Bagaimana cara pemasaran dan kendala budidaya TANAMAN HIAS

Pertanian Taman

Bagaimana cara pemasaran dan kendala budidaya TANAMAN HIAS

Dalam bisnis tanaman hias atau pengembanagan tanaman hias masih banyak dijumpai beberapa hambatan. apa saja yang menjadi hambatan dalam hal tersebut ?

1 Like

Dalam agribisnis pengembangan tanaman hias masih banyak dijumpai beberapa kendala, diantaranya adalah :

  1. Kendala dalam pengembangan tanaman hias yang antara lain meliputi alokasi input yang rendah, baik kualitas maupun kuantitas, skala operasional yang terbatas, kurangnya jasa penelitian dan penyuluhan, ketersediaan lahan dan sarana budidaya, fluktuasi hasil.
  2. Selain itu kendala di bidang agribisnis adalah modal, teknologi pasca panen tanaman hias yang belum banyak sampai ke petani dan pengusaha.
  3. Kebutuhan produk tanaman hias banyak dipengaruhi oleh musim
  4. Distribusi dan pemasaran yang belum terlaksana dengan baik
  5. Peran Pemerintah perlu dioptimalkan, yang berupa : fasilitas untuk riset, memberikan subsidi, kemudahan permodalan, informasi pasar agribisnis tanaman hias.
  6. Dengan adanya globalisasi yang tidak mungkin dihindari, makin lama produk pertanian khususnya produk hortikultura yang masuk ke Indonesia akan semakin beragam jenisnya dan volumenya akan semakin banyak. Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk tanaman hias Indonesia harus mampu bersaing dengan produk tanaman hias dari negara lain.
  7. Volume import setiap tahunnya juga terus meningkat.
Referensi

Widyastuti, Titiek. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Hias Agribisnis. Yogyakarta : CV Mine

Salah satu tantangan dalam pengembangan tanaman hias yaitu perubahan iklim global yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman sehingga memerlukan pengembangan varietas-varietas baru yang lebih adaptif. Sebenarnya, sudah banyak instansi-instansi yang melakukan penelitian dalam berbagai aspek budidaya tanaman yang bersangkutan, tetapi seringkali hasil-hasil penelitian tersebut tidak sampai ke para petani atau produsen tanaman hias, sehingga hal tersebut tidak diaplikasikan.

Referensi

Mattjik, Nurhajati Ansori. (2011). MEMBANGUN USAHA TANAMAN HIAS DAN BUNGA POTONG DENGAN MENGAPLIKASIKAN BIOTEKNOLOGI KHUSUSNYA KULTUR

JARINGAN. Bogor: Institut Pertanian Bogor

1 Like

Hambatan lain dalam pengembangan usaha tanaman hias yaitu masalah pada faktor budidaya, misalnya pemeliharaan yang intens dan berkelanjutan dimana terdapat tanaman-tanaman tertentu yang memerlukan perawatan rutin dan berkelanjutan (seperti: anggrek). Jika sedikit saja mengabaikan pemeliharaannya maka tanaman tidak akan berbunga bahkan bisa mati. Selain masalah tersebut, juga terdapat permasalahan pemangkasan yang harus dilakukan secara rutin. Tanaman-tanaman seperti bonsai dan topiari akan hilang keindahannya jika pemangkasannya terlambat, sehingga pada tanaman ini pemangkasan tidak boleh dihentikan ataupun terlambat.

Referensi:
Astiningsih, A.A.M. 2017. Masalah dan Solusi dalam Pemilihan Tanaman Hias. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

1 Like

Oleh:

Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan industri florikultura nasional belum tergarap optimal karena sejumlah kendala mulai dari regulasi, kesiapan logistik, hingga minat daerah yang minim terhadap industri ini.

Padahal, potensi pengembangan industri florikultura nasional masih sangat besar seiring permintaan pasar yang meningkat. Apalagi, didukung keanekaragaman genetis yang luas, kondisi tanah dan agroklimat yang kondusif bagi penanaman florikultura.

Hal ini disampaikan dalam Pencanangan Hari Florikultura dan dialog interaktif Kebangkitan Florikultura Indonesia di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (24/7).

Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Holtikultura Kementerian Pertanian Sarwo Edhy menyampaikan, meski industri florikultura memiliki nilai ekonomi tinggi, tetapi belum banyak pemerintah daerah yang melirik ini sebagai potensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Dia mencontohkan, keuntungan yang diperoleh saat panen krisan sebesar Rp4 juta setiap 100 meter persegi per tiga bulan. Sementara, keuntungan panen melati untuk luas yang sama sebesar Rp6,2 juta.

Contoh lain di sentra melati Slawi, mampu mengekspor melati kualitas A ke Singapura senilai Rp30.000 per kg, sementara melati kualitas B untuk pabrik teh sebesar Rp15.000 per kg.

Pemerintah sebenarnya memiliki program pengembangan kawasan yang berpotensi untuk penanaman florikultura. Namun, program ini terhambat karena tidak banyak pemerintah daerah yang mengusulkan kawasan di wilayahnya yang berpotensi untuk pengembangan florikultura.

