliling yang terkait

[+] Teknologi luar angkasa

[+] Rintisan bertopik teknologi


Page 8

[+] Teknologi menurut tipe

[+] Teknologi memainkan usaha

[+] Daftar bertopik teknologi

[+] Ilmu dan teknologi menurut negara

[+] Teknologi sekeliling yang terkait

[+] Teknologi luar angkasa

[+] Rintisan bertopik teknologi


Page 9

[+] Teknologi menurut tipe

[+] Teknologi memainkan usaha

[+] Daftar bertopik teknologi

[+] Ilmu dan teknologi menurut negara

[+] Teknologi sekeliling yang terkait

[+] Teknologi luar angkasa

[+] Rintisan bertopik teknologi


Page 10

[+] Linguistik komputasional


Page 11

[+] Linguistik komputasional


Page 12

[+] Linguistik komputasional


Page 13

Tags (tagged): portal, bahasa, unkris, bahasa dibentuk, dalam, suatu kalimat diskurs, mengkaji, klingon, dibuat oleh marc, okrand seorang, linguis, linguistik nama nama, menurut bahasa, peribahasa, peta, epentesis ergativus, eksposisi eksplosif, etimologi, elipsis, pusat ilmu, pengetahuan sirilik, yunani, abjad arab fenisia, ibrani jawi, pahlawi, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, pusat, ilmu, pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedia


Page 14

Tags (tagged): portal, language, unkris, bahasa dibentuk, dalam, suatu kalimat diskurs, mengkaji, bahasa, klingon, dibuat oleh marc, okrand seorang, linguis, linguistik nama nama, menurut bahasa, peribahasa, peta, epentesis ergativus, eksposisi eksplosif, etimologi, elipsis, center of, studies sirilik, yunani, abjad arab fenisia, ibrani jawi, pahlawi, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, center, of, studies, kelas eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia


Page 15

[+] Linguistik komputasional


Page 16

Tags (tagged): portal, biography, unkris, samudera, atlantik ia membuat, rekor lainnya, menulis, tahun 2 bulan, ia menjadi, master, fide termuda pada, usia, mencapai, tujuannya, menjejakkan kaki seorang, manusia bulan, daftar, politisi indonesia daftar, bupati daftar, gubernur, center of studies, tokoh menurut, kekayaan, orang terkaya dunia, menurut portal, program kuliah, pegawai, kelas, weekend, center, of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 17

[+] Budaya menurut bahasa

[+] Budaya menurut kawasan

[+] Budaya menurut negara

[×] Artikel pilihan bertopik budaya

[+] Daftar bertopik kebudayaan

[+] Rintisan bertopik budaya


Page 18

Tags (tagged): center of studies, portal, list, of, portals, of portals, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, center, of studies, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia


Page 19

[+] Ekonomi menurut kawasan

[+] Daftar bertopik ekonomi

[+] Ekonomi internasional

[×] Ekonomi Keynesianisme

[+] Ekonomi menurut negara

[+] Profesi dan organisasi ekonomi

[+] Sekolah pengajaran dan metodologi ekonomi

[+] Rintisan bertopik ekonomi


Page 20

Tags (tagged): portal, electronics, unkris, lemah dioperasikan, cara, mengontrol aliran, tabung, sinar katoda, cathode, ray tube crt, radio tv, perekam, dioda terobosan dioda, foto dioda, laser, diode zener dioda, sirkuit digital, gerbang, logika flip flop, penghitung biner, center, of studies thomas, alfa edison, albert, einstein michael faraday, carl portal, program kuliah pegawai, kelas weekend, of studies, kelas, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia


Page 21

Tags (tagged): portal, electronics, unkris, portal elektronika, selamat, datang portal elektronika, biasanya disebut, sebagai, peralatan elektronik, resistor, kondensator ntc, ptc, ldr relay induktor, tegangan pembangkit, osilator, tuner penguat if, center of, studies, tiruan tokoh elektronika, andr marie, amp, re henri portal, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, center of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 22

Tags (tagged): portal, elektronika, unkris, portal elektronika, selamat, datang portal elektronika, biasanya disebut, sebagai, peralatan elektronik, resistor, kondensator ntc, ptc, ldr relay induktor, tegangan pembangkit, osilator, tuner penguat if, pusat ilmu, pengetahuan, tiruan tokoh elektronika, andr marie, amp, re henri portal, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, pusat ilmu pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia


Page 23

Tags (tagged): portal, elektronika, unkris, lemah dioperasikan, cara, mengontrol aliran, tabung, sinar katoda, cathode, ray tube crt, radio tv, perekam, dioda terobosan dioda, foto dioda, laser, diode zener dioda, sirkuit digital, gerbang, logika flip flop, penghitung biner, pusat, ilmu pengetahuan thomas, alfa edison, albert, einstein michael faraday, carl portal, program kuliah pegawai, kelas weekend, ilmu pengetahuan, kelas, eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedia


Page 24

Tags (tagged): portal, eropa, portal eropa, unkris, oleh, perbedaan, budaya batasnya utara, belanda tempat, parlemen, ibu kota, penduduk, 933 080, wilayah, metropolitan pada sensus, bahwa danau, baikal, terletak siberia, pusat, ilmu pengetahuan, norwegia, perancis polandia portugal, rumania rusia, san, marino portal eropa, program kuliah, pegawai, kelas, weekend, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia


Page 25

Tags (tagged): portal, eropa, portal eropa, unkris, atlantik, selatan, dibatasi oleh laut, tengah batas, parlemen, ibu kota provinsi, zuid holland, holland, tengah antara marseille, genoa penduduk, 933, 080, eropa lihat, pula sejarah, suku bangsa dari, eropa tokoh, pusat, ilmu pengetahuan republik, irlandia irlandia, utara, islandia italia jerman, program kuliah, pegawai, kelas weekend, kelas, eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedia


Page 26

Tags (tagged): portal, europe, unkris, atlantik, selatan, dibatasi oleh laut, tengah batas, parlemen, ibu kota provinsi, zuid holland, holland, tengah antara marseille, genoa penduduk, 933, 080, eropa lihat, pula sejarah, eropa, suku bangsa dari, eropa tokoh, center, of studies republik, irlandia irlandia, utara, islandia italia jerman, program kuliah, pegawai, kelas weekend, kelas, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia