Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten, Halimi Hadibrata, saat ditemui di Hotel Puri Kayana, Kota Serang, Kamis (26/8/2021).
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Mildaniati TRIBUNBANTEN, KOTA SERANG - Warga Banten memiliki bahasa daerah yang cukup beragam untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten, Halimi Hadibrata menjelaskan dilihat dari wilayahnya, warga di Kabupaten Pandeglang dan Lebak dominan menggunakan bahasa sunda. Sementara di Kota Cilegon didominasi bahasa Jawa. "Kota Serang dan Kabupaten Serang ada bahasa jawa serang dan sunda. Kalau Kota Tangerang bahasa betawi Tangerang. Sedangkan di Kabupaten Tangerang ada bahasa sunda, jawa, betawi dan bahasa cina benteng," katanya saat ditemui TribunBanten.com di Puri Kayana Kota Serang, Kamis (26/8/2021). Sementera di Kota Tangerang Selatan, bahasa yang daerah yang digunakan yaitu jawa, sunda dan betawi. Menurut Halimi, data tersebut dilihat dari persentasi penduduk. Pihaknya akan melakukan pemetaan sampai ke tingkat Kecamatan, mana saja masyarakat yang menggunakan bahasa Sunda dan Jawa. Baca juga: Sarankan Nama Mall of Serang Diubah, Wali Kota Serang: Jangan Pakai Bahasa Asing! Hasil akhir dari pendataan tersebut bisa diarahkan ke dalam muatan lokal (mulok) di sekolah. Untuk bahasa Sunda di Pandeglang dan Lebak sudah ada mulok untuk sekolah tingkat SMP. Untuk di Kota Serang, dia mengaku belum ada muatan lokal bahasa. "Kita akan mulainya paling tidak di tingkat SD dan SMP, karena mungkin pilihannya itu tadi. Ada bahasa daerah yang berbagi itu yang jadi persoalan," ucapnya. Baca juga: Arti Kata Cepu, Bahasa Gaul yang Kerap Digunakan Anak Muda di Tongkrongan hingga Media Sosial Sementara itu, umumnya bahasa daerah yang banyak digunakan di Banten yaitu bahasa daerah sedang dan kasar. "Mungkin untuk orang priangan, bahasa Banten dianggap kasar, namun sebetulnya kembali lagi pada penggunaan dan pemaknaan di masing-masing daerah," terangnya. Sumber: Tribun Banten
Kantor Bahasa Provinsi Banten
Budaya dan Nilai Sebagian besar anggota masyarakat memeluk Agama Islam dengan semangat religius yang sangat tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai. Potensi dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain Seni Bela Diri Pencak Silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor. Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya. Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy.. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak. Bahasa Penduduk Asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran, Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia. Senjata tradisional Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara. Hingga saat ini kita juga bisa melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat. Ukuran, berat, dan bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya. Golok memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon. Golok biasanya dibuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering. Pakaian Adat Pakaian adat Banten pada Pria mengenakan pakaian model baju koko dengan lehernya yang tertutup. Serta pakaian bawahnya dilengkapi celana panjang serta diikatkan dengan kain batiknya. Pada bajunya dikenakan ikat pinggang dan diselipkan sebilah parang di bagian depan. Serta di bahu diselempengkan sehelai kain. Sedangkan pakaian adat Banten pada wanitanya, memakai baju adat kebaya serta kain batin sebagai bawahannya. Pakaian ini juga diselempangkan sehelai kain di bahu dan dihiasi dengan bros kerajinan tangan pada bagian depan kancing kebayanya. Pada rambut di sanggul dan dihiasi dengan kembang goyang berwarna keemasan. Tarian Daerah: Tari Topeng Tarian ini dilakukan oleh satu orang pria atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Gerakkan tari ini tempak gemulai.Tarian topeng mengisahkan tentang seorang rasa yang balas dendam karena cintanya yang ditolak. Alat Musik Angklung Buhun, Pantung Bambu, Rampak Beduk. Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah. Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam-macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual. Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri. Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud ialah:
Banten yang namanya sangat dikenal untuk ilmu silatnya juga penyebarannya tidak terlepas dari ajaran agama Islam. Tidak heran banyak nama dari jurus dan gerakan perguruan silat asli Banten diambil dari aksara dan bahasa arab. Pencak silat Banten mulai dikenal seiring dengan berdirinya kerajaan Islam Banten yang didirikan pada abad 15 masehi dengan raja pertamanya Sultan Hasanudin. Perkembangan pencak silat pada saat itu tidak terlepas dari dijadikannya silat sebagai alat untuk penggemblengan para prajurit kerajaan sebagai bekal ketangkasan bela negara yang diajarkan oleh para guru silat yang mengusasai berbagai aliran. Silat juga sebagai dasar alat pertahanan kerajaan dan masyarakat umum Banten dalam memerangi kolonialisme para penjajah. Pada saat ini pun Banten masih dikenal dan diakui secara luas dengan pendekar dan jawaranya, sebutan untuk orang-orang yang mahir dalam ilmu silat. Kebudayaan Debus Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan. Dibanten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya. |