Selain itu, pemerintah memberikan fasilitas bantuan benih dan pupuk. "Kebutuhan florikultura masih sangat kurang," kata dia.

Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Karen Tambayong mengatakan, konsumsi terhadap florikultura sesungguhnya terus meningkat, seiring tren penggunaan daun potong dan tanaman hias akibat semakin minimnya lahan hijau. Namun, belakangan ini konsumsi cenderung menurun karena kendala regulasi. "Karena PPN, cenderung menurun. Problem kita adalah PPN," imbuhnya.

Data Kementerian Pertanian menunjukkan, produksi bunga potong nasional meningkat sejak 2012 sebesar 616,8 juta tangkai menjadi 785,2 juta tangkai pada 2015. Namun, produksi menurun menjadi 719,3 juta tangkai pada 2016.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor: Bunga Citra Arum Nursyifani

JAKARTA - Menggeluti usaha tanaman hias atau nurseri tidak hanya terpatok pada harga jual beli tanaman atau aji mumpung semata. Pasalnya, dalam bisnis ini, kecermatan dan ketekunan lebih diutamakan daripada mengejar keuntungan dengan cepat.

Seperti halnya, banyak tantangan yang harus dihadapi dengan kepala dingin sebelum tanaman dilaunching dan berpindah tangan. Tidak hanya bertindak selaku pemilik, perawat, dan penjual, tetapi juga sebagai pengelola atau manajer yang andal, baik di lapangan maupun di belakang meja.

Terkait hal tersebut, berikut strategi dalam menggeluti usaha nurseri, seperti dilansir dari buku "Sukses Memulai Bisnis Tanaman Hias" oleh Redaksi PS, Jakarta, Selasa (18/8/2020).

Baca Juga: 6 Bentuk Promosi Usaha Rumahan, Nyebar Brosur hingga Ikuti Pameran

1. Mengatur tanaman hias

Pengelolaan nurseri tidak terlepas dari pengaturan stok tanaman hias agar tidak terjadi risiko penumpukan. Stok berlebih hanya akan menambah biaya maintenance dan mempersempit luas lahan usaha.

Kuantitas tanaman sebaiknya disesuaikan dengan permintaan pasar. Bahkan untuk jenis super istimewa, jumlah bisa saja dibatasi untuk mempertahankan harga. Lebih baik tidak mampu memenuhi keinginan konsumen daripada sampai menjatuhkan harga pasar.

Strategi antisipasi mendasar ialah dengan memantau atau memprediksi prospek tanaman yang sedang dan akan tren. Akan jauh lebih baik jika nurseri telah menyetok lebih awal tanaman yang sekiranya akan berkibar, seperti sediakan bibit-bibit berkualitas sehingga saat pasar terbuka, akan siap berlomba.

Baca Juga: Usaha Tanpa Modal di Tengah Covid-19

2. Menata tanaman hias

Tanaman hias ditata berdasarkan gradasi tinggi atau warna, bisa pula dirunut menurut genusnya lalu dipadu padankan dengan elemen taman lain, seperti gentong, bebatuan alam, dan patung.

Berbagai tema dan gaya taman pantas dicoba sesuai jenis tanaman yang dijual. Seperti misalnya, bahkan bisa melakukan penggabungan usaha nurseri dengan kafe atau gallery dengan tetap memfokuskan nurseri sebagai daya tarik utama.

3. Mengelola tempat usaha

Secara fisik, mengelola tempat usaha berkaitan dengan tampilan gedung baik secara interior maupun eksterior. Dalam pemeliharaannya, selain menjaga konstruksi bangunan, sanitasi lingkungan pun sangat dibutuhkan.

Tempat usaha yang terawat akan membuat konsumen senantiasa betah berlama-lama. Selain itu, sanitasi memegang peranan penting mengingat produk yang dijual cukup rentan terhadap serangan hama penyakit.

4. Merangkul partner

Pengelolaan nurseri tidak hanya terkait pencapaian target jangka pendek, tetapi juga dalam waktu lama alias jangka panjang. Dalam hal kesuksesan nurseri, kepercayaan dan kesetiaan konsumen menjadi mutlak.

Secara tidak langsung, kesetiaan konsumen menunjukkan kredibilitas nurseri yang baik dalam memberi pelayanan baik saat pra, sedang atau pasca transaksi. Bila semuanya mampu dipertahankan secara baik, promosi dari mulut ke mult antarhobiis dapat menjadi jaminan.

Secara tidak langsung, biaya promosi yang cukup besar tidak perlu dikeluarkan dari kantong.

5. Produktivitas kerja

Terkait segala pekerjaan dalam nurseri, pengaturan jumlah sumber daya manusia dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan. Berbeda dengan nurseri skala besar yang membagi karyawannya berdasar spesialisasi tertentu.

Umumnya sejak awal, nurseri telah menerima karyawan sesuai keterampilan dan keahlian yang telah dimiliki. Prinsipnya usahakan produktivitas kerja karyawan selalu optimal. Bila kurang, eksistensi nurseri lambat laun akan terbengkalai. Sebaliknya, jika jumlah karyawan terlalu banyak efektivitas kerja cenderung kurang.